Adinda sungguh tak percaya kalau akhirnya semua sumpah serapah keluar dari mulut suaminya. Dirinya merasa tak percaya betapa munafiknya seorang Reza, padahal jelas-jelas pria itu menikmati apapun menu masakan yang ia suguhkan sebagai istri tapi kenapa Reza seolah dengan sengaja mengingkarinya.
“Apa lo bilang? Gue munafik? Lancang!” Reza berjalan mendekati sang istri lalu dengan cepat menarik rambut Adinda yang tergerai hingga perempuan itu mengaduh kesakitan.
“Aduh, sakit Mas … memangnya apa salah saya hingga Mas Reza marah kayak begini? Saya mohon tolong lepaskan!” pintanya memohon tapi Reza sepertinya malah menikmati wajah kesakitan istrinya.
Pria itu melihat dengan cara yang lain, bahkan menganggap ringisan yang meluncur dari bibir Adinda seolah begitu lucu dan menggemaskan di matanya hingga tanpa sadar telah menyiksa gadis itu hampir lima menit. Reza melepas cengkraman tangannya pada surai hitam itu dengan sedikit mendorong kepala Adinda hingga akhirnya tanpa sengaja, wajah perempuan itu terbentur sudut meja makan.
“Aww, Allahu Akbar sakit!” rintihnya dengan tangan memegang pelipis yang barusan membentur sisi meja makan.
Gadis itu memejamkan mata sesaat lalu menatap tajam wajah Reza dengan pancaran penuh kebencian.
“Apa salah saya hingga Mas Reza memperlakukan saya seperti ini? Jika memang Mas Reza benar-benar tidak suka dengan pernikahan ini maka silakan jatuhkan talak untuk saya, karena itu jauh lebih baik daripada saya diperlakukan seperti bukan manusia! Apa Mas memang tidak memiliki hati atau jangan-jangan sifatmu memang seperti binatang!” umpat Adinda dengan nada tinggi tetapi telinga Reza seolah tuli seakan tidak mampu mendengarnya.
Pria itu hanya diam saja memberikan tatapan sedih tapi sayangnya Adinda sama sekali tak mampu membaca penyesalan dari bola mata pria yang telah menikahinya itu. Reza pun dengan sengaja mengalihkan pandang karena tak sanggup melihat kesakitan perempuan yang sudah baik hati membantu nama baik keluarganya hingga tak jadi Bullyan orang-orang akibat batalnya pernikahan dirinya dengan Kaira.
Ingin sekali rasanya Reza meminta maaf karena kesalahan yang baru saja dilakukannya hingga membuat istrinya itu menahan rasa sakit dengan pelipis yang ternyata mengeluarkan sedikit rembesan darah, tapi ego yang di hati menentangnya.
‘Maafin gue, Adinda … sumpah gue tadi gak sengaja sama sekali,’ gumamnya di dalam hati.
Namun, permintaan maaf yang diucapkan walau setulus apapun tapi hanya berani diungkapkan di dalam hati, tentu saja sama sekali takkan pernah didengar Adinda, bahkan gadis itu terlihat menatapnya begitu horor penuh kebencian. Adinda benar-benar tidak pernah menyangka kalau ternyata Reza berani melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadapnya, perempuan itu pun berlalu pergi dengan salah satu tangan memegang pelipis yang terluka. Gadis itu akhirnya meninggalkan area dapur dengan mata yang berkaca-kaca, membuat tubuh Reza seketika mematung dengan penuh rasa bersalah.
Adinda masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci pintu itu dari dalam, mencari kotak P3K dan membawanya ke depan meja rias untuk melihat seberapa parah pelipisnya yang mulai terasa perih akibat mengalami cedera kecil.
“Astagfirullah … apa yang harus kulakukan sekarang untuk menghadapi Mas Reza?” monolog Gadis itu sembari membuka kotak P3K dan mulai membersihkan lukanya.
Gadis itu dengan telaten melakukannya sendiri, memberikan cairan alkohol pembersih lalu menyiram luka itu dengan sedikit betadin hingga Adinda kembali sedikit meringis karena rasa pedih.
“Sepertinya Mas Reza benar-benar sama sekali tak memiliki rasa sedikit saja untukku! Dia adalah lelaki yang sangat egois bahkan mampu mengucapkan kata-kata seperti mulut perempuan yang begitu menyakitkan. Harusnya kalau memang tak suka dia juga tak perlu tinggal di rumah ini, tapi Mas Reza masih saja berani menikmati seluruh masakan yang ku hidangkan dengan begitu lahapnya! Benar-benar suami kurang ajar!” Perempuan itu kembali memberikan kalimat umpatan ketika melihat pelipisnya yang sekarang sudah diperban karena Adinda lebih baik terlihat menyedihkan daripada nanti kembali mendapatkan siksaan dari suaminya.
“Lebih baik aku nggak usah memasak saja, biar aja Dia kelaparan di luar sana karena aku masih punya banyak cemilan kok di kamar ini!” lanjutnya bermenolong sendiri mengingat sewaktu dirinya pulang dari kampus dengan sengaja mampir di salah satu minimarket untuk membeli cemilan.
Walaupun yang ada hanya sekedar cemilan berupa roti dan makanan ringan di dalam tasnya tapi Adinda sangat yakin kalau seluruh makanan itu masih mampu untuk mengenyangkan perutnya yang kecil. Gadis itu memang sengaja menyiapkan begitu banyak cemilan karena hobi barunya menulis novel. Berawal dari hanya sekedar hobi membaca kisah-kisah yang terkadang menguras emosi dan membuatnya baper sendiri, akhirnya Adinda pun menuangkan apa yang ada di dalam pikirannya dalam bentuk tulisan berupa konten cerita.
‘Aku benar-benar tak pernah menyangka kalau ternyata novel yang aku buat dari pengalaman kisah nyata kehidupanku sendiri, begitu banyak pembacanya,’ gumamnya begitu pelan sembari mulai menyalakan laptop di atas meja belajarnya.
Gadis itu pun mulai kembali hanyut dalam mengeksplorasi apa saja yang ada di dalam pikirannya, termasuk menyampaikan semua rasa yang ia simpan selama ini lewat bait-bait tulisan yang ia ketikkan. Adinda sama sekali tidak pernah membayangkan kalau ternyata menulis itu begitu sangat menyenangkan hingga membuatnya merasa memiliki pelampiasan kesedihan lewat menulis dan mengungkapkan isi hatinya dalam bentuk konten cerita.
Di akhir bab Adinda tidak lupa membuatkan note author dan meminta maaf, jika seandainya buku yang ia suguhkan masih bertebaran dengan typo di sana-sini karena dirinya masih penulis baru dan sangat pemula.
Tanpa Adinda sadari kalau sebenarnya Reza sedang berjalan bolak balik di depan kamar gadis itu. Reza sungguh menyesal karena telah mendorong Adinda begitu kasar hingga istrinya itu terbentur sisi meja. Sungguh Reza merasa sangat bersalah karena jauh di dalam hatinya, lelaki itu hanya ingin terlihat begitu membenci Adinda di depan wanita itu walau fakta yang sebenarnya, Reza sedang berusaha untuk mengendalikan sesuatu yang sudah meminta jatah untuk dipuaskan setelah melihat penampilan sang istri yang terlalu menggodanya dengan rambut basah yang masih meneteskan air. Terlihat begitu seksi!
‘Apa dia akan baik-baik saja di dalam sana? Astaga bagaimana kalau sampai pelipisnya itu infeksi dan gue pasti bakal diamuk sama papa mama! Dia pasti memilih untuk menahan lapar karena takut sama gue!’ Reza melihat pergelangan tangannya dimana waktu telah menunjukkan pukul 09.00 malam, sementara Adinda sama sekali tak mau keluar dari dalam kamarnya.
Saking khawatirnya dengan keadaan Adinda, pria itu telah memesan makanan untuk makan malam mereka berdua tetapi gengsi yang terlalu tinggi membuat Reza hanya membiarkan makanan itu teronggok di atas meja makan. Dirinya sama sekali tidak pernah mengetahui, kalau sebenarnya Adinda sama sekali tidak merasakan lapar sebab mulutnya tak berhenti mengunyah cemilan dengan tangan yang begitu lincah menari ke sana kemari di atas keyboard laptopnya.
Sungguh apa yang dilakukan Reza malah membuat laki-laki itu uring-uringan tak jelas, ingin mengetuk pintu kamar sang istri tetapi gengsinya melewati ubun-ubun kepalanya sendiri, hingga membuat pria itu selalu saja mengurungkan niatnya walau untuk sekedar memanggil nama Adinda.
“Gadis songong itu nggak bakalan sampai mati kalau nggak makan semalaman, kan? Ya Tuhan … kenapa gue malah jadi galau begini mikirin cewek udik itu?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Ney maniez
ya Alloh ,,, reza timbang bilng minta maaf ap susahny sihh😡😡
2024-01-26
1
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
🙄🙄🙄,,,,, sungguh terleeleeeee sireza
2024-01-24
1
❤ Ki Kᵝ⃟ᴸMak buaya
mantap din
2024-01-05
2