Terpikat

Seperti kebanyakan wanita dan Ibu rumah tangga pada umumnya, setiap akhir bulan atau sebagian dilakukan ibu-ibu pada awal bulan, setelah menerima gaji atau jatah bulanan dari suami, mereka akan pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan bulanan. Begitu juga dengan Airin, siang ini, Airin beserta Luna ditemani oleh Tante Mira, mereka pergi berbelanja untuk kebutuhan dirinya, Luna dan juga keluarga Om Fajar.

Tante Mira mendorong troli berisi beberapa kebutuhan sehari-hari dan Luna yang duduk di dekat handle troli. Sementara Airin mencari-cari barang yang ingin dibeli.

" Tante, sini biar aku saja yang bawa, pasti berat ada Luna duduk di situ." Airin meminta troli yang dipegang oleh Tante Mira setelah memasukkan dua pak su su formula pertumbuhan untuk Luna.

" Tidak apa-apa, Rin. Cuma didorong seperti ini tidak berat, kok." tepis Tante Mira.

" Luna turun saja, jalan sama Mama, yuk! Kasihan Nenek, berat bawaannya." Airin .rnenunjuk ke dalam troli agar Luna melihat barang belanjaan yang dibawa oleh Tante Mira sangat banyak.

" Sudah, biarkan saja, Rin! Tante tidak berat juga, kok!" bantah Tante Mira tidak mempermasalahkan Luna yang duduk di troli.

" Ya sudah, Tante di sini saja menunggu, biar aku yang ambil barang yang mau dibeli. Aku mau ambil sabun dan perlengkapan mandi, Tante." Airin lalu kembali mencari barang yang dia butuhkan, sementara Tante Mira mengikuti perlahan dari belakang.

" Mira? Kamu Mira, kan?" Tiba-tiba seseorang menyapa Tante Mira ketika Tante Mira mendorong troli mengikuti Airin.

" Lho, ini Mbak Widya?" Tante Mira pun sepertinya mengenali orang yang menyapanya tadi.

" Iya, apa kabar kamu, Mir?" Widya dan Mira saling berpelukan, seperti orang yang sudah lama tidak bertemu.

" Alhamdulillah baik, Mbak. Mbak Widya sendiri bagaimana? Masih tetap cantik dan terawat gini badannya." Tante Mira memperhatikan penampilan Widya yang masih terlihat awet muda dengan bentuk tubuh yang masih langsing, tidak seperti dirinya yang bertambah sepuluh kilo gram dari berat sebelum menikah.

" Seperti yang kamu lihat sendiri, Mir. Masih dikasih sehat," jawab Widya.

" Sudah lama kita tidak ketemu, ya, Mbak?" tanya Tante Mira.

" Ada kali ya lebih dari lima belas tahun?" Widya menebak-nebak.

" Sepertinya iya, terakhir kita ketemu waktu kondangan di Jogya, kan?" Widya dan Tante Mira adalah sahabat saat mereka bergabung di sanggar tari tradisional di Jogya dulu. Widya adalah guru tari dari Mira kala itu.

" Ah, iya, benar. Waktu kondangan ke acara nikahan anaknya Bude Retno yang punya sanggar tari dulu," sahut Widya. Dia lalu menoleh ke arah Luna yang duduk di troli, mengingatkan dia akan cucunya sendiri, Clarissa.

" Ini cucu kamu, Mir?" tanya Widya kemudian.

" Cucu keponakan, Mbak. Cucunya kakak iparku." Tante Mira menjelaskan siapa Luna seraya mengusap kepala Luna. " Luna, ayo salim dulu sama teman Nenek." Tante Mira lalu menyuruh Luna menyalami Widya.

" Anak pintar ..." Widya pun ikut mengusap kepala Luna setelah Luna mencium punggung tangannya. " Oh ya, kamu sendiri sudah punya cucu berapa sekarang, Mir?" tanya Widya lagi.

" Cucuku baru dua. Baru dari anak yang sulung saja, yang bungsu masih sekolah, Mbak" jawab Tante Mira. " Kalau Mbak Widya sendiri punya cucu berapa?" Kali ini Tante Mira yang bertanya.

" Cucuku lima, Mir. Dari anak pertama ada dua, dari anak kedua ada tiga," jawab Widya.

" Tante, sabun yang warna birunya habis, kalau warna pink ini gimana?" Airin kembali datang membawa botol body foam di tangannya.

" Ya sudah. Itu juga tidak apa-apa," sahut Tante Mira. " Oh ya, Rin. Kenalin ini teman Tante waktu masih remaja. Tante Widya namanya." Tante Mira memperkenalkan Widya pada Airin.

" Saya Airin, Tante." Airin mengulurkan tangan pada Widya yang disambut dengan jabat tangan Widya.

" Ini anak kamu, Mir?" Agak ragu Widya bertanya karena tadi dia sempat mendengar Airin menyebut kata Tante.

" Airin ini keponakan aku, Mbak. Mamanya Luna ini," jelas Tante Mira.

" Oh, keponakan kamu." Widya menperhatikan Airin. Wanita di hadapannya itu mempunyai paras yang cantik, rambut panjang, kulit putih bersih dan juga tubuh yang proposional. Dia saja yang wanita terpikat melihat fisik Airin yang terlihat hampir sempurna, apalagi pria yang melihat.

" Seandainya Gagah mendapatkan istri, wanita seperti ini," hayal Widya tiba-tiba.

" Saya permisi dulu, Tante." Airin kembali berpamitan karena dia akan mengambil barang belanjaan yang belum masuk ke dalam troli.

" Sayang keponakan kamu itu sudah menikah, kalau belum, ingin aku jodohkan dengan anak bungsuku si Gagah. Pusing aku mikirin anakku itu, Mir. Sudah masuk usia tiga puluh tahun, tidak juga cepat menikah, padahal kakak-kakaknya sudah punya anak." Widya mengeluhkan sikap anaknya.

" Keponakan aku baru saja pisah sama suaminya, Mbak," jelas Tante Mira. Namun, dia tidak bermaksud menjodohkan Airin dengan anak dari Widya, karena dia tahu, Airin masih trauma berumah tangga kembali.

" Pisah? Cerai?" tanya Widya.

" Iya," balas Tante Mira.

" Cerai kenapa?" Widya penasaran.

" Biasalah, Mbak. Adanya wanita lain dalam rumah tangga," cerita Tante Mira.

" Ya ampun, istrinya cantik kayak gitu, masih cari wanita lain? Memangnya seganteng apa mantan suaminya itu? Sampai berani meninggalkan keponakan kamu yang cantik itu, Mir?" Widyai penasaran dengan tampang mantan suami Airin.

" Perselingkuhan itu suatu penyakit dan bisa terjadi pada siapa saja, Mbak. Mau dia tampan atau tidak, mau dia kaya ataupun miskin, kalau sudah terkena virus selingkuh, seperti sudah tidak ada obatnya," sahut Tante Mira.

" Ah, benar juga, Mir. Kadang yang tampangnya pas-pasan sama belum mapan saja berani melakukan hal itu. Tidak mikir istri dan anak di rumah. Naudzubillahi min dzalik." Widya mengedikkan bahunya.

" Oh ya, nomer telepon kamu berapa, Mir? Biar kita bisa berkomunikasi lagi lain waktu." Widya mengambil ponselnya, siap menyimpan nomer telepon Tante Mira.

* 081x xxxx xxxx." Tante Mira menyebut nomor teleponnya.

" Oke, aku miscal, ya!" Widya lalu menghubungi nomer telepon Mira untuk meninggalkan nomer telepon miliknya di ponsel Tante Mira.

***

Widya membuka pintu kamarnya, membawakan sang suami secangkir teh herbal dan kue jahe yang siang tadi dia beli di supermarket.

Widya melihat Prasetyo duduk di sofa dengan koran di tangannya. Dia lalu berjalan menghampiri sang suami lalu duduk di samping Prasetyo sambil menyajikan makanan dan minuman itu di atas meja.

" Ini ada kue jahe, Pa. Tadi Mana lihat ada dijual di supermarket." Widya menunjukkan makanan kesukaan suaminya itu.

Prasetyo menutup dan melipat korannya. Dia lalu mengambil satu kue kering itu yang langsung meleleh jika sudah berada di dalam mulut, dan cocok dikonsumsi oleh orang tua yang kadang sudah kesulitan untuk mengunyah.

" Wah, sudah lama tidak makan kue ini, Ma." ucap Prasetyo, menikmati makanan kesukaannya.

" Iya, makanya waktu Mama lihat langsung Mama beli," sahut Widya. " Oh ya, Pa. Tadi di supermarket Mama bertemu dengan teman Mama waktu di sanggar seni tari. Dia punya keponakan wanita cantik, lho, Pa. Tapi memang sudah janda, katanya suaminya selingkuh. Mama mau kenalkan keponakan teman Mama itu pada Gagah, Pa. Papa setuju tidak?" Entah kenapa Widya terlalu memaksa mencarikan jodoh untuk putranya itu.

Guratan di kening Prasetyo langsung nampak saat mendengar istrinya itu berniat menjodohkan anaknya dengan seorang wanita yang pernah berumah tangga.

" Apa Papa tidak salah dengar?" tanya Prasetyo tak percaya pada pendengarannya.

" Salah dengar apanya, Pa?" tanya Widya.

" Mama ingin mencarikan calon istri untuk Gagah, wanita yang sudah pernah menikah?" Prasetyo bertanya kepada sang istri untuk meyakinkan jika pendengarannya tidak salah.

" Mama tahu sendiri bagaimana sikap anak bungsu Mama itu!? Apa dia mau dijodohkan dengan wanita yang sudah pernah menikah? Lagipula, Mama juga baru pertama kali ketemu wanita itu, kan? Mama belum tahu juga sifatnya seperti apa? Bisa-bisanya Mama sampai berniat menjodohkan Gagah dengan keponakan teman Mama itu. Jangan sampai kasus seperti Adinda kemarin terjadi lagi, Ma! Kita belum kenal dan tidak tahu watak aslinya, tapi sudah memutuskan melangkah ke jenjang hubungan yang lebih setius." Prasetyo menganggap istrinya terlalu gegabah mengambil keputusan. Apalagi mengingat sifat Gagah yang ingin segala sesuatunya mendekati sempurna.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

janda semakin di depan ☺

2024-12-11

0

ciru

ciru

cakeep. Janda lebih menggoda

2023-10-31

2

Aidah Djafar

Aidah Djafar

bener sih yg di biosngvsuami widya 🤔 tapi tenang aja Airin kan janda berkelas janda beretika baik lho🤔

2023-10-10

3

lihat semua
Episodes
1 Terbebas
2 Melabrak Rey
3 Jangan Ikut Campur Masalah Rumah Tangga Kami
4 Kasihan Luna
5 Pertunangan Yang Gagal
6 Kelakuan Nakal Adinda
7 Cipratan Air
8 Terpikat
9 Tidak Akan Tertarik
10 Luna Yang Merengek
11 Ingin Istri Perawan
12 Playing Victim
13 Merasa Familiar
14 Harus Move On
15 Sanggup Memikat Hati
16 Cantiknya Parah Banget
17 Masih Ingin Menyendiri
18 Di Tempat Yang Sama
19 Kamu Ingin Menertawakan Saya?
20 Mengawasi Keponakan
21 Life Must Go On
22 Jangan Caper
23 Mendapatkan Ide
24 Sebuah Modus
25 Ingin Mengenal Lebih Dekat
26 Siap Mengantar
27 Awas Saja Kamu, Airin!
28 Tambal Ban
29 Rileks Saja
30 Wanita Yang Sama
31 Sengaja Menyembunyikan
32 Terlalu Lebay
33 Menolak Dijodohkan
34 Mengenal Lebih Dekat
35 Wanita Pilihan Sendiri
36 Nasabah Bank Yang Naksir
37 Boneka Untuk Luna
38 Siap Menjadi Papa Sambung
39 Saya Antar Kamu Pulang
40 Suka-Suka Dia Mau Dijemput Sama Siapa
41 Dekati Anaknya
42 Pancingan Mendapatkan Hati Airin
43 Buka Hati Dulu
44 Tak Berkutik
45 Masa Lalu Versus Calon Masa Depan
46 Nikmatnya Bercinta
47 Calonnya Airin
48 Akan Menunggu Sampai Kamu Siap
49 Dia Itu Orang Gila
50 Berharap Rujuk Kembali
51 Punya Papa Dua
52 Luna Mau Om Gagah Jadi Papa Baru Luna?
53 Calon Menantu
54 Membuat Luna Menjadi Ceria
55 Kurang Elok Dilihat Orang
56 Memancing Ikan
57 Malioboro
58 Jatuh Hati Pada Gagah
59 Aku Menurut Saja
60 Keasyikan Mesra-Mesraan
61 Sudah Pernah Bertemu
62 Ada Hubungan Spesial
63 Kamu Mengusir Saya?
64 Pandai Melayani Suami
65 Minum Jamu Kuat Agar Tidak Cepat Loyo
66 Pemanasan Bercinta
67 Membuat Adik Bayi
68 Kekasih Gelap
69 Siap Menemani Luna bermain
70 Cukup Duduk Manis Sebagai Istri Saya
71 Kamar Untuk Luna
72 Untung Mas Gagah Cepat Sadar
73 Biarkan Airin Merajut Kebahagiaannya
74 Berhenti Bekerja
75 Noda Lipstik
76 Usaha Baru
77 Apa Salahnya Dengan Status Janda?
78 Memfitnah Airin
79 Tanggung Jawab
80 Suara-Suara Aneh
81 Menjemput Nenek Luna
82 Punya Banyak Nenek
83 Seperti Keluarga Sendiri
84 Mencari Simpati
85 Menemani Luna Bermain
86 Pinjam Kamar Luna
87 Minta Sarapan
88 Rela Melepas Jabatan
89 Hal Yang Tak Diharapkan Gagah
90 Saudara Tiri
91 Penyebab Bintang Meninggal
92 Rencana licik
93 Jatuh Ke Tangan Yang Salah
94 Persetujuan Bersama
95 Mengambil Alih Jabatan
96 Agar Lebih Bersemangat
97 Jangan Biarkan Wanita Lain Berada Di Sekitar Suami
98 Tidak Mungkin Menduakan Dengan Wanita Lain
99 Baunya Harum
100 Jangan Dekat-Dekat Aku
101 Makin Manja
102 Bukan Bos Lagi
103 Adik Bayi Di Perut Mama
104 Beruntung Mendapatkan Gagah
105 Kirimkan Pangeran Yang Baik Hati
106 Bukan Dunia Dongeng
107 Menyebar Fitnah
108 Ancaman Gagah
109 Rencana Terselubung
110 Sedang Ingin Bercinta
111 Hanya Menginginkan Uangmu
112 Mimpi Buruk
113 Ingin Telepon Papa
114 Amnesia
115 Jangan Sampai Merasa Iba
116 Seketika Sirna
117 Kecewa
118 Ancaman Gadis
119 Beruntung Menjadi Menantu
120 Tebar Pesona
121 Salah Paham
122 Ay
123 Asisten Pribadi
124 Rahasia Gadis
125 Dibungkus Saja
126 Tidak Harus Jauh-Jauh Ke Luar Negeri
127 Fokus Bekerja
128 Aman Terkendali
129 Siap Jadi Supir
130 Kamu Adalah Bidadari
131 Takut Nyasar
132 Mungkin Masih Hidup Bahagia
133 Setia Pada Wanita Yang Dicintai
134 Jangan Sebut Nama Kakakku!
135 Om Ikal Cama Kak Adis Pacalan, Ya?
136 Berkunjung Ke Rumah Ayuning
137 Untuk Papa Nanti Saja
138 Pakaian Dalam
139 Bilangnya Mau Kerja, Ternyata ...
140 Jam Tangan
141 Dekati Keluarganya
142 Tamu Tak Dikenal
143 Percikan Cemburu
144 Aku Belum Mau Tidur, Kok!
145 Bakpia Patok
146 Ikut Ke Jogya
147 Tidak Akan Ngidam Yang Aneh-Aneh
148 Anggap Saja Rumah Sendiri
149 Pegangan Yang Kencang
150 Tak Bisa Jauh
151 Lumpia
152 Kelalaian Haikal
153 Agar Cepat Sampai
154 Jangan Sentuh Aku, Ay!
155 Semoga Tidak Ikut Menyalahkan Haikal
156 Lupakan Keinginan Kamu Untuk Dekat Dengan Haikal
157 Tidak Pernah Mau Berjauhan
158 Jangan Sampai Menyesal
159 Akan Menemanimu Dari Sini
160 Tak Ada Kebencian
161 Babymoon
162 Selamat Ulang Tahun
163 Buket Mawar
164 Pertanda Berjodoh
165 Minta Traktir
166 Hampir Langka Dijumpai
167 Sekali-Kali Malan Di Restoran Mewah
168 Kapan Jadian?
169 Seperti Telenovela
170 Kondisi Aman Tidak?
171 Biar Makin Kenal Dan Dekat
172 Ulah Feby
173 Kenapa Hanya Beli Satu?
174 Jangan Terlalu Lama Menggantung Perasaan
175 Foto
176 Pacalan Telus
177 Ajak Aku Ke Suatu Tempat
178 Kamu Mau Jadi Pacar Saya, Gitu?
179 Banyak Anak
180 Siapa Yang Menjaga Luna?
181 Proses Persalinan
182 Baby Arfan
183 Tawaran Widya
184 Kasih Adik Bayi Lagi
185 Tidak Ingin Punya Anak Lagi?
186 Katakan Pada Temanmu
187 INFO NOVEL BARU
188 Apa Dia Akan Membelot?
189 Aku Berangkat Sekarang
190 Jadi Tukang Ojek
191 Lapor Pada Kak Gagah Dan Kak Airin (TAMAT)
192 INFO NOVEL BARU
193 Kepoin novel baru, yuk!
Episodes

Updated 193 Episodes

1
Terbebas
2
Melabrak Rey
3
Jangan Ikut Campur Masalah Rumah Tangga Kami
4
Kasihan Luna
5
Pertunangan Yang Gagal
6
Kelakuan Nakal Adinda
7
Cipratan Air
8
Terpikat
9
Tidak Akan Tertarik
10
Luna Yang Merengek
11
Ingin Istri Perawan
12
Playing Victim
13
Merasa Familiar
14
Harus Move On
15
Sanggup Memikat Hati
16
Cantiknya Parah Banget
17
Masih Ingin Menyendiri
18
Di Tempat Yang Sama
19
Kamu Ingin Menertawakan Saya?
20
Mengawasi Keponakan
21
Life Must Go On
22
Jangan Caper
23
Mendapatkan Ide
24
Sebuah Modus
25
Ingin Mengenal Lebih Dekat
26
Siap Mengantar
27
Awas Saja Kamu, Airin!
28
Tambal Ban
29
Rileks Saja
30
Wanita Yang Sama
31
Sengaja Menyembunyikan
32
Terlalu Lebay
33
Menolak Dijodohkan
34
Mengenal Lebih Dekat
35
Wanita Pilihan Sendiri
36
Nasabah Bank Yang Naksir
37
Boneka Untuk Luna
38
Siap Menjadi Papa Sambung
39
Saya Antar Kamu Pulang
40
Suka-Suka Dia Mau Dijemput Sama Siapa
41
Dekati Anaknya
42
Pancingan Mendapatkan Hati Airin
43
Buka Hati Dulu
44
Tak Berkutik
45
Masa Lalu Versus Calon Masa Depan
46
Nikmatnya Bercinta
47
Calonnya Airin
48
Akan Menunggu Sampai Kamu Siap
49
Dia Itu Orang Gila
50
Berharap Rujuk Kembali
51
Punya Papa Dua
52
Luna Mau Om Gagah Jadi Papa Baru Luna?
53
Calon Menantu
54
Membuat Luna Menjadi Ceria
55
Kurang Elok Dilihat Orang
56
Memancing Ikan
57
Malioboro
58
Jatuh Hati Pada Gagah
59
Aku Menurut Saja
60
Keasyikan Mesra-Mesraan
61
Sudah Pernah Bertemu
62
Ada Hubungan Spesial
63
Kamu Mengusir Saya?
64
Pandai Melayani Suami
65
Minum Jamu Kuat Agar Tidak Cepat Loyo
66
Pemanasan Bercinta
67
Membuat Adik Bayi
68
Kekasih Gelap
69
Siap Menemani Luna bermain
70
Cukup Duduk Manis Sebagai Istri Saya
71
Kamar Untuk Luna
72
Untung Mas Gagah Cepat Sadar
73
Biarkan Airin Merajut Kebahagiaannya
74
Berhenti Bekerja
75
Noda Lipstik
76
Usaha Baru
77
Apa Salahnya Dengan Status Janda?
78
Memfitnah Airin
79
Tanggung Jawab
80
Suara-Suara Aneh
81
Menjemput Nenek Luna
82
Punya Banyak Nenek
83
Seperti Keluarga Sendiri
84
Mencari Simpati
85
Menemani Luna Bermain
86
Pinjam Kamar Luna
87
Minta Sarapan
88
Rela Melepas Jabatan
89
Hal Yang Tak Diharapkan Gagah
90
Saudara Tiri
91
Penyebab Bintang Meninggal
92
Rencana licik
93
Jatuh Ke Tangan Yang Salah
94
Persetujuan Bersama
95
Mengambil Alih Jabatan
96
Agar Lebih Bersemangat
97
Jangan Biarkan Wanita Lain Berada Di Sekitar Suami
98
Tidak Mungkin Menduakan Dengan Wanita Lain
99
Baunya Harum
100
Jangan Dekat-Dekat Aku
101
Makin Manja
102
Bukan Bos Lagi
103
Adik Bayi Di Perut Mama
104
Beruntung Mendapatkan Gagah
105
Kirimkan Pangeran Yang Baik Hati
106
Bukan Dunia Dongeng
107
Menyebar Fitnah
108
Ancaman Gagah
109
Rencana Terselubung
110
Sedang Ingin Bercinta
111
Hanya Menginginkan Uangmu
112
Mimpi Buruk
113
Ingin Telepon Papa
114
Amnesia
115
Jangan Sampai Merasa Iba
116
Seketika Sirna
117
Kecewa
118
Ancaman Gadis
119
Beruntung Menjadi Menantu
120
Tebar Pesona
121
Salah Paham
122
Ay
123
Asisten Pribadi
124
Rahasia Gadis
125
Dibungkus Saja
126
Tidak Harus Jauh-Jauh Ke Luar Negeri
127
Fokus Bekerja
128
Aman Terkendali
129
Siap Jadi Supir
130
Kamu Adalah Bidadari
131
Takut Nyasar
132
Mungkin Masih Hidup Bahagia
133
Setia Pada Wanita Yang Dicintai
134
Jangan Sebut Nama Kakakku!
135
Om Ikal Cama Kak Adis Pacalan, Ya?
136
Berkunjung Ke Rumah Ayuning
137
Untuk Papa Nanti Saja
138
Pakaian Dalam
139
Bilangnya Mau Kerja, Ternyata ...
140
Jam Tangan
141
Dekati Keluarganya
142
Tamu Tak Dikenal
143
Percikan Cemburu
144
Aku Belum Mau Tidur, Kok!
145
Bakpia Patok
146
Ikut Ke Jogya
147
Tidak Akan Ngidam Yang Aneh-Aneh
148
Anggap Saja Rumah Sendiri
149
Pegangan Yang Kencang
150
Tak Bisa Jauh
151
Lumpia
152
Kelalaian Haikal
153
Agar Cepat Sampai
154
Jangan Sentuh Aku, Ay!
155
Semoga Tidak Ikut Menyalahkan Haikal
156
Lupakan Keinginan Kamu Untuk Dekat Dengan Haikal
157
Tidak Pernah Mau Berjauhan
158
Jangan Sampai Menyesal
159
Akan Menemanimu Dari Sini
160
Tak Ada Kebencian
161
Babymoon
162
Selamat Ulang Tahun
163
Buket Mawar
164
Pertanda Berjodoh
165
Minta Traktir
166
Hampir Langka Dijumpai
167
Sekali-Kali Malan Di Restoran Mewah
168
Kapan Jadian?
169
Seperti Telenovela
170
Kondisi Aman Tidak?
171
Biar Makin Kenal Dan Dekat
172
Ulah Feby
173
Kenapa Hanya Beli Satu?
174
Jangan Terlalu Lama Menggantung Perasaan
175
Foto
176
Pacalan Telus
177
Ajak Aku Ke Suatu Tempat
178
Kamu Mau Jadi Pacar Saya, Gitu?
179
Banyak Anak
180
Siapa Yang Menjaga Luna?
181
Proses Persalinan
182
Baby Arfan
183
Tawaran Widya
184
Kasih Adik Bayi Lagi
185
Tidak Ingin Punya Anak Lagi?
186
Katakan Pada Temanmu
187
INFO NOVEL BARU
188
Apa Dia Akan Membelot?
189
Aku Berangkat Sekarang
190
Jadi Tukang Ojek
191
Lapor Pada Kak Gagah Dan Kak Airin (TAMAT)
192
INFO NOVEL BARU
193
Kepoin novel baru, yuk!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!