GADIS BAR-BAR DAN GURU RELAWAN

GADIS BAR-BAR DAN GURU RELAWAN

Kecelakaan

Terkadang kehidupan manusia tak pernah cukup untuk seseorang yang tak pernah bersyukur. Sebuah kehidupan yang telah digariskan oleh sang Maha Kuasa ternyata tak pernah cukup untuknya. Sebuah hal yang mungkin telah Tuhan berikan untuknya agar menjadi ujian atau sebuah kebahagiaan. Ternyata membuatnya menjadi sosok pribadi yang semakin lalai dan jauh darinya.

Sebuah hidup yang menurutnya tak pernah adil untuknya. Sebuah garis hidup yang membuatnya menjadi sosok yang sering dihina dan dikucilkan. Perkataan satu per satu orang itu menjadi trauma untuknya dan tertanam dalam pikirannya sehingga membuatnya menjadi pribadi yang keras.

Begitulah kehidupan dan cara pandang seorang gadis yang saat ini tengah berdiri di samping kanan kiri teman-temannya dengan ditemani suara dentuman musik disko di sana. Tatapan matanya menatap ke arah meja permainan yang terdapat lembaran kartu disana.

Sebuah hal biasa yang dia lakukan dengan teman-temannya. Menghabiskan banyak uang, berpesta dan bermain sebagai pelarian dari segala trauma yang pernah diterima di masa lalu.

"Kau hebat, Sea!" kata Elara, gadis rambut pirang yang berdiri tepat di sampingnya.

Sea hanya tersenyum miring. Dia segera memegang pinggiran meja permainan dan menatap lawan mainnya yang ada di depannya.

Dia mampu mendengar decakan lidah dari lawan mainnya dan itu tentu membuatnya semakin merasa bahagia.

"Pecundang!" seru Sea dengan mulai mengambil deretan uang yang menjadi taruhan di permainan dan memberikan pada teman-temannya.

"Ayo kita pulang!" ajak Sea kepada teman-temannya.

"Tunggu!" seru wanita yang menjadi lawan mainnya dan membuat Sea kembali berbalik.

Perempuan dengan celana panjang jeans dan robek dibagian lututnya itu mengangkat salah satu alisnya.

"Aku ingin bermain dengan taruhan yang lebih besar!" seru gadis dengan bibir berwarna merah merona itu sambil memegang kalung yang dia pakai.

Spontan hal itu membuat sahabat Sea saling menatap.

"Jangan, Sea!" kata Elara menolak.

"Kau ingat, kalung itu hadiah ulang tahun dari bundamu!" tambah Aschella dengan cepat.

"Ya, Sea. Jangan! Jangan turuti kemauan dia!" lanjut Luna mencoba membuat sahabatnya ini paham.

Namun, Sea tetaplah Sea. Dia adalah sosok yang paling tak suka diremehkan. Dia bahkan tak mau terlihat rendah di mata siapapun.

"Deal!" ucap Sea dengan mengangkat tangannya dan mulai melepas kalung yang dipakai selama 10 tahun tersebut.

Sea meletakkan kalung itu di atas meja permainan. Mereka mulai bermain kartu lagi dan membuat suasana semakin panas dan tegang. Tentu bukan perihal permainan, melainkan kalung dengan banyak kenangan itu yang menjadi taruhan di atas sana.

Sea mulai mengambil kartu miliknya. Membuka kartu itu dengan jantung yang berdebar. Namun, matanya sesekali menatap ke lawan mainnya yang juga tengah membuka kartu yang didapat.

"Yes!" gumam Sea dalam hati dengan mulai menatap lawan mainnya. "Bagaimana?"

"Jangan tersenyum dulu, Sea. Kalung itu akan menjadi milikku!" kata perempuan dengan pakaian seksi dan mulai beranjak berdiri lalu membuka kartu yang di dapat di atas meja. "Kau kalah!"

Perempuan itu tersenyum lebar. Saat tangannya hendak meraih kalung Sea. Tiba-tiba gadis dengan bibir yang dip!oles tipis itu memegang tangan lawan mainnya sambil membuka kartu yang dia punya.

"****!" pekik gadis berlipstik merah dengan wajah memerah padam.

Sea tersenyum licik. Dia mengambil kalung miliknya dan sekaligus milik lawan mainnya itu lalu mengusap rambut wanita yang nafasnya naik turun.

"You lost, baby girl!"

...****************...

Setelah permainan panjang itu, Sea, Elara, Luna dan Aschella melanjutkan pesta mereka. Keempatnya minum dengan puas sampai membuat dua dari yang lain mabuk parah.

"Sea, kau bisa mengemudi sendiri?" tanya Elara yang masih sadar karena dirinya memang paling kuat minum.

Sea yang saat itu sedang mengotak atik ponselnya karena berdering spontan mendongak.

"Tentu. Bukan hal yang pertama ini, El!" jawab Sea lalu mulai memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu segera beranjak berdiri.

Dia melangkah mendekati sahabatnya yang tertidur. Sea hanya menggeleng lalu mulai melingkarkan tangan Luna ke lehernya dan menuntunnya.

"Dasar payah! Kau memang pemabuk yang jelek!" umpat Sea yang membuat Elara tertawa.

Keempat wanita itu akhirnya mulai keluar dari klub. Mereka langsung menuju ke parkiran mobil dimana kendaraan mereka berada.

"Kau yakin, Sea? Aku bisa mengantarmu lebih dulu dan mobilmu biarkan disini!" ujar Elara khawatir.

Sea menggeleng. Dia menutup pintu belakang setelah meletakkan Luna disana.

"Aku baik-baik saja. Tenanglah! Kau cepatlah masuk dan bawa mereka pulang!"

Sea berjalan ke samping mobilnya. Dia menyandar disana dan meyakinkan Elara yang masih berdiri di pintu kemudi dengan menatap ke arahnya.

"Oke oke. Jika ada sesuatu, kabari aku. Oke?"

"Okey!"

Akhirnya Elara mulai masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Sea yang mulai melambaikan tangan pada sahabatnya itu. Setelah itu dirinya lekas masuk ke dalam mobilnya dan mengambil ponsel yang ada di saku belakangnya.

"Berisik banget sih!" seru Sea dan akhirnya memilih mengangkat panggilan itu.

"Kamu dimana, Sea?" ucap suara seorang wanita dari seberang telepon setelah mengucapkan salam.

Sea menghela nafas berat. Bukan kali pertama dia mendengar pertanyaan ini. Pertanyaan yang selalu ditanyakan kepadanya setiap malam ketika dirinya pulang telat.

"Sea dijalan, Bunda," jawab Sea dengan malas.

"Kamu mabuk lagi?"

"Jangan tanyakan apa yang Bunda sudah ketahui! Sea capek. Sea akan pulang sekarang!"

Sebelum mendapatkan jawaban. Sea lekas mematikan panggilan itu lalu melemparnya ke kursi samping. Dia benar-benar merasa frustasi. Bukan karena telpon dari bundanya yang mengganggu. Melainkan sikap yang selalu bundanya lakukan hanyalah untuk menutupi sakit di masa lalunya.

"Lebih baik Sea melihat Bunda menikah lagi daripada harus menangisi satu orang yang tak pernah datang menjemput kami, " ucap Sea pada dirinya sendiri dengan menghapus air matanya yang menetes tanpa bisa dicegah.

Akhirnya Sea lekas menghidupkan mobilnya. Dia mengemudi dengan kecepatan sedang dan mulai memainkan jalanan. Jarum jam yang sudah menunjukkan pukul satu malam itu membuat jalanan di Kota New York tak sepadat di jam kerja.

Akhirnya Sea menaikkan laju mobilnya. Dia mengendarai dengan kecepatan tinggi agar sampai dirumah dengan cepat. Namun, baru setengah jalan, tiba-tiba Sea mengernyitkan alisnya.

Ya, dia mencengkram setir kemudi saat jantungnya kembali sakit.

"Oh ****! Kenapa harus sekarang," lirihnya yang mulai merasa oleng.

Akhirnya sakit yang semakin terasa membuat Sea tentu mulai tak fokus mengemudi. Dirinya yang hampir saja memejamkan mata karena sakitnya semakin berdenyut tiba-tiba terkejut ketika mendengar bunyi klakson dan membuatnya mendongak.

Matanya membelalak tak percaya saat ternyata mobilnya oleng ke kanan dan di depan sana ada sebuah truk besar dengan lampu sinar mengarah ke arahnya. Spontan Sea langsung membanting setir kemudinya ke samping kiri.

"Akhhhh!"

~Bersambung

Hai-hai selamat datang di novel terbaruku.

Novel yang akan menceritakan kisah lebih kompleks. Ikuti terus cerita Sea dan Sky, update setiap hari jam 15.00 dan 21.00

Dua bab aja dulu yakan. Jangan lupa kalian like, komen dan masukkan favorit.

Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

lah beneran mb Bia besarksn anak sendiri mas Shaka kemana g nyusul ke New York jd bersama lg g dg mb Bia mas Shaka atau tetap dh Dhira yg jahat

2024-01-01

0

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Sea...kamu sakit jantung,kah?
Shaka...kamu dimana?

2023-08-03

1

Diana Susanti

Diana Susanti

lanjut kak mantab

2023-06-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!