5. 7 putri disney

"Apaan sih Lo narik narik tangan temen gue?!" Cicit Aurora berusaha melepas cekalan tangan cowok itu dari tangan Ella, "Lepasin gak?"

Ella yang benar benar kesakitan hanya bisa memberontak, sementara pegangan tangan cowok itu tak bergeser sedikitpun, urat urat ditangannya mengeras, tubuhnya eksotis, tanda dia rajin olahraga.

"Abra!" Aurora membentak, sukses membuat cowok yang dipanggil namanya langsung berhenti.

"Lo bisa kan bersikap lembut sama cewek? Gak usah maksa maksa gini?"

"Kok jadi Lo yang sewot? Gue gk ada urusan sama Lo, pergi sana!"

"Lepasin Ella dulu!" Kukuhnya.

"Gue bakal lepasin dia setelah urusan gue selesai"

"Gue salah apa sih sama Lo?" Tanya Ella jadi bingung.

"Sepatu kaca itu mau gue ambil, tapi gara gara Lo jadi pecah"

"Yaudah sih maaf, gue ga sengaja" dengan berat hati Ella mengalah. "Tapi lepasin ya, cengkraman tangan Lo lebih sakit daripada cengkraman tangan ibu tiri gue" cengirnya dengan sakit yang tertahan.

"Oke, gue lepasin, tapi jangan kabur, Lo harus ikut gue pulang"

"Lah kenapa?"

"Ikut aja, Lo juga" dia melirik pada Aurora.

Wajahnya tak segarang tadi, yang awalnya Ella mengira jika Abra hanya memiliki wajah datar, ternyata tidak, dia punya berbagai macam emosi dan menyiratkannya dalam raut wajah tampannya itu.

++++++++++++++++

Didepan bangunan mewah berlantai dua, Abra menuntun Ella masuk ke rumah mewah itu dengan terburu buru, sampai ia tidak bisa melihat kemegahan yang ada di dalamnya.

"Pelan pelan dong ah!" teriak Ella lelah, dia sedang menaiki tangga beralaskan karpet merah sekarang, anak tangga berbentuk spiral yang sampai saat ini tidak terlihat dimana puncaknya.

"Lo berdua yang lambat, jalan kaya kurcaci gitu" ledek Abra tak memelankan langkahnya

Hingga tibalah mereka di sebuah lorong panjang dengan cahaya temaran dari lampu bohlam yang tertutup debu. Terus menelaah untuk tiba diujung, hingga akhirnya tiba didepan pintu bercat merah muda dengan gambar mawar yang menghiasi pinggirannya.

Ella dan Aurora saling melirik, agak ngeri, bernapas saja sulit rasanya meski udara di sini begitu lembab.

"Buka!" titah Abra tegas.

Ella menyikut Aurora agar dia saja yang buka, namun gadis itu lebih penakut dari Ella, dia balas menyikutnya. "Lo aja!"

Ella mendengus sebal, perlahan tapi pasti, ia memegang daun pintu dengan tangan gemetar, bayangannya tentang ruangan itu adalah seekor buaya besar yang sedang membuka moncongnya siap memangsa.

Mulut Ella komat kamit hingga terbukalah ruangan tak terkunci itu.

CEKREK!

Harum mawar menyeruak, terasa menyegarkan badan, ruangan terburuk yang sempat Ella pikirkan barusan telah sirna, berganti rasa kagum akan kecantikan yang ada didalamnya.

Sebuah kamar, bernuansa pink, dengan bunga bunga menghiasi dindingnya, dan lukisan ke 7 putri Disney yang membuat siapa saja berdecak kagum, diantaranya Cinderella, Aurora, snow white, belle, Yasmin, Ariel, dan terakhir Tiana.

Ella mengenal semuanya karna dulu Ayah selalu mendongeng untuknya. semua putri kerajaan, pangeran dari negri dongeng, dan keajaiban lainnya. Ayah tahu segalanya, mungkin karna itu dirinya dinamakan Cinderella.

Ayah bilang, Cinderella adalah putri paling cantik dan di kenal banyak orang. Ayah juga berharap, kelak dirinya tumbuh seperti Cinderella yang baik hati dan disayangi semua orang.

"Dek!" panggil Abra pada sosok mungil yang terbaring lemah di atas ranjang.

Sosok itu bangkit, dengan Rambutnya yang panjang, pipinya gembil, matanya bulat, bibir tipis terhimpit pipi dan warna kulitnya, putih, seputih mayat.

"Mana sepatu kaca aku Kak!"

Suaranya, manis sekali sekali!

"Maaf ya, sepatu kacanya gak bisa Kakak dapetin, tapi kakak bawa putri Cinderella ke sini" senyum Abra memegang pundak Ella dari belakang, dan mendorongnya sampai Ella berhadapan dengannya.

Gadis itu merengut, menatap Ella begitu tidak berkesan, kemudian pandangannya beralih pada Aurora yang langsung tersenyum san melambai ke arahnya.

"Aku suka Kakak yang ini" gadis kecil itu berjalan menghampiri Aurora.

"Hay, nama Kakak Aurora, siapa nama kamu?" tanya Aurora ramah.

"Aku...Rapunzel" Gadis itu memutar tubuhnya yang berisi.

"Nama kamu cantik" puji Aurora tulus.

"Kakak yang ngasih nama sesuai keinginan aku" senyumnya kemudian menggenggam tangan Abra dengan tangan mungilnya.

"Tapi aku kecewa sama kakak, kenapa kakak nggak bawa sepatu kaca Cinderella?" tanyanya sambil mengerucutkan bibirnya dengan kecewa.

"Maaf" Ella berbicara lebih dulu daripada Abra. "Aku yang jatuhin sepatu kacanya"

"Kakak jahat, kakak nggak baik kaya putri Cinderella" teriaknya marah.

"Aku nggak sengaja, tapi nanti aku cari lagi dan kasih ke kamu"

"Nggak bakal ketemu" sahut Abra.

"kenapa?"

"Sepatunya bukan dari kaca biasa, rumah ini aja gak cukup buat beli sepatu itu" jelas Abra membuat Ella terkejut setengah mati. Ingin salto kalo bisa!

......................

...****************...

...----------------...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!