Reza pergi ke kamar mandi setelah membanting pintu itu dengan keras membuat hati Adinda merasa semakin berdenyut sakit. Adinda harus sadar diri kalau dirinya bukanlah wanita yang diharapkan Reza untuk dinikahi karena dirinya hanyalah seorang pengantin pengganti yang terpaksa menikah dengan Reza, hanya demi nama baik keluarga besar Pak Suryo yang selama ini begitu banyak berjasa dalam kehidupan keluarganya.
“Kenapa hidupku harus seperti ini ya Allah? Ampuni hamba yang begitu banyak dosa hingga Engkau coba dengan kehidupan pernikahan yang seharusnya mendapatkan kebahagiaan tapi malah seperti memasuki neraka yang ada di dunia,” rintihnya bermonolog sendiri sambil memandang pintu kamar mandi dimana menghilangnya tubuh sang suami.
“Aku harus kuat dan tegar tak boleh menangis lagi hanya untuk menghadapi pria yang arogan itu! Aku juga harus tau diri kalau hanya menjadi mempelai pengganti yang melakukan semua ini agar keluarga Pak Suryo tak mendapat malu karena menggagalkan acara pernikahan putra tunggalnya.”
Gadis itu berdiri lalu mulai membuka satu persatu mahkota yang ada di atas jilbabnya.
Ceklek!
“Ingat, jangan sekali-kali membuka aurat didepan saya!” ulang Reza memberikan titahnya.
Lelaki itu keluar dari dalam kamar mandi dengan mengenakan pakaian casual santai lalu naik ke atas ranjang, tidak peduli dengan kehadiran Adinda lagi. Matanya langsung dipejamkan seolah-olah kamar itu hanya miliknya sendiri tak mau tahu dimana Adinda bakalan tidur nanti.
“Saya paham, Den … maaf Mas. Saya belum terbiasa memanggilmu dengan sebutan itu.” Adinda urung membuka jilbab, gadis itu melangkah ke arah lemari hendak mengambil baju ganti.
Namun, sialnya pakaian yang tergantung di dalam lemari itu semuanya begitu tipis dan transparan karena memang Ibu Suryo dengan sengaja menyuruh Kamila membeli beberapa pakaian dinas alias lingerie untuk menantunya itu.
Adinda menatap punggung laki-laki yang sedang berbaring di tempat tidur.
‘Percuma kalau aku minta tolong sama dia karena lelaki ini tak akan pernah mau bersedia membantuku, jadi lebih baik aku cukup melaksanakan shalat Isya saja dan tetap mengenakan pakaian pengantin ini sampai besok pagi, daripada harus mengenakan pakaian yang tidak akan pernah menyenangkan suamiku sendiri!’ ucapnya di dalam hati terpaksa mengukir senyum membayangkan nasibnya sendiri.
Namun, baru saja dirinya ingin menuju kamar mandi, tiba-tiba saja pintu kamar mereka diketuk oleh seseorang dari luar. Adinda merasa bingung apakah harus membukanya sendiri atau mengingatkan sang suami yang sepertinya hanya sekedar berpura-pura tidur saja.
Gadis itu akhirnya memutuskan mendekati sisi ranjang lalu mencoba untuk memanggil Reza dengan sesopan mungkin.
“Mas Riza Sepertinya di luar ada seseorang yang sedang mencarimu,” ucapnya lembut.
“Paling itu layanan kamar, kamu buka aja pintunya sendiri. Saya sudah ngantuk!” jawab Reza dengan nada ketos membuat Adinda mau tak mau yang masih mengenakan pakaian pengantin berjalan menuju pintu untuk membukanya.
Namun, baru saja gadis itu memegangi handle pintu, Reza dengan cepat bangkit. Dia teringat akan sesuatu kalau dirinya tadi mengirim chat pada sang asisten untuk membelikan baju tidur tertutup berlengan panjang untuk istrinya.
“Biar saya yang membukanya. Kamu langsung mandi sana, Hidung saya bisa-bisa sakit besok pagi karena menciumm bau keringatmu yang tak sedap itu!” usir Reza yang tak pernah ada manisnya.
“Baik, Mas terima kasih.” Adinda gegas mengambil handuk lalu berlalu meninggalkan suaminya memasuki kamar mandi tetapi Gadis itu Merasa bingung sendiri dengan pakaian ganti yang harus dikenakannya nanti, mungkin mau tak mau baju pengantin itu kembali harus dikenakannya karena memang tak ada baju ganti lainnya.
Adinda dengan sengaja mandi begitu lama agar suaminya segera tidur tanpa harus melihatnya yang mengenakan pakaian yang sama dengan sebelum dirinya membersihkan diri tadi.
Sementara di dalam kamar itu sendiri, Reza sedikit jengkel karena Reno terlalu lama hanya untuk sekedar disuruh membeli satu stel piyama tidur lengan panjang.
“Lo kok lama banget sih? Untung adindanya baru mandi tuh kan aku punya asisten kok payah banget!” dengus Reza menatap tajam wajah Reno yang hanya menaik turunkan kedua alisnya.
Reno dengan tanpa dosa mendorong tubuh Reza dan langsung masuk ke kamar pengantin yang terlihat tak ada bedanya dengan sesuatu yang terjadi di atas ranjang sebelumnya.
“Lo yakin hanya bakal melakukan pernikahan kontrak dengan Adinda? Emangnya gadis itu mau? Kenapa gue meragukannya ya, soalnya rata-rata gadis berhijab itu tidak mau mempermainkan pernikahan kecuali lo yang sengaja memaksanya!” tuduh Reno sangat tepat.
“Bukan urusan lo! Sekarang buruan keluar dan pergi dari sini karena gue nggak mau diganggu!” Reza menarik tangan Reno dengan paksa lalu mendorong tubuh kekar lelaki yang menyandang gelar sebagai asistennya itu agar segera keluar dari kamarnya.
Reza merasa sangat perlu melakukan itu semua karena dia ingin sekali merebahkan diri dan memejamkan kedua matanya.
“Dasar Bos nggak punya akhlak! Gue doain lo suatu saat nanti nyesel seumur hidup karena memperlakukan Adinda kayak begini!” kesal Reno menyumpahi Reza.
“Nggak peduli gue, mau lo sumpahin kek, mau lo umpatin kek, gue tetap gak bakal nerima dia sebagai bini gue! Pergi lo sekarang,” usirnya lagi.
Reza menutup pintu lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi sembari menenteng paper bag dari Reno yang isinya piyama tidur untuk istrinya. Walaupun dia sama sekali tak punya rasa sama Adinda, tapi Reza masih punya hati tidak membiarkan perempuan itu tidur tidak nyaman dengan mengenakan pakaian pengantin.
“Adinda, buka pintunya sekarang!” perintahnya.
Adinda bingung harus melakukan apa karena sebenarnya Gadis itu telah selesai mandi dan juga mengambil wudhu tetapi bingung harus keluar kamar jika Reza belum tidur.
“Ada apa, Mas Reza?” Gadis itu melongokkan kepalanya saja di balik pintu dengan celah yang dibuka hanya sejengkal.
Reza dengan cepat memalingkan wajahnya karena tak suka melihat perempuan itu dengan kepala yang dililit handuk.
“Ini pakaian gantimu, saya juga masih punya hati nggak bakal ngebiarin kamu tidur dengan baju kayak begituan!” Reza menyerahkan paper bag yang tadi diberikan Reno.
“Alhamdulillah, makasih banyak Mas,” sahut Adinda sambil menerima pakaian pemberian dari suaminya.
“Hem.” Reza sama sekali tidak tertarik untuk menyahuti ucapan terima kasih dari istrinya barusan, pria itu membalikkan tubuhnya lalu naik ke atas tempat tidur dengan santai.
Hampir sekitar 30 menit lamanya, Reza tidak merasakan pergerakan sama sekali di atas tempat tidur, telinganya juga tidak mendengar pintu kamar mandi yang terbuka. Lalu ke mana istrinya pergi? Pria itu pura-pura sudah terlelap lalu memberikan tubuh guna melihat Apakah benar istrinya belum keluar dari kamar mandi?
Dengan sedikit membuka kelopak mata, dirinya tak menyangka kalau ternyata Adinda sedang melaksanakan shalat Isya yang sudah hampir tengah malam.
‘Dasar sok alim! Emangnya lo kira gue bakalan tertarik dan tergoda walau lo itu pura-pura menjadi wanita sholehah? Sampai kapan pun gue nggak bakalan pernah memperlakukan lo sebagai istri, besok hari penderitaan lo akan dimulai!’ Seringai licik terpatri di bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Bzaa
aihhhh rezaa
2024-01-26
1
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
smngat Dinda,,, abaikan sikutub Utara,kau hapy aja ,klo sireza dzalim sm kmu,kau krjain balik aja Din
2024-01-21
1
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
🙄🙄,,,cwo model sireza cocoknya dibuang kehutan jdi sntapan bntang buas ,,,,
2024-01-21
1