Airin tercengang saat melihat sosok yang ditunjuk oleh Clarissa, Sosok paman dari Clarissa yang tak lain adalah pria yang rencananya akan dijodohkan dengannya.
Airin sungguh tidak menduga akan bertemu kembali dengan Gagah, padahal dia tidak mengharapkan pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan Gagah.
" Mama, olang itu nakalin Luna." Suara Luna yang merengek membuat Airin yang tercengang melihat keberadaan Gagah di sekitarnya seketika tersadar.
" Siapa yang nakal, Luna?" tanya Airin.
" Itu!" Luna menunjuk ke arah Clarissa. " Olang itu mau lebut ayunan Luna, Ma." Luna mengadu dengan merengek. Bocah itu berharap Mamanya akan menegur Clarissa.
" Sayang, kalau main tidak boleh cengeng. Main juga harus samaan, tidak boleh saling rebut. Ayunan itu 'kan bukan punya Luna saja, tapi punya orang banyak, jadi kalau main harus bergantian." Tak ingin menegur Clarissa, Airin memilih menasehati anaknya.
" Ayo, sekarang Luna harus berdamai sama Ica ..." Airin menyuruh anaknya berdamai dan bersalaman dengan Clarissa. Namun, saat dia menoleh ke arah Clarissa, bocah seusia Luna itu sudah menghilang dari hadapannya.
" Lho, mana Ica?" Airin sontak menoleh ke arah Gagah mencari keberadaan Clarissa.
Benar saja, saat matanya menoleh ke posisi Gagah berdiri tadi, netranya kini melihat Clarissa yang berjalan ke arahnya dengan tangan menggandeng tangan Gagah. Bahkan kini dia saling pandang dengan Gagah yang juga nampak terkejut melihatnya.
" Ya ampun, dia kemari." Airin langsung memalingkan wajah, tidak ingin menampakkan keterkejutannya dan menyanyangkan karena Gagah harus mengetahui keberadaannya di tempat itu.
" Om, itu Ateu Ailin cama anaknya." Suara Clarissa terdengar memberitahu keberadaan Airin di tempat yang sama dengannya.
Airin kembali menoleh ke arah Gagah, karena dia sudah kepergok berada di sana.
" Selamat sore, Pak." Airin bangkit, lalu dengan menganggukkan kepala, Airin menyapa Gagah secara formal, karena dia menghormati Gagah sebagai nasabah bank di tempatnya bekerja.
" Kamu ada di sini?" tanya Gagah masih menatap Airin, lalu menoleh ke arah Luna yang sedang bergelayut manja di bahu Airin dengan pipi yang lembab karena air mata.
" Ini anak kamu?" Belum sempat Airin menjawab pertanyaan pertama Gagah, pria itu sudah kembali melempar pertanyaan lainnya pada Airin.
" Hmmm, iya, Pak." sahut Airin tersenyum tipis.
" Ayo, mainan ayunan lagi cama Ica!" Tanpa diduga, Clarissa kini mengulurkan tangan ke arah Luna dan mengajak Luna bermain bersamanya. Dan tanpa meminta persetujuan Airin, Luna langsung mengikuti langkah Clarissa yang mengajaknya bermain bersama.
Airin menghela nafas perlahan. Dia sebenarnya berniat meninggalkan tempat itu untuk menghindari Gagah, namun putrinya justru ingin bermain bersama Clarissa.
" Kalian hanya berdua?" tanya Gagah.
" Saya bersama teman-teman saya, Pak." sahut Airin.
" Oh ..." Gagah hanya menjawab singkat dengan gerakan memasukkan tangan ke dalam saku celana jeans yang dia gunakan. Secara fisik, tidak diragukan lagi ketampanan pria itu. Dengan penampilan santai dan casual pria itu semakin mempesona.
" Bapak sendiri sedang mengasuh Ica?" tanya Airin mencoba berbasa-basi agar tidak menjadi kaku. " Mbak Ayu ke mana?" Airin mengedar pandangan mencari keberadaan Mama dari Clarissa.
" Kamu pikir saya ini pengasuh?" tanya Gagah.
Airin terbelalak dengan pertanyaan Gagah, seolah pria itu tidak suka dengan pertanyaannya tadi.
" Oh, maaf, Pak. Saya tidak bermaksud menyamakan Bapak dengan pengasuh." Airin buru-buru minta maaf pada Gagah, karena menduga Gagah tersinggung dengan ucapannya tadi.
" Mbak Ayu sedang perawatan di salon mall ini, jadi dia menitipkan Clarissa di area permainan Kidz Zone. Kebetulan mall ini yang mengelola saya, dan kebetulan weekend ini saya juga ada tugas, sekalian saya memantau Ica di sini." Gagah justru menjelaskan keberadaanya di area permainan itu bersama Clarissa.
" Kita duduk di sana." Gagah mengajak Airin untuk duduk di kursi tunggu yang ada di area permainan itu.
Airin sebenarnya ingin menolak, tapi merasa tidak enak, sehingga akhirnya dia mengikuti apa yang diminta oleh Gagah dan mengikuti langkah pria itu.
" Anak kamu usia berapa?" tanya Gagah.
" Tiga tahun, Pak." jawab Airin.
" Seumuran dengan Ica, ya?" tanya Gagah menoleh ke arah Airin.
" Iya, Pak." Hanya jawaban-jawaban singkat yang dilontaran Airin pada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh Gagah.
" Oh ya, tadi kamu bilang ke sini sama teman-teman kamu, di mana mereka?" tanya Gagah terkesan ingin tahu.
" Mereka di food court, Pak." jawaban Airin masih terdengar canggung.
" Apa saya mengganggu acara kalian?" tanya Gagah kembali.
" Tadi saya di sana, cuma karena Luna menangis jadi saya kemari, Pak." Airin menjelaskan agar Gagah tidak merasa bersalah, karena memang sebenarnya Gagah tidak mengganggu waktunya, hanya mengganggu ketenangannya saja.
Mengganggu ketenangan? Tentu saja karena rencana yang digadangkan oleh Mama dari Gagah dan Tante Mira lah yang membuat Airin serba salah berhadapan dengan Gagah. Dia ingin menjauh, tapi takut dia dianggap tidak sopan, apalagi Gagah merupakan nasabah Central Bank, tempat Airin mencari nafkah saat ini.
" Kamu jangan terlalu formal terhadap saya. Kamu keponakan teman Mama saya, panggil saja nama saya, jangan panggil Pak." Bahkan kini Gagah berani meminta Airin tidak bersikap formal dan meminta Airin untuk lebih rileks dalam menghadapinya.
Airin menatap ke arah Gagah hingga netra mereka kembali saling bertemu pandang beberapa saat. Airin langsung memutus pandangan, karena merasa takut akan terhanyut dengan tatapan mata penuh pesona pria tampan itu. Seketika itu juga Airin merasa salah tingkah.
" Oh ya maaf, kalau saya boleh tahu, berapa usia kamu?" Sepertinya Gagah sangat penasaran pada wanita cantik di sebelahnya saat ini.
Kening Airin seketika menampakkan guratan saat Gagah menanyakan usianya saat ini. Untuk apa pria itu menanyakan usianya? Tanya Airin terheran di dalam hatinya.
" Kalau kamu merasa keberatan, tidak apa-apa, tidak usah dijawab." Menyadari pertanyaannya terlalu privasi dan keterlaluan, Gagah tidak mempermasalahkan jika Airin tidak ingin menjawab. Dia sendiri tidak mengerti kenapa terkesan kepo, ingin tahu banyak tentang Airin.
" Oh, tidak apa-apa, Pak. Saya dua puluh tujuh tahun." Airin akhirnya menyebut usianya. Dia masih menyebut Gagah dengan panggilan formal karena dia tidak tahu harus memanggil Gagah dengan panggilan apa selain Bapak.
" Saya tidak sangka kalau keponakan teman Mama yang ingin dikenalkan pada saya adalah kamu," ucap Gagah yang memang merasakan keterkejutannya ketika melihat Airin ada di rumah orang tuanya, hingga dia tidak dapat mengkondisikan matanya saat itu yang seperti terkena magnit, tak bisa melepas pandangan dari pesona kecantikan wajah Airin.
Airin menahan senyuman mengingat pertemuannya dengan Gagah malam itu. Dia merasa lucu dengan sikap Gagah yang seakan tidak mau melepaskan pandangan darinya sampai Gagah juga tidak ingin melepaskan tangannya.
" Kenapa? Kamu ingin menertawakan saya karena kejadian di bank saat saya menabrak standing banner?" Gagah menduga jika Airin menertawakan kejadian saat dia menabrak standing banner di bank beberapa waktu lalu.
Airin membulatkan matanya mendengar Gagah menyinggung soal kejadian konyol saat Gagah menabrak standing banner. Sontak Airin kembali menoleh ke arah Gagah yang juga menatapnya, hingga saling pandang terjadi lagi pada mereka berdua. Tatapan mata kedua manusia berlainan jenis itu saat ini saling bertautan beberapa detik.
" Eheemmm, pantas saja ditungguin tidak balik-balik ke food court, ternyata oh ternyata ..." Suara Ambar tiba-tiba terdengar, membuat Airin dan Gagah yang asyik saling berpandangan seketika terkesiap.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
gia nasgia
Mama Airin terciduk 😂🤣
2024-12-11
0
Afan Afandi
lanjut/Drool/
2023-11-16
0
ciru
cakeepp
2023-10-31
0