Airin makan siang bersama kedua sahabatnya, Liliana dan Ambar. Seperti Airin, kedua sahabatnya juga adalah wanita pekerja. Jika Airin bekerja di Bank, Ambar bekerja di sebuah perusahaan dealer mobil, sementara Liliana bekerja di sebuah perusahaan BUMN.
Kepada kedua sahabatnya itu, Airin menceritakan soal kedatangan Rey yang berniat membawa Luna bertemu dengan kakek neneknya ke Bali.
" Masih punya muka dia datang ke kantormu, Rin?" Liliana terkejut mendengar Rey datang menemui Airin. Liliana saja yang bukan sebagai korban masih berada kesal dan sakit hati melihat perlakuan Rey pada Airin.
" Memang dia itu muka tembok 'kan, Li!? Kamu tidak ingat waktu ketahuan selingkuh dan berbuat me sum dengan ja lang itu? Dia masih sempat-sempatnya panggil sayang ke Airin." Ambar mengedikkan bahunya mengingat sikap Rey yang memuakkan.
" Kamu jangan kasih Luna pergi sama Rey, Rin! Nanti bisa-bisa Luna dibawa kabur tidak dikembalikan ke kamu, lagi!" Liliana mencoba mempengaruhi Airin, agar Airin bertindak tegas. Liliana merasa Airin perlu bertindak tegas pada Rey.
" Aku juga tidak ijinkan, Li." sahut Airin.
" Lagipula kamu bilang kalau mantan mertua kamu belum tahu soal perceraian kalian. Buat apa juga dia bawa Luna? Apa itu tidak mengundang kecurigaan kakek nenek Luna, karena kamu tidak ikut datang berkunjung ke sana!?" Lilinana merasa aneh dengan rencana Rey.
" Nah, benar apa yang Lili bilang, Rin. Aku malah curiga kalau itu hanya akal-akalan di Rey saja. Siapa tahu di sana Rey itu pergi sama si ja lang itu, sambil mengenalkan Luna ke selingkuhan Papanya. Hidiiihhh, jangan sampai Luna dekat sampai pelakor itu, Rin!" larang Ambar
Airin mendengus kasar, dia juga menduga seperti yang dipikirkan oleh Ambar. Dan jika yang Ambar katakan tadi benar, dia tidak akan sudi menyerahkan Luna pergi dengan mantan suaminya itu.
Sementara itu Gagah bersama supir dan sekretarisnya sedang dalam perjalanan menuju Central Bank, karena ada dokumen yang harus dia tanda tangani berkaitan dengan hutang usaha perusahaan yang dia pegang saat ini.
Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil yang dikendarai oleh Pak Jaja, supir dari Gagah sampai di Central Bank.
***
Selesai makan siang bersama sahabat-sahabatnya, Airin kembali ke kantor. Dia menaruh dompet dan ponselnya terlebih dahulu ke dalam tas sebelum naik ke lantai atas untuk melakukan absensi setelah istirahat.
Airin menuju arah lift untuk menuju lantai tiga di mana letak mesin absensi berada di lantai yang sama dengan ruangan Pak Andika.
Pintu lift yang akan membawa Airin naik ke atas hampir setengah tertutup saat dia melihat dua orang yang berjalan ke arah lift. Airin menahan pintu dengan menekan tombol open, memberi kesempatan pada dua orang yang dia duga adalah nasabah bank tempatnya bekerja.
" Silahkan, Pak, Mbak." Airin pun menahan satu tangannya memegang pintu agar kembali terbuka.
" Terima kasih, Mbak." Dewi yang mendampingi Gagah mengucapkan terima kasih kepada Airin.
" Mau ke lantai berapa, Mbak?" tanya Airin pada Dewi.
" Mau ke ruangannya Pak Andika, Mbak." jawab Dewi kembali.
" Oh, ke lantai tiga juga, ya?" Dengan ramah Airin berinteraksi dengan tamu bosnya itu.
Sementara Gagah yang juga masuk ke dalam lift, memperhatikan Airin, sejak wanita itu menahan pintu lift yang akan tertutup, hingga Airin berbincang dengan Dewi, netra Gagah terus saja tertuju pada wajah cantik Airin.
Gagah mengerutkan keningnya melihat wajah karyawan bank di hadapannya ini seperti sangat familiar dalam pandangannya. Dia seperti pernah melihat wanita itu sebelumnya. Gagah terus berusaha mengingat siapa sosok wanita yang terlihat ramah berkomunikasi dengan Dewi.
Gagah melihat name tag di seragam yang dikenakan oleh Airin.
...Airin Humairah...
...Customer Service...
Airin sendiri merasakan jika dirinya saat ini sedang diperhatikan oleh pria yang berada di dalam lift bersama Dewi. Sehingga membuatnya melirik ke arah Gagah, seraya memberikan senyuman kepada Gagah sebagai rasa hormat kepada tamu dari Pak Andika. Sebagai karyawan dia berusaha ramah kepada nasabah bank itu.
Gagah mengerjapkan matanya saat melihat Airin melemparkan senyuman kepadanya. Dia baru menyadari jika dia terlalu asyik memperhatikan wanita cantik berprofesi sebagai pegawai bank itu.
Ting
Saat pintu lift terbuka, Airin mempersilahkan Gagah dan Dewi untuk keluar dari lift terlebih dahulu, kemudian dia menyusul di belakangnya.
" Sudah tahu ruangan Pak Andika, Mbak?" Jika Dewi menjawab belum, Airin akan mengantar mereka ke ruangan Pak Andika berada.
" Tahu, Mbak. Masih di tempat yang sebelumnya, kan?" sahut Dewi.
" Iya, benar, Mbak. Silahkan ..." Airin mempersilahkan Gagah dan Dewi melangkah ke arah ruangan Pak Andika, sementara dia sendiri melangkah ke arah mesin absensi.
" Kenapa pria itu sejak tadi memperhatikan aku terus?" Airin sampai melihat ke arah seragam yang dia pakai, apa ada yang salah dengan yang dia pakai saat ini.
Airin pun kembali menoleh ke arah dua orang tamu Pak Andika, dan di saat yang bersamaan Gagah pun ternyata menolehkan pandangan ke arahnya. Seketika itu juga Airin memalingkan wajahnya karena malu ketahuan sedang curi pandang pada pria yang dia duga adalah bos dari Dewi. Airin buru-buru melakukan absensi setelah makan siang kemudian turun kembali menuju meja kerjanya.
" Selamat siang, Mbak. Mau bertemu dengan Pak Andika." Dewi menyapa sekretaris Andika.
" Oh, selamat siang, Pak Gagah. Mari, silahkan ..." Sekretaris Andika mengantar Gagah ke dalam ruangan Andika, sementara Dewi menunggu di kursi tunggu, dia tidak masuk ke dalam ruangan Andika.
Tok tok tok
" Permisi, Pak. Pak Gagah dari PT Bintang Departemen Store, sudah datang, Pak." Sekretaris Andika memberitahu kepada bosnya soal kedatangan Gagah.
" Mari silahkan, Pak." Setelah mempersilahkan Gagah masuk, sekretaris Andika kembali keluar kembali ke meja kerjanya.
" Silahkan, Pak Gagah. Bagaimana kabarnya?" Andika bangkit dari kursinya lalu berjabatan tangan dengan Gagah. Dia juga mempersilahkan Gagah untuk duduk di kursi di depan meja kerjanya.
" Alhamdulillah. seperti yang Pak Andika lihat, masih bisa beraktivitas," sahut Gagah.
" Bagaimana perkembangan usaha retail sekarang, Pak Gagah?" tanya Andika.
" Masih lancar seperti biasa, Pak Andika. Target konsumen kami adalah menegah ke bawah, jadi cukup bisa bersaing untuk usaha retail." Gagah menjelaskan kondisi perusahaan yang dia pimpin sekarang ini.
" Bintang Departement Store memang merajai bisnis retail hampir di seluruh wilayah pulau Jawa. Tidak goyah juga dengan krisis pandemi yang terjadi kemarin. Di saat beberapa perusahaan gulung tikar, bisnis yang dipimpin Pak Gagah masih tetap berjaya." Andika memuji ketangguhan bisnis retail yang saat ini dipegang oleh Gagah.
" Saya juga salut dengan Pak Gagah ini, masih sangat muda sudah mampu memimpin usaha yang sangat besar." Kembali Andika mengagumi Gagah.
" Ah, Pak Andika terlalu berlebihan. Saya masih banyak belajar, Pak." Gagah berusaha merendah, karena dia sendiri masih banyak belajar dari senior-seniornya.
" Pak Gagah ini masih muda, punya karir yang sukses, keuangan mapan, tampan. Pasti beruntung sekali wanita yang mendapatkan Pak gagah ini," lanjut Andika masih berbincang ringan, namun kini mulai membahas masalah privacy.
" Oh ya, Pak Gagah ini dapat istri orang mana?" tanya Andika yang memang tidak tahu jika Gagah belum berumah tangga.
" Saya masih single, Pak Andika." Sejujurnya, Gagah mulai risih jika ada orang yang menyinggung soal privacy. Karena menurutnya, hal itu adalah yang tak perlu dibahas oleh orang lain, apalagi di luar lingkungan keluarganya.
Setelah sekitar empat puluh lima menit berbincang dan menyelesaikan proses tangan tangan, Gagah pun keluar dari ruangan Andika. Bersama dengan Dewi, Gagah lalu turun melalui lift ke lantai bawah.
Saat sampai di bawah, pandangan Gagah menatap ke arah customer service seakan mencari keberadaan pegawai bank yang tadi bertemu dengannya di dalam lift. Hingga akhirnya dia menemukan sosok Airin yang terlihat sedang melayani nasabah di hadapannya.
Tak biasanya Gagah memperhatikan wanita yang tidak dia kenal seperti saat ini. Mungkin karena dia merasa pernah melihat wanita itu sehingga membuat dirinya merasa penasaran.
Braaakk
Saking asyiknya menatap ke arah Airin, Gagah sampai tidak melihat standing banner di hadapannya sehingga dia menabrak benda itu hingga terjatuh. Seketika itu juga Gagah menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sana, bukan hanya pegawai bank tapi juga para nasabah yang sedang menunggu antrean atau sedang dilayani oleh teller dan juga customer service.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
gia nasgia
hahaha tengsin nggak tuh🤣🤣🤣
2024-12-11
0
ciru
cakeep. aiiih...malunya tuuh 🤭
2023-10-31
2
ruswandi jayanegara
gagah gagal fokus 🤣🤣🤣🤣
2023-10-21
0