Darwin dapat melihat manik mata Mira sedih tidak ada raut wajah bahagia terlihat di sana.
Begitu banyak makanan yang tersaji di atas meja namun sama sekali tidak mengunggah selera.
''Ada sesuatu yang tidak enak di makanan ya?'' tanya Darwin.
''Tidak, makanan ini enak,'' jawabnya gugup.
''Makanlah yang banyak kalian berdua perlu nutrisi yang bergizi agar sehat,'' tambah Darwin.
''Ya,'' jawab Mira.
Mira benar-benar tidak kuat menikmati makanan di hadapannya ini.
''Tuan, maaf mengganggu Tuan Bilar datang untuk menemui anda.'' Sendok yang dipegang Darwin jatuh ke lantai mendengar nama Bilar yang sudah lama tidak dia dengar.
''Kau habiskan makanan ini aku mau menemui paman dulu.'' Mira heran melihat ekspresi Darwin yang tidak biasanya.
''Siapa Bilar?" gumam Mira.
Darwin bener-bener kesal ternyata paman ya itu masih ada wajah datang ke tempatnya.
''Dengan siapa dia datang ke sini?" tanya ya.
''Sendiri tuan,'' jawab sekretaris Darwin.
''Istrinya di mana?" Namun obrolan mereka berdua langsung berhenti karena paman Bilar menghampiri mereka dengan senyumannya yang mencurigakan.
''Hai anakku sudah lama tidak bertemu.'' Pelukan langsung membuat Darwin tidak suka.
''Tumben paman datang mengunjungi ku?" sindir Darwin.
''Paman tiba-tiba sangat merindukanmu Darwin, bagaimana dengan kabarmu?" tanya Bilar lalu mereka berdua duduk.
''Baik, seperti yang terlihat paman,'' balas Darwin dingin.
''Ya, paman sangat bangga terhadap dirimu Darwin bisa berdiri sendiri,'' puji paman Bilar.
Pelayan menyuguhkan minuman untuk mereka berdua namun sama sekali tidak mau diminum paman Bilar.
''Paman tidak minum?" tanya Darwin.
''Nanti, di simpang menuju ke sini paman sudah minum terlebih dahulu,'' alasannya.
''Kue ya paman,'' tambah Darwin.
''Paman saat ini sedang alergi memakan sejenis kue Darwin.'' Darwin kesal dia langsung menyuruh pelayan untuk mengambil semua makanan yang tersaji di atas meja.
''Bawa makanan ini, sepertinya tamu tidak menginginkannya.'' Paman Bilar gondok mendengar ucapan Darwin.
''Darwin, kau sudah mendengar kalau paman menikah beberapa tahun yang lalu.'' Darwin mengangguk.
''Ya, sayangnya istri paman sekarang ini adalah mertuaku,'' balas Darwin.
''Apa? Bagaimana bisa?" tanya paman Bilar.
''Apa yang tidak mungkin kalau uang sudah bermain?" Paman Bilar rasanya ingin memberikan pelajaran kepada Darwin.
''Bagaimana dengan bisnis mu saat ini Darwin?" tanya paman Bilar mengalihkan obrolan.
''Paman datang ke sini mau ndak ngapain?" tanya Darwin karena waktunya merasa terbuang.
''Paman hanya ingin mengunjungi mu Darwin, kau tahu tidak kalau paman sangat merindukanmu. Melihat wajahmu persis seperti kakak ayahmu sendiri,'' lirihnya.
''Tidak ada yang perlu diobrolkan paman, saat ini aku sedang sibuk.'' Darwin hendak berdiri namun di tahan paman Bilar.
''Tunggu!" Darwin menoleh tangannya yang dipegang paman Bilar.
''Istriku saat ini sedang menungguku,'' lanjut Darwin.
''Apa paman boleh bertemu dengan istrimu, bagaimanapun dia adalah putri aku juga.'' Darwin marah mendengar ucapan paman Bilar.
''Jangan pernah katakan itu kalau istriku adalah putrimu,'' sentak Darwin.
''Apa kau melupakan kalau ibunya saat ini sudah menjadi istriku Darwin,'' tantang paman Bilar.
''Sampai kapanpun istriku bukan putri mu, sekarang lebih baik paman pergi dari sini!" usir Darwin.
''Jangan pernah lupakan kalau istrimu adalah putriku Darwin. Di meja pengadilan aku bisa menuntutmu.'' Setelah mengatakan itu paman Bilar meninggalkan kediaman Darwin.
''Pria tua, lihat saja bagaimana nanti aku membalas kalian semuanya,'' kesal Darwin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments