20. Bodoh

Masih di waktu yang sama, Ella dibiarkan berdua saja bersama Rapunzel, karna si Abracadabra sialan itu sedang berada di kamar mandi membuang kotorannya, menjijikan sekali.

"Kamu nggak pernah ada keinginan buat keluar dari kamar ini?" tanya Ella setelah dirinya merasa jenuh dan bosan melihat Rapunzell masih melukis

"Nggak kok, kamu jangan fikir hidup aku menyedihkan, aku bahagia karna Kakak nggak pernah ngebiarin aku kekurangan apapun, meskipun aku gak bisa liat keindahan dunia"

"Iya sih, lagian dunia di luar sana gak seindah yang kita hayangin" senyum Ella kecut.

"Itu dunia kamu kali, dunia aku gak kaya gitu tuh" ledek Rapunzel terdengar menyebalkan.

"Kamu kok nyebelin sih, jangan so tau deh kalau gak tau apa apa" dengus Ella tak terima.

"Aku tau semuanya!" ucapnya begitu pongah. "Gak menyedihkan kaya kamu"

"Kamu kenapa sih malah ngehina aku? kamu sendiri masih kecil, jangan belagu gitu dong, seolah olah kamu tau segalanya" bentak Ella benar benar habis kesabaran. Menyadari kalau Rapunzel lebih menyebalkan dan belagu dari kakaknya.

"Lho, emang faktanya begitu kok, kamunya aja yang nggak peka, atau kamunya yang bodoh" Rapunzel masih mempertajankan intonasinya yang terdengar sangat kurang ajar itu.

"Heh, aku nggak bodoh ya!"

"Masa? Kalau kamu gak bodoh, kamu gak akan hidup sengsara sampai saat ini" Rapunzel masih berusaha memancing emosi Ella.

"Udah Stop, Aku gak mau debat Sama anak kecil" katanya dengan nada tertekan.

"Mungkin aku kecil, tapi pikiran aku dewasa, tapi kamu dewasa, otak kamu yang kecil"

"Ap-"

Ella tidak tahu harus mengatakan apa, nyerah deh sama anak kecil satu ini, tingkahnya benar benar menyebalkan melebihi kakaknya sendiri.

"Iya deh" jawabnya menyerah saja.

"Emang iyalah, lagian kalau kamu pinter kamu gak akan sengsara, kamu bisa rebut surat wasiat yang ditulis almarhum ayah kamu dari ibu tiri dan melihat siapa pewaris sah hartanya"

Ella dibuat menganga dengan ucapan bocah berusia sepuluh tahun di hadapannya. "Tau dari mana kamu tentang ibu tiri ku?"

"Aku tau semuanya" senyumnya sombong.

Ella mencibir, pasti Abra yang memberitahukannya, lagipula kan hubungan mereka terlihat sangat dekat, sepertinya tidak ada rahasia yang Abra sembunyikan dari Rapunzel, tapi bukan itu masalahnya, Ella berpikir kalau ucapan Rapunzel barusan sangatlah benar.

Tentang surat wasiat, kenapa tidak kepikiran sama sekali? Ella yakin kalau Ayahnya tidak mungkin memberikan seluruh harta warisan yang dia punya hanya untuk Nyona Kalia dan kedua putrinya saja, termasuk perusahaan yang sekarang di kelola ibu tiri, Ella yakin kalau itu atas nama dirinya.

"Baru kepikiran?" Ledek Rapunzel lagi.

Ella menyeringai dan bangkit dari duduknya " Lo emang pinter, Shayla"

Mata bulat seperti boneka itu hampir keluar dari rongga nya. "Apa?"

"Shayla!"

"Aku Rapunzel, bukan Shayla" teriaknya marah.

"Iya deh, Rapunzel" senyumnya merasa senang telah membuat gadis itu kesal.

"Oh ya, bilangin sama Kakak kamu, Cinderella nya pergi, males gue, diajakin ke rumahnya cuman nungguin dia berak doang, kurang ajar emang" dengusnya kesal.

Bukan hanya itu, Ella juga ingin cepat pulang dan menanyakan ssurat wasiat pada ibu tiri, namun saat dirinya baru saja menuruni tangga, Abra berlari mengejarnya.

"Eh mau kemana?"

"Gue mau pulang" jawab Ella malas.

"Gue anterin lagi" Sambil menggenggam tangan Ella, Abra berjalan' mengiringinya, tak menyadari jika wajah Ella sudah memerah karena ulahnya, tentu saja Ella malu, dan nyaman, saat genggaman tangan itu makin erat.

...*******************...

Tepat pukul tiga dini hari, motor Abra baru terparkir di pelataran rumah Ella, dimana seharusnya saat ini Ella sudah membantu bibi Rosy di dapur, membuatkan sarapan dan menyiapkan air hangat untuk Ibu dan kedua kakak tiri mandi.

"Makasih" ucap Ella begitu dirinya sudah turun dari motor. Matanya kembali berkaca kaca, seakan tak ingin berpisah dari Abra.

Pria itu pun turun juga, dan menarik Ella dalam dekap hangatnya, selalu membuat Ella tenang dan ingin menangis.

"Gue gak tau kenapa gue jadi cengeng gini!" Ucap Ella merasa malu, tapi tak bisa menghentikan air matanya.

Dada bidang Abra adalah tempat baru untuk menumpahkan Tangisnya, melepas sesak, dan menggantinya dengan sebuah ketenangan.

"Lo punya Gue!" Bisik Abra menyebabkan aliran darah Ella berdesir. Terlebih, saat pria itu meraih tengkuknya dan mendaratkan bibirnya di atas bibir Ella dengan lembut.

Matanya terpejam, menyalurkan rasa yang sulit di artikan, Abra menarik pinggang Ella agar lebih merapat padanya, hingga tak ada jarak diantara keduanya.

Selama itu Ella mematung, otaknya kusut, tak bisa memikirkan apapun, merasa terhipnotis oleh kelembutan bibir Abra yang perlahan lahan mulai memagutnya.

Tak sempat lidah mereka berbelit, Ella telah kembali pada kesadarannya dan langsung mendorong Abra dengan kasar.

"Dasar brengsek!" Umpatnya terlihat sangat marah.

Abra yang sepertinya baru sadar dengan apa yang dilakukannya langsung meraih tangan Ella. "Maaf, itu terjadi gitu aja"

"Lepasin!" Bentak Ella langsung saja pergi tanpa mempedulikan teriakan Abra yang berusaha menjelaskan kesalahan pahaman ini

......................

...****************...

...----------------...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!