Keinginan Widya untuk mendekatkan Gagah dengan keponakan sahabatnya sepertinya belum luntur, meskipun sang suami sudah melarangnya ikut campur untuk urusan mencari jodoh. Prasetyo sangat hapal, bagaimana watak dari putra bungsunya. Jika mereka terpaksa ikut campur, mungkin tidak saat ini, karena kejadian petunangan Gagah yang gagal dengan Adinda belum berjalan satu bulan.
Widya mencoba mengajak kedua menantunya untuk mencari dukungan. Setidaknya itulah yang saat ini dia lakukan. Dia sengaja melakukan video call kepada kedua menantunya itu dan menceritakan apa yang dia rencanakan kepada Ayuning dan Putri.
" Apa Mama yakin Gagah akan mau menerima keponakan teman Mama itu?" Ayuning tahu jika Mama mertuanya itu sangat menginginkan Gagah segera mempunyai pendamping. Tapi, menurutnya, kurang pas juga waktunya jika harus menjodohkan Gagah dengan wanita lain dalam waktu yang berdekatan.
" Iya, lho, Ma. Benar kata Mbak Ayu, apalagi wanita itu bukan seorang gadis. Menurut aku, Gagah pasti akan menolak. Dia itu 'kan Mr. Perfect, pasti inginnya yang masih ori, Ma. Adinda saja dia tolak, karena sudah tidak perawan, kan?" Putri menimpali.
" Kamu jangan samakan keponakan teman Mama itu dengan Adinda, Put! Adinda itu tidak perawan padahal belum menikah, kalau keponakan teman Mama itu pernah menikah," jelas Widya menolak Airin disamakan dengan Adinda.
" Memang orangnya kayak gimana, sih, Ma? Kelihatannya semangat sekali Mama mau jodohin Gagah sama dia?" Ayuning penasaran.
" Pokoknya cantik, putih, kalem orangnya, Mama yakin kalau sudah melihat langsung pasti Gagah akan suka. Mama saja yang perempuan senang banget melihatnya, apalagi lawan jenis." Widya seperti sudah terhipnotis pada pesona Widya,
" Mama anti mainstream banget, deh! Biasanya Mama mertua suka menolak jika calon istri anaknya sudah berstatus janda. Tapi, Mama malah menyuruh anak bujangnya menikah sama dengan janda." Putri terheran.
" Mama juga lihat-lihat dulu, Put. Tidak asal pilih saja. Tapi, Mama juga heran, baru pertama lihat dan bertemu sama dia, tapi kayak sudah sreg di hati." Widya tak bisa menjelaskan bagaimana dirinya sampai seantusias ini mengenalkan wanita pada Gagah.
" Diajak ketemuan saja dulu, Ma. Tapi, jangan bilang ke Gagah kalau Mama punya rencana menjodohkan Gagah sama dia," saran Ayuning.
" Mbak Ayu benar, Ma. Jadi kalau Gagah menolak, Mama juga tidak merasa bersalah ke teman Mama itu." Putri setuju dengan pendapat Ayuning.
" Mengajak ketemuan gimana? Kalian tahu adik ipar kalian itu seperti apa? Tidak mungkin Mama tiba-tiba meminta Gagah menemani Mama untuk pergi bertemu dengan keponakan teman Mama itu. Kalau mengajak dia harus jelas urusannya, mau apa dan ke mana!?" Widya mengeluhkan akan susahnya membujuk sang putra untuk pergi ke luar.
" Jadi, Mama akan langsung bicara pada Gagah soal rencana Mama itu?" tanya Ayuning, " Saran aku, kalau Gagah menolak, Mama jangan paksa-paksa, takutnya Gagah akan tersinggung," lanjutnya memberikan pendapat.
" Iya, Ma. Jangan sampai Gagah malah kesal dan menyuruh kita tidak usah ikut campur urusan cari jodoh buat dia." Putri pun turut memberikan sarannya.
" Mama punya foto wanita itu? Ayu mau lihat dong, Ma. Penasaran orangnya kayak gimana?" tanya Ayuning.
" Mama tidak punya foto dia, nanti Mama minta dulu ke teman Mama itu, deh." sahut Widya.
" Kalau ada fotonya Mama bisa kasih tunjuk dulu ke Gagah, siapa tahu setelah melihat fotonya Gagah mau diajak ketemuan," ujar Ayuning.
" Ya sudah, Mama nanti hubungi teman Mama itu. Mama tutup dulu teleponnya ya, assalamualaikum ..." Widya berniat mengakhiri percakapan video call dengan kedua menantunya itu.
" Waalaikumsalam ..." Ayuning dan Putri membalas salam Mama mertuanya bersamaan.
***
" Ma, Papa keljanya ndak pulang-pulang?"
Airin yang sedang berbaring dengan tangan mengusap punggung Luna mengangkat kepalanya saat mendengar anaknya ternyata belum tertidur.
" Luna kok belum bobo?" Airin mengusap kepala putrinya penuh kasih sayang.
" Luna mau bobo cama Papa, Ma." Luna menolehkan pandangannya ke arah Airin.
Wajah Luna terlihat sendu merindukan sosok Papanya. Tentu saja hal itu membuat hati Airin terasa teri ris. Airin tidak menyesali perceraiannya dengan Rey, namun perkataan putrinya tadi membuatnya merasa kasihan terhadap Luna yang harus terpisah dengan sang Papa. Semestinya Rey mempertimbangkan dampak perselingkuhannya bagi psikologis Luna yang masih kecil untuk dapat mengerti alasan perpisahan kedua orang tuanya.
" Nenek bilang waktu Mama kerja, Luna telepon Papa?" tanya Airin sambil menciumi pipi berkulit lembut dan kenyal putrinya itu.
" Tapi Luna mau ketemu Papa, Ma. Papa kapan pulang, Ma? Telus kita pulang ke lumah Papa, ndak di lumah kakek lagi." Luna masih belum paham jika mereka tidak akan mungkin kembali ke rumah Papanya.
" Luna bobo sekarang, ya, sayang. Sudah malam, besok Mama 'kan harus kerja, kalau Mama bangunnya kesiangan, Mama tidak bisa cari uang untuk beli mainan untuk Luna." Airin mendekap tubuh anaknya dan menyuruh putrinya itu untuk cepat tidur agar tidak terus membicarakan soal Papanya.
Keesokan paginya ...
" Rin, Tante Widya semalam telepon Tante, dia minta foto kamu." Saat memakaikan baju Luna setelah mandi pagi, Tante Mira mengatakan permintaan temannya yang berniat menjodohkan Airin dengan Gagah. Padahal Tante Mira sudah menjelaskan jika Airin masih belum berkeinginan mencari pendamping, namun Widya tetap memaksa.
" Minta foto? Untuk apa, Tante?" tanya Airin heran dengan mengerutkan keningnya.
" Katanya Tante Widya mau mengenalkan kamu ke anaknya," jawab Tante Mira.
Airin tahu apa arti 'mengenalkan pada anaknya' itu bermaksud berniat menjodohkan dirinya dengan anak teman Tantenya itu.
" Maksudnya Tante Widya ingin menjodohkan aku dengan anaknya?" tanyanya.
" Kemarin dia bilang kalau sedang mencari calon menantu untuk anak bungsunya," sahut Tante Mira.
" Anaknya Tante Widya itu bujangan atau duda?" tanya Airin lagi.
" Bujangan, Rin." jawab Tante Mira.
" Bujangan? Memangnya dia mau sama janda seperti aku, Tante?" tanya Airin, tak habis pikir kenapa Tante Widya mau menjodohkan putranya dengan wanita yang sudah pernah menikah dan punya anak seperti dirinya.
" Tante juga tidak mengerti, Rin." balas Tante Mira.
" Lalu, Tante sudah kasih foto aku ke Tante Widya?" tanya Airin kemudian.
" Tante kirim foto di profil kamu yang sama Luna, Rin. Habis Tante tidak enak menolaknya," ujar Tante Mira.
" Ya sudah, Tante. Tidak apa-apa, aku yakin anak Tante Widya juga pasti akan menolak kalau tahu wanita yang ingin dikenalkan oleh Mamanya itu sudah punya anak." Meskipun Airin masih belum bisa membuka hati pada pria lain karena perceraiannya dengan Rey baru berjalan tiga bulan. Namun, Airin tidak mengambil pusing dengan niat dari Tante Widya karena dia yakin jika anak dari Tante Widya itu tidak akan tertarik padanya karena statusnya saat ini.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
gia nasgia
Next
2024-12-11
0
ciru
cakeep. Ja He
2023-10-31
0
Aidah Djafar
janda makin ke depan 🤗apa lagi janda kek kamu Rin janda berkelas syantik body profesional dan puny karier 👌🥰
2023-10-10
0