Paman Bilar tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal Darwin. Pria tua itu bahagia bisa membuat keponakannya itu merana mendengar ucapannya tadi.
''Kau lakukan rencana kita selanjutnya!" ucap paman Bilar kepada sekretaris pribadi.
''Tapi tuan, kekuasaan Darwin berada di mana-mana apakah kita akan mampu melawannya?" tanya sekretaris itu ketakutan.
''Jangan khawatir mengenai bocah ingusan itu, akan kulakukan rencanaku seperti yang kau lakukan kepada ayah ya terdahulu,'' kekehnya.
''Tuan, Darwin dan ayahnya beda bahkan sorot matanya terlihat menakutkan,'' tambah sekretaris itu.
''Apa kau tidak mau melakukan yang kukatakan?!" bentak paman Bilar.
''Baik tuan, saya akan melakukannya.'' Berat hati sekretaris itu langsung menghubungi anak buahnya melakukan rencana kedua.
''Darwin akan merasakan sakit yang luar biasa seperti yang kualami dulu,'' batin ya.
''Saya sudah mengerahkan anak buah tuan, malam ini mereka akan bereaksi,'' lapor sekretaris itu.
''Bagus, Darwin kali ini tidak akan bisa berkutik lagi.'' Paman Bilar tertawa terbahak-bahak dalam mobilnya sambil membayangkan kehancuran Darwin.
Di kediamannya, Darwin diam termenung sendirian di ruang kerja. Dia memikirkan kedatangan pamannya tiba-tiba datang mengunjunginya.
''Dia mau apa datang ke sini?" ucapnya pelan.
Ketukan pintu membuat lamunannya buyar Darwin berpura-pura mengerjakan proyek perusahaan.
''Masuk!" serunya.
Ternyata Mira datang membawa sebuah minuman hangat sekaligus dengan makanan ringan.
''Maaf, aku mengganggumu,'' ucap Mira pelan.
''Tidak apa! Masuklah.'' Mira masuk setelah mendapatkan izin karena dia tidak mau membuat Darwin marah.
''Aku membuatmu minuman,'' ucap Mira pelan.
''Kau tidak melakukan sesuatu ke dalam minuman ini kan?" goda Darwin.
''Aku akan mencobanya.'' Darwin langsung menahan gelas itu.
''Jangan cepat marah aku tak di hanya bercanda,'' kekeh ya.
Mira terkejut melihat perubahan Darwin dia heran tiba-tiba pria arogan ini bersikap lembut kepadanya.
''Darwin, aku ijin keluar ya,'' pamit Mira karena tidak mau mengganggu Darwin bekerja.
''Tunggu! Temani aku di sini!" tahannya.
''Tapi.'' Mira ketakutan melihat manik mata Darwin yang begitu tajam.
''Ya, aku akan menemanimu.'' Berat hati Mira akhirnya duduk di bangku panjang yang terletak di hadapan Darwin.
Tidak tahu apa yang akan dilakukannya di sana Mira memutuskan mengambil buku untuk dibaca.
Darwin memperhatikannya dari jarak jauh dia tidak masalah kalau Mira membaca buku pengetahuan bisnis.
''Apa kau suka membacanya?" tanya Darwin.
''Aku sama sekali tidak memahami soal bisnis,'' jawabnya singkat.
''Kau boleh belajar di sini kalau ingin mengetahui hal bisnis,'' ucap Darwin.
''Tapi aku akan mengganggu disini.'' Darwin beranjak dari bangku kebesarannya itu.
''Apapun yang kumiliki saat ini milikmu juga Mira,'' bisiknya.
Mira tertegun mendengar ucapan Darwin dia tidak tahu apa yang akan dikatakannya kepada pria dewasa ini.
''Tapi bukankah kita adalah.'' Darwin langsung menyatukan dua buah ceri itu.
Buku yang berada di tangan Mira jatuh ke lantai terkejut mendapatkan serangan mendadak.
''Jangan pernah membantah Mira, aku tidak pernah menyukai hal itu. Cukup kau patuh kepada ku!" Darwin mengatakan itu setelah melepaskan penyatuan.
''Ya,'' angguk Mira gugup.
''Bagus, kalau kamu patuh anak kita juga akan melakukan hal yang sama.'' Darwin mengusap perut Mira.
''Apa yang terjadi sebenarnya kenapa tiba-tiba pria ini menjadi lembut? Apa karena saat ini sedang mengandung ya? Jangan-jangan nanti setelah aku melahirkan dia akan kembali seperti dulu?" Mira ketakutan membayangkan hal itu terjadi.
Beberapa hari ini dia merasakan kebahagiaan mendapatkan perhatian penuh dari Darwin.
''Kau sudah lelah?" tanya Darwin ketika mendapati Mira menguap.
''Tidak,'' jawabnya berbohong.
''Ayo kita lebih baik tidur tidak baik untuk kalian berdua.'' Hal yang semakin tidak terduga membuat Mira kembali terkejut karena Darwin menggendong ya sampai ke kamar.
''Darwin, aku bisa jalan,'' ucapnya.
''Ya, tapi aku menyukainya seperti ini.'' Mira tidak bisa berkata apa-apa lagi hanya diam sambil memikirkan sesuatu.
Darwin meletakkan tubuh Mira hari-hari di atas tempat tidur dia langsung menaikkan selimut sampai ke leher.
''Tidurlah, aku mau keluar sebentar.'' Mira memejamkan kedua bola mata karena merasakan kehangatan di keningnya.
''Ada apa ini?" jerit Mira dalam hati.
Mira melihat kepergian Darwin dan sudah hilang di balik pintu dia bangun merasakan jantungnya berdetak begitu kencang.
''Aku takut,'' lirihnya pelan.
Darwin turun ke bawah karena merasakan tenggorokannya kering.
Sama sekali tidak ada dia merasakan sesuatu akan terjadi dalam kediamannya saat ini.
''Tuan, anda belum tidur?" tanya sekretarisnya.
''Aku haus,'' balasnya.
''Saya akan mengambil untuk anda Tuan.'' Darwin mengangguk mengerti dia langsung duduk di bangku.
Darwin memilih melihat isi ponsel ya banyak pesan masuk membuatnya pusing.
''Siapa yang spam sebanyak ini?" kesalnya.
''Tuan, silahkan!" ucap sekretaris itu.
''Kau tahu siapa yang mengirim pesan ini?" Darwin memberikan ponselnya kepada sekretarisnya itu.
''Tuan Bilar,'' ucapnya tanpa sengaja mengatakan nama itu.
''Apa?! Bagaimana bisa paman mengetahui nomorku?" sentaknya.
Hanya dia dan sekretaris yang mengetahui nomor pribadinya ini selebihnya tidak.
''Tuan, percayalah saya tidak melakukan itu,'' mohon sekretaris Darwin.
''Aku tidak mempercayaimu lagi sebaiknya kamu keluar!" sentak Darwin.
''Tuan, saya mohon percayalah semua ini adalah trik tuan Bilar untuk membuat kita berdua pisah,'' mohon sekretaris ya itu.
''Aku udah tidak mempercayaimu lagi pergi!" bentak Darwin.
''Saya tidak akan pergi dari sini sebelum tuan mengampuni saya,'' lirihnya.
Darwin tidak peduli langsung meninggalkan sekretarisnya itu dengan wajah yang kesal.
''Aku membencimu!" Darwin benar-benar tidak menyukai sekertarisnya yang sudah dipercaya.
''Tuan Bilar sungguh keterlaluan sekali membuat kami berdua pecah belah. Aku tidak mau tuan Darwin semakin membenciku,'' rutuk sekretaris Darwin.
Sekretaris itu meninggalkan kediaman Darwin langsung menuju ke rumah paman Bilar.
Begitu percaya diri dan tanggapan tanpa ada yang mengawal membuatnya tidak takut.
''Tuan, sekretaris tuan Darwin ada di luar,'' lapor ajudan paman Bilar.
''Bawa dia masuk, sepertinya kita akan mendapatkan sajian yang menyenangkan,'' kekeh ya.
Setelah mendapatkan izin sekretaris Darwin masuk dengan wajah yang terlihat tidak bersahabat.
Kedua bola matanya menyoroti paman Bilar sedang bermain-main dengan wanita yang begitu muda.
''Kau ternyata datang lebih awal dari dugaanku,'' seru paman Bilar.
''Apa yang anda inginkan tuan?" tanya sekretaris Darwin dingin.
''Simple aja, kau mau bermain denganku?" tanya paman Bilar sambil bermain dengan kedua wanita yang bersamanya saat ini.
''Apa itu?" Paman Bilar menyuruh kedua wanitanya itu meninggalkan dia.
''Tunggu aku di atas sayang,'' bisik paman Bilar.
''Baik Tuan, kami menunggu dengan setia.'' Paman Bilar tidak segan-segan colek dua bukit itu di hadapan sekretaris Darwin.
Kemudian paman Bilar menghampiri sekretaris Darwin dengan tatapan yang tidak suka.
''Kau tidak pernah berubah ya, sudah lama kau mengabdi bersama dengan Darwin.'' Sekretaris Darwin tidak menyangka yang dikatakan pria tua ini.
''Apa yang ada inginkan dari saya tuan?" tanyanya langsung ke point.
''Hanya satu permintaanku kepadamu, buat perusahaan Darwin hancur lalu alihkan kepadaku.'' Setelah mengatakan itu paman Darwin mengambil secarik kertas.
''Hanya itu?" tanya sekretaris Darwin dingin khas dan datar.
''Ya, maka kalau akan mendapatkan imbalan yang fantastis. Ketik saja nominal yang kau inginkan akan kuberikan detik ini juga.'' Sekretaris Darwin tidak tertarik melihat kertas di hadapannya itu.
''Anda benar-benar keterlaluan tuan, keponakan sendiri kenapa harus melakukan itu?" Paman Bilar langsung memberikan pelajaran kepada sekretaris Darwin.
''Jangan melawanku, saat ini Darwin sudah tidak mempercayai mu lagi. Kau bahkan tidak tahu semua aset yang kau miliki sudah ditariknya.'' Kedua bola mata sekretaris itu terbuka lebar.
''Tidak mungkin tuan Darwin secepat itu melakukan ini kepadaku,'' pekik ya.
''Apa yang tidak mungkin kau bahkan yang sudah lama bekerja dengannya dia mampu membuatmu jatuh miskin.'' Paman Bilar tertawa terbahak-bahak melihat wajah sekretaris Darwin sudah lemah.
''Aku tidak bisa melakukannya tuan, kesalahan ini bukanlah aku yang melakukannya tapi anda.'' Wajah paman Bilar langsung mengaras.
''Kau menolak tawaranku? Dimana Pun kau bekerja tidak akan ada yang menerimamu, ingat itu,'' sentaknya.
''Saya tidak mau menghianati tuan Darwin, apapun yang anda katakan saya tidak akan pernah mau melakukannya.'' Sekretaris Darwin langsung berbalik ingin meninggalkan tempat ini.
''Kau tidak akan pernah bisa keluar dari sini sebelum melakukan semua yang ku katakan!" Tiba-tiba begitu banyak pengawal langsung mengelilingi mereka berdua.
Sekretaris Darwin tarik nafas lalu membuangnya kesal melihat ambisi paman Darwin.
''Tuan, apapun yang anda inginkan saya tidak akan pernah melakukannya. Yang saya kesal kan adalah kenapa anda melakukan ini kepada kami berdua?" tanyanya datar.
''Kau melupakan ayah Darwin? Banyak hal yang masih belum terungkap mengenai kematian kakakku itu?" Kedua bola mata sekretaris Darwin terbuka lebar.
''Jadi, anda yang melakukan itu tuan?" tanyanya geram.
''Kalau ia memangnya kenapa? Di adalah kakakku dan melakukan itu adalah hak ku.'' Paman Bilar tertawa terbahak-bahak membayangkan bagaimana saudaranya untuk meninggalkan dunia ini dengan keadaan yang tidak layak.
''Keterlaluan anda!" Beraninya sekretaris Darwin menarik kerah baju Paman Bilar emosi mendengar ucapannya.
''Apa? Kamu melakukan apa di rumahku ini? Kekuasaan mu tidak ada di sini bahkan Darwin saat ini sedang terpuruk.'' Sekretaris Darwin langsung melepaskan tangannya dari sana.
''Aku tidak bisa berlama-lama di sini bagaimanapun tuan Darwin membutuhkanku saat ini,'' gumamnya.
''Lakukan yang kukatakan tadi kau akan mendapatkan kekayaan yang fantastis. Bekerja dengan Darwin apa kamu tidak pernah merasakan lelahnya bekerja pagi siang sore dan malam?" goda Paman Bilar.
Sekretaris Darwin terlihat diam sesaat dia sangat bersyukur sekali bukan majikan yang datang ke sini.
''Aku harus memikirkan cara bagaimanapun juga tuan Darwin di sini adalah korban,'' ucapnya dalam hati.
''Kau jangan membuat keputusan yang fatal kalau tidak, Darwin akan kulakukan sesuatu kepadanya,'' ancam paman Bilar.
''Baik, saya akan melakukan itu tuan,'' jawabnya singkat.
''Bagus, pengawal akan menemanimu kemanapun pergi.'' Lima orang pengawal setia sudah menunggunya di belakang.
''Ya,'' angguknya.
Waktu terus berputar hingga tengah malam telah tiba sekretaris Darwin bersama dengan lima orang menuju ke kediaman lama Darwin.
''Jangan melakukan kesalahan kalau tidak tuan Bilar tidak akan segan-segan memberikan pelajaran kepada Darwin,'' ancam pria pertama.
''Kalian tidak perlu mengancamku seperti itu,'' jawab sekretaris Darwin dingin.
''Bos, sepertinya kita salah jalan karena Tuan besar memberikan alamat ini,'' tunjuk ya.
''Kau?!" pekiknya dalam menarik kerah sekretaris Darwin.
''Semua berkas perusahaan tuan muda berada di rumah lamanya, kalian jangan cemas sekarang kediaman itu sudah tidak berpenghuni lagi,'' balas sekretaris Darwin.
''Awas kau membodohi kami kalau tidak tuan Bilar akan memberikan pelajaran untukmu dan si Darwin.'' Sekretaris Darwin hanya bisa diam sambel memikirkan cara untuk menyingkirkan kelima orang ini.
''Semoga tuan Darwin menyadari apa yang saat ini terjadi,'' batin ya.
Mobil sudah berhenti tepat dihadapan gerbang tinggi bahkan rumah di dalam sama sekali tidak terlihat.
Seorang satpam keluar karena merasa tidak mendapatkan laporan mengenai kedatangan seseorang ke sini.
''Ada yang bisa saya bantu pak?" tanyanya.
''Mando, ini saya,'' ucap sekretaris Darwin.
''Tuan sedang apa di sini?'' tanya ya heran melihat kedatangan sekretaris majikan itu.
''Aku ada keperluan di dalam sana buka pintunya!'' serunya.
''Tapi rumah ini sudah tidak memiliki kunci tuan,'' jawabnya tidak menaruh curiga.
''Aku sudah membawanya Mando.'' Satpam itu baru menyadari setelah mendapatkan isyarat dari sekretaris majikannya itu.
''Baik Tuan.'' Bercampur keringat satpam itu langsung membukakan pintu.
''Mando, berikan ini kepada teman-temanmu yang lain kalian boleh minum dengan sepuasnya.'' Sekretaris Darwin memberikan uang yang begitu banyak.
''Ya tuan terima kasih banyak,'' jawabnya ambil menerima.
Kelima orang itu sama sekali tidak curiga mereka hanya memperhatikan sekeliling tidak ada orang-orang yang mencurigakan.
''Semoga Mando menyadari dibalik uang itu ada pesan,'' batin sekretaris Darwin.
Mobil itu lalu masuk ke dalam namun tiba-tiba lembaran kertas tipis jatuh ke tanah.
''Oh My God?! Tidak mungkin?" pekiknya.
''Apa? Apa yang terjadi?" tanya teman Mando karena melihat rekan kerjanya itu gemetar.
''Tuan dalam bahaya,'' ucapnya gemetar.
''Apa?'' Mereka berempat melihat isi surat itu langsung memberitahukan kepada Darwin.
Udah tengah malam Darwin sudah tidur bersama dengan Mira.
Tidurnya terusik lalu dia bangun sambil memperhatikan nomor yang tidak dikenalnya.
''Aku sangat membenci nomor ini, begitu banyak yang menghubungi ku,'' kesalnya.
''Darwin, kau kenapa?" tanya Mira karena dia terganggu tidur.
''Tidurlah, aku harus menjawab ini.'' Darwin bangun males mengangkat telepon itu.
''Tuan, ada sesuatu yang darurat di sini?!" teriak Mando.
''Kau siapa?" tanya Darwin kesal.
''Tuan, anda tidak akan percaya yang baru saja terjadi kalau sekretaris anda saat ini sedang bahaya di kediaman lama. Dia memberikan sebuah pesan kepada kami kalau anda dan nona sedang bahaya saat ini.'' Kedua bola mata Darwin terbuka lebar mendengar ucapan satpam ya itu.
''Di mana dia sekarang?" sentak Darwin.
''Apa yang terjadi, Darwin?" tanya Mira ketakutan.
''Sekretarisku dalam bahaya Mira,'' ucapnya.
''Apa?" Mira menutup mulutnya dia juga ketakutan.
''Tuan, saat ini mereka sudah berada dalam rumah saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana sekarang.'' Darwin langsung mematikan ponselnya bergegas beranjak menuju ke sana.
''Kau mau ke mana, Darwin?" tanya Mira takut.
''Aku harus ke rumah lama Mira, sekretaris ku saat ini dalam bahaya,'' ucap Darwin.
''Tapi kau bersama siapa ke sana?" tahannya.
''Jangan ke mana-mana, tunggu aku di sini.'' Darwin langsung meninggalkan Mira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments