Adinda baru saja keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sangat wangi membuat hidung Reza sedikit terganggu, padahal dia sangat yakin perempuan itu tidak membasahkan rambutnya serta meggunakan sampo, tapi entah kenapa bau tubuh Adinda setelah dibersihkan pagi itu benar-benar mengganggu penciumannya.
“Saya sudah siap untuk pulang Mas!” Adinda terlihat begitu cantik dengan gamis berwarna merah maroon serta jilbab warna senada tetapi sedikit muda, memperlihatkan penampilan yang sungguh sangat jauh berbeda terkesan berkelas dan sangat cantik.
“Terima kasih juga karena Mas Reza udah memberikan gamis ini, saya sangat suka karena ukurannya sangat pas di tubuh, serta warnanya juga tidak terlalu mencolok!” Gadis itu hendak berjalan ke luar meninggalkan sang suami yang katanya tidak akan pernah menganggap dirinya ada.
“Nggak usah ke ge-eran karena sebenarnya saya terpaksa membelikannya!” dusta Reza padahal dirinya sangat kesal karena sang asisten bisa-bisanya memberikan gamis untuk wanita yang telah dinikahinya walau dirinya sama sekali tidak merasa cinta tetapi Reza merasa kehormatannya sedang diinjak karyawannya itu.
'Awas kamu nanti, Reno! Dasar asisten kurang ajar, beraninya merayu istri bos sendiri!' umpatnya di dalam hati.
Seorang sopir sudah menunggu mereka di basement hotel karena Reza telah menyuruh sopir pribadi keluarganya itu untuk segera menjemput, padahal pak Suryo memberikan kesempatan menghabiskan tiga malam berturut-turut menginap di hotel yang sama. Namun Reza sama sekali tidak menginginkannya!
30 menit kemudian mobil itu berbelok ke rumah mewah yang sebelumnya juga pernah ditempati Adinda sebagai anak pelayan dari Bibi Hanum. Mang Ujang begitu cekatan membantu pengantin baru itu untuk membawakan satu koper berukuran sedang yang berisi pakaian Adinda dan juga Reza semalam, membawa koper itu menaiki tangga dan memasukkannya ke dalam kamar Reza sebelumnya.
“Loh kok kalian udah pulang aja?” Ibu Suryo terlihat bingung tetapi dirinya juga tidak ingin mengintimidasi sang menantu yang pasti akan merasa punya beban berat sebab wanita paru baya itu juga yakin kalau keduanya belum tentu sudah menghabiskan malam pertamanya.
“Banyak kerjaan yang masih harus Reza selesaikan, Ma,” sahut lelaki itu tapi Pak Suryo mengerti jika anaknya hanya sekedar beralibi.
"Ya sudah, kalau kalian sudah sarapan langsung istirahat saja di dalam kamar! Nggak bakal ada yang berani mengganggu kok," suruh Pak Suryo yang mengira putranya telah unboxing semalam dengan Adinda.
"Semoga kalian cepat memberikan papa cucu ya?" harapnya yang tak akan pernah bisa terkabul.
"Aamiin," jawab keduanya serempak walau itu hanya sandiwara belaka.
"Ya sudah, Pa ... kami masuk kamar dulu, maklum pengantin baru bawaannya mau ke kasur terus," lanjutnya lalu mengalihkan pandang.
“Ayo, Dinda, kita langsung ke kamar saja,” ajaknya dengan sengaja menarik lengan tangan istrinya begitu lembut bahkan pria itu entah sejak kapan bisa berubah bak seekor bunglon yang mampu menyesuaikan diri.
‘Cih, dasar pencitraan! Di depan orang tuanya jadi suami soleh, di belakang malah menyiksa perasaanku,’ lirih gadis itu yang hanya berani diucapkan di dalam hati.
“Eh iya, Mas … mari,” sambutnya dengan senyuman paksa.
Mereka baru saja sampai di dalam kamar milik Reza yang terlihat sangat luas dengan ruangan didominasi warna hitam dan putih. Warna yang memang sangat cocok dengan sifat pemiliknya, Arogan dingin dan juga tidak ada sedikit pun cerianya.
“Saya mau tidur lagi, jadi jangan pernah mengganggu istirahat saya Isti atau kamu akan tau akibatnya!” Reza menjatuhkan tubuh kekarnya di atas kasur king size miliknya dengan kaki yang terbuka lebar seperti dan juga kedua tangan yang senagaj di bentangkan, membuat Adinda yang melihatnya merasa geli sendiri hingga terdengar kekehan kecil dari bibirnya.
Reza yang tadinya sudah memejamkan mata, kembali membuka matanya, “Kamu menertawakan saya? Saya kekurangan istirahat tadi malam juga gara-gara kamu, tau nggak?!” kesalnya dengan tatapan tajam.
“Maaf, Mas … saya ndak tau kok tiba-tiba saja saya pindah sendiri ya tidur ke atas ranjang? Seingat saya sebelum tidur berbaringnya di atas kursi kok,” sahut Adinda dengan wajah cengo-nya.
“Kamu ini, menjawab saja pintarnya! Kamu kira saya bakalan mau mindahin tubuh udik kamu itu sampai ke atas kasur segala? Jangan asal nuduh kamu, najis saya!” cerocosnya tak jelas.
Dasar kulkas pintu dua, tentu saja Adinda sebenarnya sudah tau dan bisa menebak, karena dirinya yang dibiarkan berakhir tidur nyenyak nan pulas di atas ranjang hotel. Siapa suruh dirinya dipindahkan ke tempat yang memang seharusnya? Itukan ulah Reza sendiri, toh Adinda tidak merasa minta dikasihani.
“Iya, Mas. Terserah saja, saya juga gak mau kita adu mulut tak jelas di sini. Gimana kalau nanti ibu dan bapak kalau sampai dengar? Bahaya kan?” Adinda membuka koper dari hotel dan mengeluarkan surat perjanjian semalam.
“Maaf, Mas … untuk poin ini, apa bisa diganti?” Adinda mendekat dan menyerahkan lagi surat perjanjian di antara mereka berdua.
“Yang mana?” Reza meraih surat itu lagi, melihat ada dua poin yang sengaja dilingkari gadis itu.
“Maaf, saya gak mau rugi sendiri. Jika selama pernikahan ini saya tidak boleh dekat dengan lelaki mana pun, maka Mas Reza juga harus melakukan hal yang sama! Saya akan langsung pergi sesuai apa yang pernah saya katakan, jika saya memergoki Mas Reza sedang berbuat hal tak seharusnya dangan wanita lain! Satu lagi poin ke tujuh … saya tidak membutuhkan harta gono gini jika memang perceraian itu terjadi. Buat saya, sudah cukup kebaikan bapak dan ibu Suryo selama ini dengan menyekolahkan saya dan kak Aisyah hingga sekarang, serta juga janji pak Suryo yang akan membangunkan warung di depan rumah nanti.”
“Ok, semua bisa diatur, asalkan jangan pernah sekali pun kamu mengaku sebagai istri saya di depan orang-orang yang tak mengenalmu! Saya malu memiliki istri kampungan sepertimu! Ingat itu!” ancamnya.
“Baik, Mas, saya pasti akan sangat mengingat itu semua. Kapan perlu kita tidak usah tegur sapa saat saling bertemu di luar, begitu kan mau nya? Tapi jangan pernah menyesal dengan keputusan yang sudah Mas Reza ambil!” Adinda berjalan ke dalam kamar mandi sembari memegangi bagian perutnya.
Di dalam kamar mandi, gadis itu langung saja terisak dengan sengaja menghidupkan keran air seolah dirinya memang butuh membersihkan wajah untuk dibasahi. Sakit sekali rasa hatinya mendengar semua yang dikatakan suaminya. Apakah dia akan sanggup untuk menjalani rumah tangga yang tak diinginkan seperti ini?
‘Aku harus tegar dan kuat demi bunda tersenyum dan tak punya beban!’ tekadnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Ma Em
semangat Adinda buat Reza menyesal berikan dia pelajaran aku juga benci sama lelaki yg terlalu sombong mentang mentang kaya selalu saja merendahkan orang padahal yg kaya itu orang tuanya
2024-02-22
1
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
smngat din,,jngn klh dngan egonya sikutub
2024-01-21
1
@🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ㊍㊍✅
dsr Munawir 🙄🙄,,,,,,ntar jga sujud" itu din ,tggu aja tgl mainnya
2024-01-21
1