Suasana rumah mewah itu masih saja terasa sepi apalagi pelayan sengaja datang dan pergi hanya dari pagi hingga sore hari. Adinda baru saja selesai beberes diri dengan mengenakan baju terusan hingga mata kaki berwarna navy dipadupadankan bersama jilbab biru muda. Gadis itu terlihat sudah siap untuk berangkat ke kampus mulai hari ini tanpa harus mengikuti MOS terlebih dahulu seperti mahasiswa lainnya karena memang semuanya sudah diatur oleh pak Suryo.
Ketika sampai di meja makan, Gadis itu celingukan mencari bekal makanan yang bakal dibawanya ke kampus karena tiba-tiba saja kotak bekal itu hilang seolah-olah diambil oleh makhluk halus tak kasat mata.
“Perasaan tadi aku beneran udah nyiapin bekal sendiri deh, Kok bisa Raib sih?” Adinda benar-benar merasa bingung dengan kejadian janggal yang dialaminya pagi ini.
Gadis itu sangat yakin dengan apa yang sudah dikerjakannya pagi ini. Membuat sarapan menu nasi goreng kesukaannya lumayan banyak agar bisa dibawa sebagai bekal ke kampus supaya tidak jajan di luar hingga bisa mengirit uang yang diberikan Reza setiap bulan padanya. Saking tidak percayanya, Gadis itu sampai memeriksa kotak bekal yang biasanya berada di rak piring bagian atas tetapi kenyataannya, kotak bekal itu juga benar-benar ikutan raib entah ke mana.
“Masa iya sih ada maling yang masuk ke rumah? Apa jangan-jangan yang mengambil bekal makananku malah Mas Reza lagi? Bukankah tadi malam dia juga mengira aku nggak lihatin dia lagi makan, padahal jelas-jelas dia sendiri menandaskan semua masakan yang udah aku olah, benar-benar suami yang aneh. Katanya aku ini hanya istri udik dan nggak mau nyentuh masakanku tapi semuanya malah dimasukin perut kayak orang busung lapar!” Adinda sibuk berkicau sendiri di area dapur, merasa kesal bercampur gemas mengingat tingkah laku suaminya yang aneh.
“Huft … ah udah lah! Daripada bikin kesal seharian lebih baik mengikhlaskan apa yang sudah kulakukan di rumah ini agar hatiku merasa lega ketimbang marah-marah nggak jelas yang ada mood ku untuk ke kampus menjadi buruk.” Adinda meraih piring lalu membuka tudung saji hendak memakan nasi goreng yang tadi sudah disiapkannya.
Dahi Gadis itu terlihat jelas langsung saja berkerut bingung, mendapati mangkok yang tadinya berisi munjung tiba-tiba saja terlihat hanya tinggal seperempat padahal Adinda sangat ingat sekali dengan masakan yang ia buat untuk sarapan pagi. Irisan selada yang tadinya begitu rapi di atas piring pun juga terlihat berantakan seperti baru saja kena hantam tsunami tangan seseorang.
“Apa jangan-jangan tadi ketika aku lagi mandi, Mas Reza turun ke bawah untuk mencurinya?” ucapnya bicara sendiri karena tidak mungkin ada orang lain yang masuk ke rumah ini kecuali suaminya sendiri sebagai tersangka utama.
“Astagfirullah, masa aku ngomongin suami sendiri sebagai seorang pencuri sih? Tapi kan emang iya dia sama saja kayak seorang pencuri yang mengambil masakan istrinya karena jelas-jelas dia bilang nggak bakalan pernah mau makan masakanku tapi kenapa malah mengambilnya diam-diam? Dasar suami aneh, di depanku bilang nggak mau dan udik tapi di belakangku malah semua yang ku masak ditandaskan!” Adinda mengunyah nasi goreng yang dibikinnya dengan sedikit mengomel karena memang tidak ada teman tempatnya berkeluh kesah di rumah besar itu.
Setelah selesai sarapan, Adinda langsung mencuci piring yang barusan dipakainya, merapikan meja makan sebelum benar-benar pergi berangkat ke kampus. Ingin sekali dirinya berpamitan pada sang suami tapi dirinya harus tahu diri, kalau Reza sama sekali takkan pernah peduli dengan apapun yang bakal ia lakukan sesuai dengan keinginan pria itu.
Belum lagi adanya surat perjanjian yang telah ditandatanganinya sesuai dengan permintaan Reza beberapa hari yang lalu, dirinya harus memiliki batas tersendiri dan hanya akan dianggap sebagai orang asing di rumah ini walau jauh di dalam lubuk hati Adinda, masih terbesit sebait do’a, semoga suatu saat nanti Allah membukakan pintu hati Reza untuk bisa menerimanya sebagai istri yang sesungguhnya.
Sedikit ragu Gadis itu naik ke lantai dua karena walau bagaimanapun juga, pria itu merupakan suami sahnya baik di mata agama ataupun di mata hukum negara.
Tok! Tok! Tok!
“Assalamualaikum Mas Reza,” ucap Adinda setelah mengetuk daun pintu kamar suaminya beberapa kali hingga membuat lelaki yang sudah menjadi tersangka utama pencuri nasi goreng buatannya hampir saja tersedak makanannya.
‘Astaga, apa jangan-jangan Adinda tahu lagi kalau gue yang ngambil nasi goreng buatannya.” Reza terlihat panik sendiri hingga dengan cepat meletakkan sepiring nasi goreng yang hampir tandas itu dan juga kotak bekal milik istrinya tadi ke kolong tempat tidur.
Ceklek!
Pria itu dengan sengaja menguap seiring tangannya dengan sengaja mengucek mata. Dia tak ingin kalau sampai ketahuan kalau sudah bangun sejak tadi.
“Ganggu orang tidur aja lo!” ketusnya dengan raut muka sekesal mungkin.
“Oh, Mas Reza baru bangun ya? Maaf kalau saya ganggu. Adinda hanya mau pamitan ke kampus saja kok,” kata gadis itu mengulurkan tangannya.
“Ngapain minta uang lagi? Lo kan udah gue kasih uang jajan buat sebulan lewat nomor rekening lo waktu itu! Masih kurang? Dasar gadis matre lo!” maki Reza semakin dibuat kesal.
Adinda terlihat memutar bola matanya dengan begitu jengkel mendengarkan kalimat pedas yang keluar dan meluncur begitu saja dari bibir suaminya, “Sudah selesai ngomelnya? Saya mengulurkan tangan bukan berarti ingin minta duit karena uang dari Anda saja malah belum pernah saya sentuh. Bukankah saya tadi udah ngomong kalau hanya ingin berpamitan ke kampus dan tangan yang terulur ini hanya ingin salim sama suaminya karena anda adalah suami sah saya! Sepertinya Anda sama sekali tak sudi walau disalami oleh istri sendiri, jadi saya nggak akan pernah melakukannya lagi, assalamualaikum!”
Adinda membalikkan tubuhnya tanpa melihat lagi pada wajah suaminya yang ternyata baru saja merasa bersalah, setelah menuduh Adinda sebagai gadis matre. Hati istri mana yang tak akan merasa tersakiti apabila melakukan hal baik saja, Lelaki yang sudah menikahinya memberikan tuduhan dan juga makian menyakitkan begitu pedas terhadapnya.
Begitu buruknya seorang Adinda di depan mata Reza hingga tak ada kata yang halus sedikit pun mampu keluar dari bibir lelaki yang telah menjadi suami sahnya itu.
‘Apakah semua nasib para istri yang dijadikan pasangan seorang lelaki kaya seperti seorang Reza akan mendapatkan perlakuan buruk kayak yang aku terima?’ pikir gadis itu sembari sudut matanya yang sudah berair.
Gadis itu keluar dari rumah besar yang dijadikan sebagai hadiah pernikahan yang bersama Reza dengan hati yang terluka, berdiri di halaman rumah sambil menunggu taksi online yang sudah dipesannya.
Sementara itu, lelaki yang sudah sah menjadi suaminya masih berdiri di ambang pintu dengan tubuh yang membeku seperti patung tak bernyawa.
“Maaf karena gue salah menuduh lo!” Reza mengusap wajahnya kasar, merasa bersalah karena telah menuduh Adinda dengan sembarangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Ney maniez
nnt lo yg harus cium tangan C adinda,,, klo gk w getok lo
2024-01-26
1
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
🙄🙄,,,kpn tobatnya mnusia kaku tuh
2024-01-23
2
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
duh Reza" mulut mu itu loh udah sekolah jauh" masih kurang aja makan bangku sekolahan nya ,
2023-10-29
3