Ayuning melihat Mama mertuanya berjalan mondar-mandir menanti kedatangan Gagah. Sudah berkali-kali adik iparnya itu dihubungi, namun tak juga ada respon dari Gagah. Ayuning menduga jika adik iparnya itu sengaja menghindari pertemuan dengan wanita yang ingin dikenalkan oleh Mama mertuanya.
" Ma, sudahlah. Sebaiknya Mama duduk dulu." Melihat istrinya sejak tadi nampak gelisah, Prasetyo menyuruh istrinya itu untuk tenang dan sabar menunggu Gagah.
" Anak Papa itu, kalau tidak bikin cemas keluarga kayaknya tidak enak!" keluh Widya.
" Papa 'kan sudah bilang, Mama jangan berharap banyak pada Gagah." Prasetyo kembali mengingatkan istrinya itu.
" Nah, itu siapa yang datang?" Ayuning mendengar suara mobil dari arah pekarangan rumah, hingga membuat Widya berlari kecil menegok dari pintu.
" Itu mobil Tegar." Widya nampak kecewa saat melihat mobil yang baru saja masuk ke rumah bukanlah milik Gagah.
" Assalamualaikum ..." sapa Putri yang lebih dahulu berjalan masuk ke rumah mertuanya.
" Waalaikumsalam ..." Prasetyo, Widya dan Ayuning menjawab bersamaan.
" Tamunya belum datang, Ma? Maaf, kami telat," tanya Putri mencium punggung tangan Mama mertuanya, kemudian melakukan hal yang sama pada Prasetyo dan Ayuning.
" Belum, Put." Ayuning yang menjawab.
" Pantas Mama kelihatan gelisah." Putri mengira jika Mamanya itu gelisah karena menunggu temannya yang diundang makan malam.
" Mama gelisah bukan karena tamu, Put. Tapi, karena Gagah belum datang juga," jelas Ayuning.
" Anak itu tidak akan datang, Ma. Jangankan dia, kami saja kalau tidak terpaksa, tidak akan kemari," celetuk Tegar yang muncul belakangan.
" Mas ...!" Putri langsung menegur suaminya karena sering usil jika bicara.
" Kamu merasa keberatan berkunjung ke rumah orang tua kamu sendiri, Tegar?!" Benar saja, ucapan Tegar mrmbuat Widya menatap tajam putranya itu.
" Bukan begitu maksud aku, Ma. Aku hanya bosan dengan urusan perjodohan si Gagah yang tidak selesai-selesai." Tegar menjelaskan maksud ucapannya agar sang Mama tidak salah paham.
" Ateu Uti, Adik Raihan mana?" Clarissa yang baru muncul di ruang tamu bertanya soal adik sepupunya itu.
" Adik Raihan sudah bobo, Ica." Putri mengangkat tubuh Clarissa dan mendudukkan di lengannya. " Ica 'kok belum bobo juga?" tanyanya kemudian.
* Belum, Ateu. Ica mau lihat Ateu Ica yang balu, Nenek bilang, Ica mau punya Ateu balu," sahut Clarissa dengan polos.
Seluruh mata mengarahkan pandangan pada Widya saat mendengar ucapan Clarissa.
" Ma ..." Prasetyo menggelengkan kepala karena kelakuan istrinya yang sudah berbohong soal Tante baru untuk Clarissa. Karena belum tentu juga Gagah akan berjodoh dengan Airin, hal itu membuat Widya langsung menurunkan pandangan karena merasa seperti ketahuan sudah berbuat salah.
Di saat yang bersamaan, mobil yang membawa Airin dan Tante Mira tiba di rumah Widya. Membuat pandangan semua orang yang awalnya mengarah ke Widya berganti menatap ke luar ruangan.
***
Airin turun dari mobil yang dikendarai oleh Pak Diding. Pandangannya kini terarah pada sosok Widya yang sudah menunggu kedatangan mereka.
Airin sejenak menatap bangunan rumah besar yang terlihat elegan. Bersama dengan Tante Mira, kini Airin berjalan menghampiri Widya yang menyambutnya.
" Assalamualaikum ..." Airin dan Tante Mira menyapa Widya.
" Waalaikumsalam ... mari masuk-masuk, Mir. ayo Airin." Widya mengajak Airin dan Tante masuk ke dalam rumahnya yang sangat luas.
Di dalam ruangan tamu rumah Widya, Airin melihat beberapa anggota keluarga Widya yang saat ini menatapnya. Tentu saja hal tersebut membuatnya malu karena tiba-tiba menjadi pusat perhatian keluarga Widya.
" Pa, ini teman aku, Mira. Papa masih ingat tidak?" Widya bertanya kepada Prasetyo. " Dan ini keponakannya, namanya Airin." lanjutnya.
" Iya, Papa masih ingat, Ma. Apa kabar Mira? Suami kamu tidak ikut?" tanya Prasetyo karena tidak melihat kehadiran sosok laki-laki yang mendampingi Mira.
" Alhamdulillah baik, Mas. Kebetulan suami saya sedang tugas ke Dieng, Mas." jawab Mira.
" Mir, kenalkan ini Ayuning, istri dari anak pertamaku, Bagus. anakku juga sedang ada pekerjaan jadi tidak ikut datang ke sini." Widya mengenalkan satu persatu anggota keluarganya pada Mira dan Airin.
Saat Airin bersalaman dengan Ayuning, kedua wanita itu sama-sama terkaget seraya mengerutkan keningnya.
" Airin ..." Airin memperkenalkan dirinya pada Ayuning.
" Ayuning ..." Ayuning membalas. Kedua wanita cantik itu saling melempar senyum, sama-sama merasa penasaran, namun tidak diungkapkan.
" Kalau ini anakku yang nomer dua namanya Tegar dan ini Putri, istrinya." Kali ini keluarga putra keduanya yang Widya perkenalkan.
" Sayang banget si Gagah melewatkan yang satu ini. Ternyata cantiknya parah banget," bisik Tegar pada Putri. Tanpa sadar dia mengagumi kecantikan wanita yang ingin dijodohkan dengan adiknya.
Putri langsung melirik suaminya yang memuji wanita lain di hadapannya.
" Kamu juga cantik, kok! Ya, sedikit di atas dialah ..." Tegar menyeringai, sebab jika bicara jujur, Airin akan menjadi menantu paling cantik di keluarga Prasetyo Hadiningrat jika sampai Gagah menikah dengan Airin.
" Mama, Ateu ini yang kasih Ica pelmen ..." Clarissa yang sedang berada di dekat Putri ternyata mengingat Airin.
Airin kembali mengerutkan keningnya saat melihat Clarissa. Dia teringat pada gadis kecil itu, yang membuatnya kembali menolehkan wajahnya pada Ayuning.
" Ica kenal sama Tante Airin?" tanya Widya melihat cucunya seakan mengenal Airin.
" Ah ... iya, waktu itu adik cantik sama Mamanya pergi ke bank ketemu Tante, ya?" Airin mengenali Clarissa karena bocah cilik itu mengingatkan dirinya kepada Luna.
" Pantas saja dari tadi kayak pernah kenal tapi lupa di mana, ya? Ternyata kita ketemu di bank, ya?" Ayuning ikut menimpali, akhirnya ingat juga bertemu Airin di mana.
" Jadi kamu sudah pernah bertemu Airin sebelumnya, Yu?" Widya terheran, Ayuning pernah berjumpa dengan Airin, namun tidak mengenali Airin saat dia sodorkan foto Airin pada menantu pertamanya itu.
" Iya, tapi aku lupa, Ma. Kalau Ica tidak bilang, aku juga lupa pernah ketemu di mana," jelas Ayuning.
" Semoga ini pertanda baik," harap Widya. " Ayo, duduk-duduk ... Kita ngobrol-ngobrol dulu sembari menunggu anakku yang bungsu datang." Sambil menunggu kedatangan Gagah, Widya mengajak Tante Mira dan Airin berbincang ringan di ruangan tamu.
Seperempat jam ditunggu, Gagah tidak juga datang, hingga acara makan malam pun segera dimulai tanpa kehadiran Gagah.
Kini satu jam telah berlalu. Makan malam mereka pun sudah selesai. Saat ini waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam. Tante Mira dan Airin ingin segera berpamitan untuk pulang.
Widya tidak bisa terus menahan Airin yang ingin pergi. Hatinya merasa kesal, karena tujuannya mengenalkan Airin pada Gagah tidak tercapai. Bertolak belakang dengan Airin yang justru merasa lega karena tidak bertemu dengan orang yang ingin dikenalkan dengannya.
" Mas, Mbak, terima kasih sudah mengundang kami. Maaf jika jadi merepotkan." Sambil berjalan menuju teras rumah, Tante Mira menyampaikan terima kasihnya karena telah diundang ke acara makan malam keluarga Prasetyo.
" Sama-sama, Mir. Aku juga senang kamu mau menyempatkan waktu datang kemari," sahut Widya.
" Kalau begitu kami pamit dulu, Mbak, Mas." Tante Mira berpamitan kepada Tuan rumah.
" Lain kali, kalau aku undang, kamu datang lagi ya, Mir." ujar Widya masih penasaran ingin mempertemukan Gagah dengan Airin.
" Insya Allah, Mbak." jawab Tante Mira. " Aku pulang dulu, Mbak. Assalamualaikum ..." pamit Tante Mira.
" Waalaikumsalam ..." jawab keluarga Prasetyo.
" Ica, Tante pulang dulu, ya." Airin mengusap pipi Clarissa.
" Nanti kalau main cini lagi bawa pelmen ya, Teu!" pinta Clarissa.
" Iya, anak cantik," sahut Airin tersenyum.
" Ica tidak boleh minta-minta kalau tidak dikasih!" tegur Ayuning selalu mengajarkan anaknya untuk tidak menjadi orang yang selalu mengharapkan pemberian dari orang lain.
" Tidak apa-apa, kok, Mbak." sahut Airin. " Saya permisi dulu Om, Tante, Mas, Mbak. Assalamualaikum ..." Airin pun berpamitan.
" Waalaikumsalam ..." jawab keluarga Prasetyo kembali.
Ketika sampai di teras rumah, mobil milik Gagah terlihat memasuki gerbang rumah keluarga Prasetyo dan kini berhenti di garasi rumah itu.
" Nah, itu anakku datang. Mir, Airin, tunggu sebentar, jangan pulang dulu!" Saat melihat putranya datang, Widya buru-buru menahan Tante Mira dan Airin. Widya kembali bersemangat dengan kedatangan Gagah, sedangkan Airin membuang nafas kasar karena kecewa akhirnya harus bertemu juga dengan pria yang ingin dikenalkan padanya.
*
*
*
Bersambung ....
Happy Reading ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
gia nasgia
ingat Airin orang yg menjatuhkan benner 🤣🤣
2024-12-11
0
ciru
cakeepp
2023-10-31
0
Aidah Djafar
heem cantiknya parah banget Airin 🤗 c tegar bikin isttinya kesel tuh 🤦😀😀😀
akhirnya ketemu jg calon mempelai🤦 wkwkekwkwkwk
2023-10-10
0