Akhirnya bel terakhir yang di tunggu tunggu berbunyi juga, Ella memunda semua kegiatan ekskul yang di ikutinya. Bahkan Ella melewatkan makan siangnya, begitupun dengan Aurora, dia tidak membantu nenek di kios dan memilih untuk ikut bersama.Ella, di temani Abra pastinya.
"Gue mau nanya" ucap Abra setelah suasana hening sejak ketiganya berada dalam mobil milik Abra, pria itu yang memyetir, Ella dan Aurora duduk di bagian belakang.
"Kenapa kemarin Lo berdua buru buru balik? liat adek gue kaya liat setan"
"Ah itu..." Aurora menggantung kalimatnya, mereka jadi merasa bersalah dengan tingkah mereka kemarin, Abra pasti merasa tersinggung.
"Sebenernya kita gak mau pulang telat, jadi gak sempet pamit, lagian Lo kan maksa gue ke rumah aneh Lo itu, kenapa coba?" Ella yang menjawab dan kembali bertanya.
"Rumah aneh Lo bilang?" Tanya Abra makin tersinggung.
"Ya aneh, serem, kaya rumah hantu tau gak? rumah orang mah kalo mewah di dalemnya gemerlap berkilauan, lah rumah Lo kaya rumah setan" tukas Ella terang terangan, tak peduli dengan Aurora yang menyikutnya memberi isyarat agar Ella tidak berbicara buruk lagi.
"Mending Lo diem aja deh, jangan mengklaim orang kaya gitu sementara Lo sendiri gak tau apa apa"
"Gue tau, dan rumah Lo emang aneh" kukuh Ella tak mau kalah.
"Eh Lo baru kenal gue sehari aja udah berani, kurang ajar banget" Nada bicara Abra serius kali ini.
"Apaan sih malah pada berantem, udah dong, kita lagi serius ini" lerai Aurora merasa terganggu.
"Dan kalo bukan gara gara Lo, mungkin sepatu kaca itu udah ada di tangan adek gue, dia gak akan nangis nangis dan minta balik sepatunya" Abra tak ingin berhenti, melampiaskan kekesalannya pada Ella.
Dan karna itu pula Ella terdiam, dia kembali menyadari kesalahannya, dan dia harus mengalah lagi, menyingkirkan ego dan menerima kesalahan. Hutangnya besar pada Abra, dan tidak bisa dia ganti, namun dengan lapang dada pria itu memberinya maaf.
"Yaudah maaf, Gue mau nemuin adek Lo lagi, dan janji bakal gantiin sepatunya"
"Percuma, Lo gak akan bisa kasih dia sepatu palsu, dia pinter banget ngenalin yang kw sama yang asli"
"Gak, gue ganti sama yang asli"
Cekiiiit
Abra menginjak pedal rem dengan mendadak, membuat para gadis hampir saja terhantuk jok bagian depan kalau tidak pakai pengaman.
"Udah nyampe!" sahutnya baru sadar, obrolan tadi hampir saja melewatkan letak toko barang antik.
Namun seperti yang Abra katakan, Toko barang antik yang seharusnya terletak di samping pohon besar itu tidak ada di sana, tidak ada tanda tanda atau bekas berdirinya sebuah bangunan.
Karna masib penasaran, Ella turun dari mobil,berjalan mendekati pohon itu.
"Jangan jangan, nenek penjaga toko itu adalah...."
Wush!
Tiba tiba angin berhembus dingin, kuat sekali tak mampu Ella halau, dia bermaksud untuk kembali ke mobil, namun saat dirinya berbalik, pandangan di sekitarnya berubah gelap, Ella merasa telinganya berdengung dan itu terasa menyakitkan, kepalanya di dera rasa sakit yang luar biasa, bagai di pukul oleh palu berukuran raksasa.
Kemudian, Ella melihat kilatan cahaya di depannya? Terlihat seperti potongan film dimana seorang gadis sedang di aniaya oleh tiga orang wanita, kemudian gadis itu pergi, berlari masuk ke hutan dan hilang di tengah kegelapan malam, terjebak di dalamnya, dan seorang ibu peri datang, memberi gadis itu gaun indah juga sepatu kaca yang tak kalah indah, sehingga dia dapat pergi ke pesta topeng yang diadakan oleh kerajaan, Gadis itu berdansa bersama pangeran, namun tak berlangsung lama setelah Waktu sudah menunjukan pukul dua belas, dimana mantra ibu peri akan hilang dan Gadis itu harus meninggalkan pesta.
Pangeran yang tidak ingin gadis itu pergi menahan tangannya, dan di situlah topeng gadis itu terbuka, sampai membuat pangeran terpana dibuatnya, dan dalam kesempatan itu, gadis itu melarikan diri, membiarkan sepatu kacanya yang tertinggal sebelah.
JLEB!
Sampai di situ, Suasana kembali gelap, tubuh Ella terasa di hempaskan dari ayunan dengan sangat kencang.
"Ella Sadarlah!" Di sisi lain Aurora sibuk menyadarkan Ella dengan mengguncang tubuhnya pelan.
"Aurora?" tanya Ella agak linglung, matanya mengerling melihat keadaan sekitar. Dimana ia masih berdiri di tempat yang sama, dekat pohon itu.
"Lo kenapa?" tanya Abra terlihat khawatir.
Masih dalam rasa terkejut yang teramat sangat, Ella menggelang pelan. Untuk bicara saja rasanya tak mampu.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments