Tante Mira mendampingi Luna yang terlihat asyik bermain magic sand di dalam kamar Airin. Karena Airin harus bekerja, maka Tante Mira lah yang bertugas menjaga bocah merusia tiga tahun itu.
Tante Mira memperhatikan Luna yang sibuk membentuk magic sand di hadapannya menjadi berupa-rupa bentuk dengan peralatan yang dipegang oleh Luna. Ada rasa sedih di hati Tante Mira melihat putri dari Airin yang tidak lagi berada dalam satu kehangatan rumah tangga orang tuanya setelah perpisahan Airin dan Rey.
Tante Mira dan Om Fajar juga orang tua Airin tidak melarang saat Airin memutuskan untuk berpisah. Perselingkuhan yang dilakukan oleh Rey sudah sangat meresahkan, apalagi saat mereka tahu ternyata perselingkuhan itu sudah terjadi sejak awal pernikahan Airin dan Rey. Rasanya kata maaf saja tidak cukup atas kesalahan Rey. Perselingkuhan adalah penyakit yang sulit untuk disembuhkan dan kemungkinan akan bisa terulang di waktu yang akan datang. Tidak sedikit rumah tangga hancur akibat perselingkuhan salah satu pasangan seperti yang terjatu pada Airin dan Rey.
" Nek, telepon Papa, Nek."
Tante Mira terkesiap saat mendengar Luna merengek minta menghubungi Papanya via telepon.
" Telepon Papa?" tanya Tante Mira, yang langsung dibalas dengan anggukan kepala bocah itu.
" Tapi, Papa Luna 'kan sedang bekerja, Sayang. Nanti Luna mengganggu pekerjaan Papa kalau Luna telepon ..." Tante Mira terpaksa berbohong, karena dia tidak berani menyambungkan panggilan telepon dengan Rey tanpa seijin Airin.
" Tapi, Luna kangen Papa, Nek. Papa keljanya ndak pulang-pulang ..." Luna kemudian duduk di pangkuan Tante Mira dan menyandarkan kepalanya di bahu Tante Mira.
" Luna sudah selesai main pasir ajaibnya? Cuci tangannya dulu, yuk!" Tante Mira lalu menggendong tubuh Luna lalu membawanya keluar kamar untuk mencuci tangan di wastafel di depan kamar mandi
" Oh ya, Luna mau puding coklat? Nenek bikin puding coklat, lho! Luna suka puding coklat, kan?" Tante Mira terpaksa mengalihkan topik pembicaraan agar Luna tidak lagi meminta berbicara dengan Papanya.
" Luna ndak mau, Luna maunya telepon Papa, Nek." Bocah kecil itu terus saja meregek.
" Sayang, jangan menangis ..." Tante Mira mengusap air mata di pipi Luna.
" Ya sudah, nanti Nenek telepon Mama Luna dulu. Tapi, Luna tidak boleh menangis, ya!?" Dengan sangat terpaksa Tante Mira harus melakukan apa yang Luna minta darinya.
" Luna cuci tangan dulu, nanti kita telepon Mama." Setelah selesai membersihkan tangan Luna, Tante Mira menghubungi Airin terlebih dahulu untuk meminta ijin kepada Mama dari Luna.
" Assalamualaikum, ada apa, Tan?" sapa Airin saat panggilan telepon Tante Mira terhubung dengan Airin.
" Waalaikumsalam. Rin, Luna merengek minta telepon Papanya." Tante Mira menyebut alasannya menghubungi Airin.
" Mana Luna nya, Tan? Aku mau bicara ..." Airin minta disambungkan dengan putrinya.
" Mama ..." Terdengar suara rengekan putri dari Airin itu.
" Luna, kenapa Luna nangis?" tanya Airin.
" Luna mau telepon Papa, Ma. Hiks ..." Luna semakin tersedu.
" Kemarin Papa sudah telepon Luna, kan? Papa sedang sibuk kerja, Sayang." Airin mencoba memberi pengertian pada putrinya agar tidak merengek minta terus berkomunikasi dengan sang Papa.
" Papa keljanya ndak pulang-pulang, Ma. Luna mau telepon Papa lagi bial Papa pulang, Ma." rengek Luna.
" Sini Nenek bicara sama Mama lagi." Tante Mira kembali mengambil ponsel dari tangan Luna.
" Rin, sebaiknya biarkan saja Luna telepon Papanya. Meskipun kalian sudah tidak bersama, Rey itu tetap Papanya Luna, dia juga berhak berkomunikasi dan bertemu dengan anaknya." Tante Mira berusaha menasehati Airin. Karena Airin sengaja membatasi interaksi antara Luna dengan Rey.
" Tapi aku tidak ingin nanti jadi kebiasaan, Tante. Kalau diijinkan terus, Luna tidak akan terbiasa jika sekarang ini Papa dan Mamanya sudah berpisah." Airin tetap seperti seorang istri yang dikhianati sang suami. Ada rasa sakit hati hingga membuatnya dendam dan membatasi hubungan antara Luna dengan Rey. Bukan bermaksud tega pada Luna, karena dia pun merasa keputusan Rey berselingkuh, adalah suatu wujud ketidak pedulian Rey terhadap putri mereka. Seharusnya Rey memikirkan putri mereka, bukan malah terus asyik bercinta dengan wanita selingkuhnya. Mungkin jika saat itu Airin tidak mengendus perselingkuhan Rey, mantan suaminya itu masih merasa nyaman dengan perselingkuhannya.
" Luna masih terlalu kecil untuk memahami konflik yang terjadi dengan orang tuanya, Rin. Kita harus memberikan pengertian kepada dia secara perlahan. Terus melarang Luna berkomunikasi dengan Papanya hanya akan mempengaruhi psikologis Luna." Tante Mira masih berusaha meluluhkan kekerasan hati Airin.
" Ya sudah, Tante. Nanti aku coba hubungi Papanya untuk menghubungi Luna. Tapi, jangan lama-lama teleponnya, Tante." Airin akhirnya mengijinkan Luna berkomunikasi dengan Papanya dengan syarat.
" Ya sudah, segera kamu hubungi Rey, biar Luna tidak terus merengek!" perintah Tante Mira.
" Iya, Tante. Assalamualaikum ..." Airin berniat mengakhiri sambungan teleponnya, karena dia harus mengabari Rey untuk menghubungi Luna melalui ponsel Tante Mira.
" Waalaikumsalam ..." sahut Tante Mira sebelum sambungan telepon itu benar-benar terputus.
" Mama akan bilang ke Papa Luna untuk telepon Luna nanti. Kalau Papa tidak sibuk, Papa pasti telepon Luna. Tapi, kalau Papa tidak menelepon, itu tandanya Papa Luna sedang sibuk tidak bisa ditinggal pekerjaannya." Tante Mira memberi pengertian kepada Luna.
" Luna tidak boleh menangis lagi, ya!? Luna itu anak pintar, anak pintar harus nurut sama Nenek, ya!?" Tante Mira membelai kepala anak dari keponakan suaminya itu.
" Sekarang kita tunggu telepon dari Papa. Sambil tunggu telepon Papa, Luna makan puding coklat dulu, yuk!" Tante Mira menuntun Luna ke dapur untuk mengambil puding coklat buatnya.
***
Widya datang ke studio foto untuk mencetak foto Airin yang diberi Tante Mira kepadanya. Dia ingin menunjukkan foto itu kepada Gagah, siapa tahu Gagah akan suka setelah melihat foto Airin yang terlihat cantik.
" Ppfftt ..." Ayuning menahan tawanya saat melihat hasil cetak foto Airin bersama Luna.
" Kenapa, Yu?" tanya Widya dengan kening berkerut.
" Memang tidak ada foto lain selain foto berdua sama anaknya ini, Ma?" Ayuning berkomentar soal foto wanita yang ingin dikenalkan pada adik iparnya. Tentu saja kehadiran bocah kecil yang berada dalam pelukan Airin lah yang dia rasa kurang pas saat ditunjukkan kepada Gagah.
" Entahlah, teman Mama hanya kasih foto itu." Widya mengedikkan bahunya, dia sendiri heran kenapa sahabatnya itu hanya memberi satu foto Airin bersama anaknya, bukan foto Airin yang sendiri.
" Lalu, sekarang kita ke kantor Gagah? Aku takut, deh, Ma." Ayuning cemas akan mendapat respon tidak baik dari Gagah atas rencana sang Mama mertua.
" Takut kenapa, Yu? Gagah tidak akan mungkin mengusir kita dari kantornya, kok!" Widya terlihat lebih tenang. " Pak, ke kantor Gagah sekarang!" Widya memberi perintah pada Pak Mul, supir keluarganyam
" Baik, Bu." sahut Pak Mul, kemudian membawa mobil yang dikendarainya menuju arah kantor Gagah.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
gia nasgia
Gagah jodohnya paket komplit 😂
2024-12-11
0
ciru
cakeep
2023-10-31
0
Aidah Djafar
perjodohan 🤗 c gagah mau ngk ya sama Airin nantinya 🤔
2023-10-10
0