Reza pun berpura-pura tidur kembali, tidak ingin mau tau apa pun yang terjadi pada Adinda karena memang dirinya merasa tak punya rasa sedikit pun.
Sementara itu, Adinda terus saja menyelesaikan shalat isya yang tadi sempat tertunda, melakukan dzikir dan juga bermunajat begitu lama, membuat Reza kembali merasa kepo karena ingin tau apa lagi yang membuat gadis itu tak pergerakan untuk segera istirahat.
‘Ngapain gue jadi kepo gini sih?’ kesalnya di dalam hati, kembali membalikkan badan den membuka mata sedikit agar bisa melihat apa yang sedang dikerjakan gadis kampung itu sekarang.
Pria itu melihat kalau ternyata istrinya sedang menangis tanpa suara, bermunajat kepada Yang Punya Segalanya dengan penuh kekhusyukan.
‘Cih, munafik bener jadi cewek! Apa dikiranya Tuhan itu bakalan datang ke sini bantuin dia sampai pake acara nangis segala,’ batinnya kembali merasa kesal.
Seperti Reza tidak menyadari kalau apa yang dilakukannya itu di luar kebiasaan karena begitu ingin tahu tentang apa saja yang dilakukan gadis belia itu.
Adinda selesai shalat lalu melipat kembali sajadahnya, tanpa membuka jilbab lebar yang dikenakannya untuk shalat tadi. Hati jauh merasa lega setelah melakukan curhatan pada Sang Pemilik Hati – Allah azza wa jalla.
Gadis itu mematung, merasa bingung mau tidur dimana, Reza seolah menguasai seluruh permukaan ranjang dengan tidur melintang dan kaki melebar. Sungguh penampakan yang menggelikan di mata Adinda.
“Ya sudah lah, aku mungkin memang harus tidur di atas sofa aja,” monolognya pelan tapi masih bisa didengar Reza.
Gadis itu meraih satu bantal yang ada di dekat kepala suaminya, mengambil selimut yang kebetulan tidak digunakan Reza dan berjalan ke arah sofa lalu mulai menata bantal di sana.
‘Memang seharusnya lo itu tidur di sofa, gue malah lupa buang itu kursi. Harusnya dia bisa kan bobok cantik di lantai kamar ini saja!’ Dasar isi kepala Reza yang jauh dari niat baik terhadap istrinya, padahal tanpa jasa baik Adinda, keluarganya sudah pasti menjadi bahan pergunjingan di media dan juga seluruh mitra kerja papanya tapi sayang lelaki itu tidak menyadarinya. Apa benar Reza setega itu?
“Akhirnya bisa istirahat juga,” ucap Adinda sembari membaringkan tubuhnya dengan sedikit meringkuk karena kakinya terlalu panjang untuk sofa yang hanya berukuran 1.3m itu.
Gadis itu mulai mengembangkan selimut karena merasa dingin sebab belum terbiasa dengan ruangan ber-AC tetapi dirinya berusaha memejamkan mata karena memang seluruh tubuhnya merasa lelah setelah lama berdiri untuk menerima ucapan selamat dan juga do’a restu dari pengunjung yang naik ke pelaminan menyalaminya.
Diam-diam Reza membuka matanya, melihat lagi gadis yang mulai memejamkan matanya dengan hati yang tidak menentu. ‘Gue gak kasian, gue gak kasian. Dia hanya gadis udik yang tak pantas untuk jadi bini gue, dia hanya istri di atas kertas,’ rapalnya berulang kali di dalam hati karena ternyata hatinya masih merasa punya sisi lain sebagai lelaki yang terlahir penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Lima menit
Sepuluh menit
Akhirnya setelah 30 menit, lelaki itu tidak merasa tega juga melihat Adinda meringkuk di atas kursi sofa.
‘Dasar hati, kagak bisa diajak sedikit saja menjadi jahat, tapi kan cuma malam ini doang … palingan dia gak bakal sakit kan?’ pikirnya kembali duduk di bibir ranjang. Dirinya seoalah bingung sendiri antara memindahkan tubuh gadis itu atau membiarkan saja sampai pagi.
Namun, sedetik kemudian matanya kembali melihat ketidak nyamanan di raut wajah Adinda dan itu spontan membuat hati baiknya kembali meronta, “No, gue bisa dimarahin papa kalau sampai dia mengadu karena gue biarin tidur di atas sofa,” ucapnya lagi.
Pria itu akhirnya memutuskan untuk melangkahkan kaki ke depan sofa tempat Adinda berbaring. Lelaki itu berjongkok, memandangi wajah yang masih dibalut jilbab itu dengan tersenyum mengejek, “Kenapa sih lo itu bodo banget jadi orang? Harusnya kalau emang lo benar-benar kekeh nggak mau gue nikahin, lo itu kan bisa kabur! Dasar cewek mata duitan, setelah dengar duit mata lo ijo juga walau yang nerima bunda lo!” Reza dengan perlahan membopong tubuh mungil istrinya dan memindahkan perempuan itu ke atas ranjang lalu menyelimutinya.
“Gue emang nggak cinta sama lo tapi gue udah janji sama diri sendiri nggak bakalan pernah menyentuh tubuh lo agar ketika kita bercerai nanti, lo masih dalam keadaan gadis, dan kesucian lo hanya untuk suami yang juga mencintai lo nantinya! Gue gak mungkin bisa ” Reza berjalan ke arah sofa lalu membaringkan tubuh kekarnya dengan kaki yang jauh lebih panjang di sana, menjadikan lengan tangannya sebagai penutup mata.
Tanpa ia sadari, Adinda sebenarnya terbangun ketika tubuhnya merasa melayang saat diangkat sang suami berpindah tempat ke atas kasur hingga kedua sudut bibir gadis belia itu terangkat ke atas, ‘Semoga Allah membukakan pintu hatimu untuk menerimaku, Mas Reza.” Adinda kembali menutup matanya lalu benar-benar tertidur hingga pagi dengan hati yang sungguh lega.
*
*
Suara alarm dari ponsel milik Reza mengaung di dalam kamar, membuat lelaki itu terpaksa mengerjapkan mata, merasa kesal kenapa tiba-tiba saja benda pipih miliknya mengeluarkan suara alarm jam? Padahal selama ini dirinya tidak pernah menyetel alarm sekali pun karena dirinya akan dibangunkan langsung oleh mamanya sendiri. Dengan terpaksa pria itu turun dari kursi sofa menuju nakas untuk mematikan alarm ponselnya, matanya diedarkan ke seluruh ruangan tetapi tidak mendapati sang istri yang seharusnya masih berada di dalam kamar yang sama dengannya.
“Kemana tuh cewek pagi-pagi? Apa dia lagi mandi tapi kok gak ada suara genericik air?” Pria itu bermonolog.
Belum juga pria itu kembali melanjutkan untuk berpikir dimana istrinya, daun pintu kamar hotel terdengar dibuka dari luar.
Ceklek!
“Eh, Mas Reza udah bangun?” Adinda menyapa sembari masuk membawa satu paper bag.
“Kamu darimana pagi-pagi begini?” Reza menatap tak suka penuh curiga.
“Barusan dari luar untuk ngambil ini, Mas,” jawab Adinda jujur dengan mengangkat paper bag yang ada di tangannya.
Reza memutar bola matanya malas, “anak kecil juga tau kalau kamu baru ngambil paper bag itu di luar, dasar lemot! Yang saya tanyakan itu, kamu mendapatkannya dari siapa? Apa pacar ke datang ke sini memberikan kado pernikahan? Kasian juga dia ditinggal nikah tapi suamimu juga bakal ninggalin kamu setahun lagi, ckckckc, cinta tak sampai,” celoteh Reza tanpa jeda.
Adinda melipat dahi, merasa bingung dengan perkataan tak jelas suaminya barusan, “Bukannya Mas Reza yang menyuruh Pak Reno untuk memberikan gamis ini padaku? Dia bilang Mas semalam nggirim pesan agar dia datang sebelum subuh dan menyuruhnya mengantarkan pakaian untukku.”
Rezo melongo mendengar keterangan istrinya, 'Kapan gue nyuruh tuh bocah? Dasar modus gilaa, belum gue cerai udah didekati aja, ini nggak bisa dibiarkan!' umpatnya sangat kesal di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Sahdan Ali
dasar reza
2024-04-03
0
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
wkwkwk,,blm apa"dah kebkran jenggot ckck 🙄,,,, tunjukkan pesona mu Din,,eeaaa,,,pnas"in aja ngbrol sm Reno din
2024-01-21
2
Ney maniez
mdh2n bnyk yg dketin ya c Delia,,, biar reza kebakaran jenggot
2024-01-14
0