Tiga orang wanita yang berkumpul di meja makan kini memusatkan pandangannya pada Gagah yang tiba-tiba saja sudah berjalan di belakang Prasetyo, Bagus dan Tegar. Hanya berselang kurang dari sepuluh menit setelah mereka meninggalkan ruangan keluarga, ternyata Gagah tiba di rumah.
" Kamu dari mana, sih, Gah? Dari tadi kami menunggu kamu, Ditelepon Masmu juga tidak diangkat!" Widya memprotes Gagah yang dianggapnya telah membuat semua anggota keluarga terlalu lama menunggu.
" Memangnya ada acara ada pada mengumpul malam ini? Seperti moment lebaran saja." Dengan santai Gagah menjawab pertanyaan Mamanya, sementara tangannya menarik kursi makan lalu mendudukinya.
" Kami ingin menanyakan alasan kamu membatalkan rencana pertunangan dengan Adinda, Gagah." Widya menjelaskan alasan mereka, keluarga besar Prasetyo Hadiningrat berkumpul malam ini.
" Ma,, sudahlah. Kita bicarakan ini nanti setelah makan." Prasetyo melarang Widya terus membicarakan masalah yang ingin mereka selesaikan.
" Ya sudah, sebaiknya kita makan dulu saja." Widya lalu nenyiapkan nasi dan lauk untuk Prasetyo, begitu juga dengan Putri dan Ayuning yang juga menyiapkan makanan untuk suami-suami mereka. Hanya Gagah yang mengambil makan sendiri tanpa ada yang menyiapkan.
" Makanya cepat nikah, biar ada yang meladenimu sepeti kami, Gah!" Tegar menyindir adiknya yang hanya mengambil nasi dan lauknya sendiri.
" Kalau hanya untuk mengambil nasi dan lauk seperti ini, aku juga bisa melakukannya sendiri tanpa harus diladeni!" tepis Gagah, merasa dia mampu melakukan hal itu dengan mudah.
" Sudah, jangan berdebat di meja makan! Sebaiknya kita selesaikan makan malam lalu lanjutkan perbincangan kita nanti di ruang keluarga." Perkataan Prasetyo membuat semua yang ada di meja makan langsung terdiam dan tak ada yang berani membantah. Prasetyo memiliki garis keturunan ningrat, sehingga dia mempunyai aturan yang harus dipatuhi termasuk tata krama berada di meja makan.
Kini, setelah semua keluarga selesai menikmati makan malam, mereka kembali berkumpul di ruang keluarga. Prasetyo duduk berdampingan dengan Widya, Bagus dengan Ayuning dan Tegar bersama Putri. Dan Gagah terlihat sendiri seperti biasanya setiap berkumpul bersama keluarga. Hanya anak-anak dari kakak-kakaknya yang akan duduk menemaninya jika mereka ada di sana.
" Papa memanggil kakak-kakak kamu kemari karena kami ingin membicarakan rencana pertunangan kamu dengan Adinda yang kamu batalkan. Sebenarnya ada apa, Gagah? Apa yang membuat kamu membatalkan pertunangan itu? Kamu tahu sendiri kalau Adinda itu adalah anak dari klien bisnis Masmu. Pembatalan rencana pertunangan kalian hanya akan membuat hubungan kerja Masmu dan Pak Julian akan terganggu. Papa tidak ingin kamu membuat malu nama baik Masmu dan keluarga kita, Gah!* Prasetyo menjelaskan apa yang membuat mereka semua berkumpul malam ini di rumahnya.
" Sampai kapan kamu mau bersikap seperti ini, Gagah? Kami ini, Papa dan Mama sudah semakin tua. Mumpung orang tua kamu masih lengkap, segeralah berumah tangga. Sebelum Papa dan Mama tutup usia, kami ingin semua anak-anak berumah tangga dan mempunyai keturunan." Widya menyambung ucapan suaminya.
Gagah mengambil nafas sejenak sebelum dia mulai membuka mulut dan berbicara.
" Aku mengambil keputusan untuk membatalkan pertunangan dengan Adinda bukan tanpa alasan, Pa, Ma. Dan aku rasa keputusan yang aku ambil ini justru ingin menjaga nama baik keluarga kita." Tegas Gagah dengan ekor mata tertuju pada Bagus, sang kakak sulung.
" Apa maksud kamu, Gah?" tanya Bagus mendengar adik bungsunya itu mengatakan jika apa yang dilakukannya demi menjaga nama baik keluarga.
" Apa Om Julian pernah mengatakan kepada Mas Bagus jika anaknya itu bi nal?" Gagah menjawab pertanyaan kakaknya dengan sebuah pertanyaan yang membuat semua anggota kelurga terbelalak.
" Astaghfirullahal adzim! Bicara yang sopan, Gagah? Jangan sembarangan bicara!" Widya menegur Gagah yang dia anggap berbicara menggunakan kata-kata yang kasar.
" Memangnya Gagah harus menyebut dengan kalimat yang tepat apa, Ma? Adinda itu sudah kehilangan keperawanannya, padahal dia belum pernah menikah. Dia sering tidur dengan mantan kekasihnya secara sukarela walaupun belum dalam ikatan pernikahan. Menurut Mama kata apa yang pantas untuk menyebut kelakuan Adinda? Aku rasa kata bi nal masih lebih bagus daripada aku menyebut dia dengan sebutan ja lang!" Gagah merasa apa yang dikatakannya sudah cukup tepat. Baginya keperawanan adalah harga mutlak untuk wanita yang akan menjadi istrinya.
" Astaghfirullahal adzim ..." Widya mengelus dadanya mendengar Gagah masih saja menyebut kata-kata yang membuatnya terus beristighfar.
" Mas, sabar." Ayuning bergegas menghampiri Mama mertuanya dan duduk di sebelah Widya lalu mengusap punggung Mama mertuanya itu. Jika tidak ada Prasetyo di samping Widya, mungkin Putri pun akan melakukan hal yang sama dengan Ayuning.
" Dari mana kamu mempunyai pikiran seperti itu, Gagah?" Bagus tidak mudah percaya begitu saja meskipun Gagah adalah adiknya tanpa bukti nyata.
" Dia sendiri yang mengakuinya. Kemarin saat kami ke Bali. Adinda menolak memesan dua kamar hotel yang berbeda. Dia minta kami menginap di satu kamar hotel dengan alasan kalau kami akan bertunangan." Gagah menceritakan apa yang membuat dirinya mengambil keputusan itu
Flashback on
" Kenapa kita hanya pesan satu kamar saja, Adinda?" tanya Gagah terheran saat Adinda menolak memesan dua kamar berbeda.
" Tidak apa-apa, Beib. Minggu depan kita akan bertunangan, kan? Tidak ada salahnya kita tidur satu kamar." Adinda melingkarkan tangannya di leher Gagah. Lalu tangan tangannya turun melepas blazer yang dipakai oleh Gagah. Tak lama wanita itu menjatuhkan tubuh Gagah di atas spring bed yang ada di kamar hotel, kemudian naik di atasnya.
" Apa yang kamu lakukan, Adinda?" Gagah terkejut ketika Adinda membuka kancing kemeja yang dikenakan oleh Gagah.
" Menurutmu?" Adinda mendekatkan bibirnya ke bibir Gagah.
" Apa kau ingin mengajakku make love?" tanya Gagah penasaran dengan maksud dari Adinda.
" Apa kamu menginginkannya?" Adinda menciumi pipi dan juga leher Gagah layaknya seorang yang sangat ahli melakukannya.
" Apa kamu biasa melakukan hal ini?" Gagah memancing kejujuran Adinda.
" Ini bukan hal yang aneh di jaman sekarang ini, kan? Bahkan anak yang masih di bawah umur dan masih sekolah saja banyak yang melakukan hal seperti ini. Jadi, tidak ada salahnya kita yang akan bertunangan melakukan hal ini, kan?" Adinda menganggap hal yang tidak sepatutnya dilakukan oleh orang yang belum mempunyai ikatan pernikahan adalah hal wajar dilakukan.
" Apa artinya saat ini kau sudah tidak virgin?" Dari jawaban Adinda, Gagah dapat menangkap jika saat ini Adinda bukanlah wanita yang masih menjaga kesuciannya.
" Apalah artinya keperawanan? Yang penting aku bisa memuaskanmu di atas ranjang dan tidak akan membuat kamu berpaling pada wanita lain, Beib."
Flashback off
Semua yang ada di ruangan tengah itu terperanjat mendengar penuturan Gagah tentang kelakuan Adinda yang di luar dugaan mereka, terutama Bagus yang tidak menyangka jika anak dari rekan bisnisnya itu ternyata bukan wanita yang pantas untuk masuk menjadi kriteria calon menantu keluarga Prasetyo Hadiningrat.
" Sekarang, apa keputusan aku membatalkan rencana petunangan kami itu salah?" Dengan percaya diri, Gagah mengatakan jika keputusannya membatalkan pertunangan sudah sangat tepat.
Baik, Prasetyo, istrinya ataupun anak dan menantunya tidak ada yang menjawab sepatah kata pun setelah mengetahui fakta yang terungkap tentang kelakuan nakal Adinda yang tidak mereka ketahui.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
gia nasgia
pantas aja Gagah mundur
2024-12-11
0
Elisanoor
owh , Mas Gagah konservatif rupanya 😅
2023-11-26
0
ciru
cakeep.
2023-10-31
0