Ddrrtt ddrrtt
Suara pesan masuk di ponsel Ambar, membuat Ambar yang sedang asyik berbincang dengan Liliana menolehkan pandangan ke arah ponselnya yang dia letakan di atas meja.
Ambar membuka pesan gambar dari Sonny, suaminya. Matanya langsung menyipit memperhatikan foto yang dikirimkan suaminya. Dia sampai menggerakkan jarinya untuk memperbesar gambar tersebut, hingga semakin jelas terlihat foto Airin yang sedang berbincang dengan seorang pria tampan.
" Temanmu, nih, Ma." Itu tambahan pesan teks yang dikirim oleh Sonny di bawah pesan gambar tadi.
" Li, lihat ini!" Ambar lalu menunjukkan gambar kiriman Sonny di ponselnya itu pada Liliana.
" Siapa, Bar?" Liliana mengambil ponsel milik Ambar lalu memperhatikan gambar yang ditunjukkan Ambar tadi. " Sama siapa Airin ini?" Pandangan matanya kini menoleh ke arah area Kidz Zone.
" Kamu penasaran? Kita lihat, yuk!" Ambar merebut ponselnya dari tangan Liliana lalu memasukkan ke tasnya. Setelah itu dia menghabiskan juice dan bangkit dari kursi, diikuti oleh Liliana yang bergegas menuju area permainan anak-anak.
" Di mana, Pa?" tanya Ambar pada Sonny.
" Tuh ...!" Sonny menunjuk kursi yang dipakai Airin dan Gagah duduk berbincang.
" Kita dekati, Li!" Ambar mengajak Liliana mendekati Airin dan Gagah.
" Mau apa, Ma? Jangan ganggu mereka! Biarkan saja mereka sedang berbincang ..." Sonny melarang istrinya untuk mengganggu Airin.
" Iiihh, Papa ini! Aku sama Liliana 'kan kepo!" Tak memperdulikan larangan suaminya, Ambar dan Liliana tetap mendekat ke arah Airin.
" Eheemmm, pantas saja ditungguin tidak balik-balik ke food court, ternyata oh ternyata ..." Setelah sampai di dekat Airin, Ambar langsung menegur Airin yang tak menyadari kedatangannya dengan Liliana.
Suara Ambar mengangetkan Airin dan Gagah yang kala itu saling menatap tanpa ada kata-kata yang terucap.
Airin seketika tersiap saat mendengar suara Ambar dan mendapati kedua sahabatnya sudah berdiri di hadapannya saat ini. Dia pun langsung bangkit dari duduknya, sembari merutuki keasyikannya saling berbagi tatap dengan Gagah.
" Hmmm, asyik banget saling pandang-pandangan, sampai lupa aku sama Ambar nunggu di food court, Rin!" ledek Liliana membuat Airin salah tingkah dengan wajah merona merah.
" Mereka ini teman-teman kamu?" Mendengar interaksi kedua orang yang tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka, Gagah dapat menebak jika mereka adalah sahabat Airin.
" Oh, i-iya, Pak." sahut Airin gugup.
" Yang begini tidak ingin dikenalkan ke aku sama Liliana, Rin?" sindir Ambar melirik ke arah Gagah.
" Hmmm, i-ini Pak Gagah, beliau salah satu nasabah Central Bank." Airin memilih mengenalkan Gagah sebagai nasabah bank di tempatnya bekerja.
" Gagah ..." Dengan percaya diri, Gagah mengulurkan tangan memperkenalkan dirinya pada Liliana dan Ambar.
" Wuih, cocok banget nama sama orangnya," celetuk Liliana terkekeh. " Saya Liliana, Mas." Liliana membalas jabat tangan Gagah. Berbeda dengan Airin, Liliana memanggil Gagah dengan panggilan Mas, karena melihat sosok Gagah masih muda.
" Saya Ambar, Mas. Kami berdua sahabat Airin." Ambar bergantian berkenalan dengan Gagah. Dia pun mengikuti cara memanggil Liliana terhadap Gagah.
" Mas Gagah ini sedang menemani anak juga?" tanya Liliana, karena kebanyakan orang dewasa yang ada di area permainan anak adalah orang tua yang mendampingi anaknya bermain.Tapi, kalau menemani anak, artinya Gagah sudah berumah tangga. Lalu, kenapa Airin asyik berdua-duaan dengan suami orang? Apalagi saling pandang seperti tadi. Apa Airin tidak takut kepergok istri dari Gagah dan akan dituduh genit pada suami orang? Padahal Airin sendiri merasakan pahitnya sang suami direbut wanita lain. Hal itu yang membuat Liliana heran.
" Saya mengawasi keponakan yang kebetulan dititipkan kakak saya di sini." Gagah menjelaskan keberadaannya di sana.
" Oh, keponakan ..." Liliana menarik nafas lega melirik ke Ambar yang mempunyai pemikiran yang sama seperti dirinya.
" Ma, anak-anak sudah selesai mainnya." Eko, menggendong anaknya mendekat ke arah Liliana.
" Sudah selesai, Pa? Ya sudah, ayo keluar." Liliana lalu berpamitan pada Airin dan Gagah. " Aku duluan ya, Rin, Mas."
" Aku juga duluan, ya! Anakku juga kayaknya sudah selesai mainnya." Ambar juga ikut berpamitan, seolah ingin memberi kesempatan pada Airin dan Gagah melanjutkan obrolannya yang terjeda karena kedatangan mereka. Mereka semua akhirnya meninggalkan Airin berdua saja dengan Gagah.
Airin memperhatikan kedua temannya dan suami mereka keluar dari area permainan dengan anak mereka. Seketika itu dia juga teringat jika waktu bermain Luna pun pasti sudah habis karena merasa tadi masuk bersamaan.
" Luna ...!" Airin mencari keberadaan Luna dan meninggalkan Gagah.
" Luna, sayang. Ayo kita pulang! Vio, Fatih sama Al sudah selesai mainnya." Airin mendekat ke arah Luna yang kini sedang bermain berperan sebagai seorang chef bersama Clarissa.
" Luna nanti kita main camaan lagi, ya!?" Mengetahui Luna hendak meninggalkannya, Clarissa mengatur janji untuk bermain bersama kembali, seolah-olah mereka akan bertemu lagi di lain waktu.
" Iya, Ica. Daaag Ica ..." Luna melambaikan tangan pada Clarissa.
" Ica, Tante pulang duluan, ya! Salam untuk Mama Ayu." Airin membelai wajah berkulit halus Clarissa.
" Iya, Ateu. Daaag Ateu ... daaag Luna ..." Clarissa pun balas melambaikan tangan kepada Luna.
" Maaf, Pak. Saya permisi dulu." Airin pun lalu berpamitan pada Gagah yang ikut menyusulnya menemui Luna.
" Kamu mau pulang sekarang?" Entah mengapa, Gagah seperti berat melepas Airin, padahal dia dan Airin tidak punya hubungan apa-apa.
" Iya, Pak. Saya ingin menyusul teman-teman saya. Permisi, Pak. Ayo, Luna!" Airin menggegam tangan mungil Luna dan memutar tubuh ingin meninggalkan Gagah. Namun, matanya kini terbelalak saat mendapati sosok kakak ipar Gagah yang berjalan ke arahnya.
" Aduh ..." sesal Airin dalam hati karena dia harus bertemu dengan Ayuning kembali saat ada Gagah di tempat yang sama.
" Lho, Airin? Airin ada di sini juga?" Ayuning yang terkejut dengan keberadaan Airin di tempat itu langsung melirik ke arah Gagah yang berdiri di belakang Airin. Tak lama sebuah senyuman terkulum di sudut bibir Ayuning.
" Hmmm, kalau Mama tahu, pasti senang banget," gumam Ayuning.
" Hai, Mbak Ayu." Tak enak karena sudah disapa lebih dahulu oleh Ayuning, Airin pun balas menyapa Ayuning.
" Ini anak kamu, Rin? Hai, cantik. Siapa namanya?" Ayuning berjongkok dan membelai kepala Luna, karena dia merasa kasihnya pada sosok Luna yang harus menjadi korban perceraian kedua orang tuanya.
" Luna, Ateu." Luna dengan pintarnya memperkenalkan namanya pada Ayuning.
" Hai, Luna. Kalau Tante namanya Tante Ayuning, Luna bisa panggil Tante Ayu." Ayuning pun memperkenalkan dirinya pada Luna. " Tante Ayu juga punya anak seumuran Luna, namanya Ica. Luna mau main sama Ica tidak?" tanya Ayuning yang tidak tahu jika Airin hendak meninggalkan tempat itu.
" Luna tadi main cama Ica, kok! Iya, kan, Ma?" Luna mendongakkan kepalanya kepada Airin.
" Oh, Luna sudah main sama Ica, iya?" Ayuning lalu bangkit dan menatap Gagah dan Airin bergantian.
" Pantas saja Gagah mau menemani Ica di sini, jangan-jangan karena ada kamu di sini rupanya!?" bisik Ayuning di telinga Airin, membuat Airin tercengang mendengar ucapan Ayuning.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
ciru
cakeep
2023-10-31
1
Aidah Djafar
heerm salah paham aj c Ayu 😀😀
2023-10-10
0
Riana
🤣🤣semua menggoda
2023-07-10
4