Deg!
‘Cantik!’
Jantung Reno berpacu begitu cepat ketika melihat wajah Adinda yang begitu cantik tersenyum berdiri di depan pintu kamarnya dengan sedikit anggukan kepala. Pria itu pun akhirnya ikut berdiri sedikit menunduk, setelah itu mengembangkan senyum sebagai tanda menghargai istri atasannya yang ternyata terlihat jauh lebih cantik dari waktu dia pertama kali bertemu – tepatnya saat perempuan itu menjadi pengantin.
Hanya saja polesan make up tipis seperti sekarang, membuat wajah Adinda terkesan benar-benar sangat natural dan itu sungguh membuat hati Reno semakin merasa deg-degan.
‘Astagfirullah kenapa gue malah menyukai istri bos sendiri? Ini nggak bener, yang ada gue lagi cari penyakit sendiri dan Reza bisa saja salah paham kalau gue mau nikung bininya!’ Reno dengan cepat mengalihkan pandang agar tak tergoda hanya sekedar melihat wajah sederhana namun punya daya tarik tersendiri.
“Sekarang kamu ikut dengan Reno ya, Adinda! Mama sama Papa masih ada urusan. Jangan lupa nanti kalian berdua makan menu yang sudah dengan sengaja di masakin khusus oleh mamamu dengan penuh cinta!” pesan pak Suryo mengingatkan sang menantu sekaligus memberi pujian buat istrinya.
Reno yang melihat keakraban Bapak dan Ibu Suryo dengan Adinda, merasa ikut bahagia karena Gadis itu ternyata memiliki posisi yang begitu istimewa di dalam keluarga Suryo, walau pada awalnya Adinda hanyalah seorang anak pembantu yang bekerja pada keluarga Suryo dan dimintai tolong sebagai pengganti pengantin wanita yang sesungguhnya sudah kabur dengan pria lain dan gagal menikah dengan Reza.
“Reno, tolong jaga menantu saya dengan baik ya. Jangan sampai Adinda kurang sedikit saja setelah kau antarkan hahaha!” kelakar pak Suryo saat bicara dengan Reno ketika mereka telah berada di teras rumah.
Pria paruh baya itu memang sangat terkenal suka bercanda, bahkan dirinya yang memiliki sifat humoris itulah membuta suasana di setiap adanya pertemuan Pak Suryo dengan kalangan tertentu menjadi jauh lebih hangat.
“Anda tenang saja Pak, saya pasti akan menjaga Nona Adinda dengan sebaik mungkin hingga bertemu dengan suaminya, paling-paling nanti saya hanya akan menjadi cadangan kedua, apabila suami nona ini meninggalkannya. Bukankah itu ide yang baik, Pak?” balas Reno dengan sengaja melirik wajah Adinda.
“Hahaha ucapanmu ini bisa saja, tapi kamu ini sudah seperti anak saya sendiri, jadi apabila suatu saat Reza menghianati Adinda maka ucapanmu ini akan selalu sayaingat,” sahut Pak Suryo menggantikan sebelah mata pada istrinya, “Bagaimana pendapat Mama sendiri?”
“Papa bener juga, jika sampai Reza terbukti menghianati Adinda maka Mama sendiri yang akan memisahkan keduanya, terus mama yang akan merestui nak Reno menjadi pengganti Reza di dalam kehidupan Adinda! Hanya saja, kamu dan Reza pasti akan menjadi musuh bebuyutan sampai mati hahaha mana ada orang yang mau istrinya diambil begitu saja,” Timpal Ibu Suryo begitu meyakinkan.
Adinda yang mendengarkan obrolan itu memutar bola matanya dengan malas, dirinya merasa seolah-olah seperti barang yang bakal dengan mudah bisa dipindah tangankan kepemilikannya.
‘Astaghfirullahaladzim, apa orang kaya memang suka sekali mempercandakan kehidupan seseorang yang lebih miskin darinya?’ batin Adinda di dalam hati merasa percakapan itu tidak pantas untuk dibicarakan di depan dirinya sendiri.
“Kalau begitu saya pastikan bakal menjaga Nona Adinda dengan kehidupan saya sendiri, Pak, bahkan kalau perlu saya akan mempertaruhkan nyawa saya demi melindungi Nona Adinda,” sambung Reno tak mau kalah tapi jawabannya kali ini timbul dari hati terdalamnya bukan lagi dalam mode bercanda.
Pak Suryo menepuk pelan pundak Reno sambil tersenyum, “saya percaya apa yang kamu katakan barusan sepertinya bukan lagi bercanda tapi saya akan memegang janjimu ini. Jadi jika terbukti Reza benar-benar menduakan istrinya maka saya adalah orang pertama yang akan merestui keinginanmu untuk mengejar Adinda sebab Adinda bukanlah wanita sembarangan tetapi menantu yang sangat berharga dan sangat layak untuk diperjuangkan!”
Deg!
Entah kenapa perasaan Adinda langsung menjadi tidak baik-baik saja setelah mendengar perkataan pak Suryo barusan, Kenapa kalimat yang diucapkannya seperti perkataan seorang ayah yang begitu sangat menyayangi putrinya sendiri, padahal jelas-jelas Adinda hanya anak menantu dari seorang pembantu di rumah pak Suryo sebelumnya.
“Hanya saja, tentu semua yang terjadi putri saya sendirilah yang akan memutuskan kehidupannya,” lanjut pak Suryo dengan tangan yang mengusap-usap pucuk kepala anak menantunya itu.
“Papa dan Mama pamit dulu ya Adinda, titip salam saja buat suamimu nanti!” sela Ibu Suryo memutus percakapan antara Reno dan suaminya.
“Hati-hati di jalan ya Ma, dan papa jangan ngebut bawa mobilnya. Semoga kalian berdua selalu sehat dan bahagia,” pesan Adinda terdengar sangat manis sekali layaknya seorang putri kandung yang mendoakan kebaikan kedua orang tuanya sebelum berangkat ke suatu tempat.
Adinda menciumi punggung tangan kedua mertuanya secara bergantian sebelum kedua manusia paruh baya itu memasuki mobil mereka dan berlalu pergi hingga tak lagi terlihat di pandangan mata
“Ayo Nona Adinda, sekarang waktunya Anda yang berangkat ke kantor suami Anda,” kata Reza setelah membukakan pintu mobil bagian belakang dan menundukkan sedikit tubuhnya, walau sudut mata pria itu menatap kagum pada wajah Adinda yang tersenyum.
“Makasih, Pak,” jawab Adinda singkat.
Adinda masuk ke dalam mobil lalu duduk sembari mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya mengirimkan pesan pada salah seorang teman di kampusnya bahwa dia tidak akan bisa ikut mata kuliah pertama dan kedua hari ini karena harus pergi ke kantor suaminya untuk menyampaikan amanah sang mertua.
Jelang sampai di perusahaan telekoma Reno dengan sengaja mampir di salah satu cafe untuk memesan kopi yang tadi diminta Reza, laki-laki itu turun dari mobil begitu cepat karena memang firasatnya mengatakan ada sesuatu yang berusaha Reza sembunyikan hingga menyuruhnya membeli kopi sejauh itu.
‘Gue harap lo kagak melakukan sesuatu yang akan membuat bini lo kecewa, Reza … atau lo yang akan menyesal seumur hidup karena telah menyakiti hati seorang gadis yang begitu baik seperti Adinda!’ Reno meletakkan kopi pesanan Reza di atas dashboard mobil bahkan sekarang sudah tersedia 3 cup kopi berbeda rasa.
Beberapa menit kemudian mobil itu telah memasuki parkiran perusahaan, Reno turun dengan cepat hendak membantu Adinda membukakan pintu mobil tapi sayang perempuan itu telah turun terlebih dahulu.
“Mari, Nona!” Reno mempersilakan Adinda berjalan di depannya tapi perempuan yang masih berstatus sebagai seorang mahasiswa dan istri Reza itu tersenyum menggelengkan kepala.
“Pak Reno yang duluan karena saya tak tahu jalan ke ruangan Mas Reza,” sahut gadis itu dengan ramah.
Mereka berdua akhirnya berjalan beriringan memasuki lobby kantor menuju lift. Sesaat langkah kaki Reno berhenti persis di depan ruang kerja Reza yang merupakan sahabatnya sendiri. Ada perasaan kurang baik ketika tangan laki-laki itu hendak memegang handle pintu hingga akhirnya Reno dengan isyarat anggukan kepala, mempersilahkan Adinda yang mebuka pintu itu sendiri.
“Ini ruangan suami Anda, Nona. Silakan masuk saja!” suruh Reno dengan jantung yang semakin berdegup kencang.
Ceklek!
“Assalamualaikum, Mas Re–” Sapaan itu terhenti seketika saat kedua bola mata Adinda menyaksikan apa yang sedang dilakukan suaminya dengan seorang perempuan di atas sofa.
Sontak saja sapaan salam yang diucapkan Adinda barusan, menghentikan aktivitas dua manusia yang pucat pasti di hadapannya.
“A-a-adinda!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Ney maniez
ngapain tahh🤔🤔
2024-01-26
2
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
sokooorrrr ketngkep basah za 😝😝 👀🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2024-01-24
1
❤ Ki Kᵝ⃟ᴸMak buaya
ren tolongin dinda ren
2024-01-05
2