Sea benar-benar menatap Sky yang mengobatinya dengan begitu telaten. Dia benar-benar membersihkan luka itu dulu lalu memberikan obat merah.
Jujur beberapa kali bibir Sea mendesis. Bukan karena apa, tapi rasa perih itu begitu terasa dan membuatnya beberapa sampai mengerutkan keningnya.
"Pelan-pelan, Guru Sky!" Lirih Sea dengan memegang tangan Sky.
Dia benar-benar tak tahan. Dagunya sangat amat perih dan membuatnya tak mau melanjutkan.
"Tajam sedikit lagi, Dokter Sea. Dagumu harus segera dibersihkan agar tak infeksi!" Ucap Sky dengan penuh penekanan. "Kau itu seorang dokter. Bagaimana bisa tak tahan dengan luka sekecil ini?"
Sky meledek. Hal itu tentu membuat tangan Sea mencekram tangan Sky lebih kuat hingga pria itu mendesis.
"Dokter Sea, kau!"
"Kau apa hah?" jawab Sea dengan ketus. "Sudah belum?"
Sea benar-benar tak tahan akan rasa sakit. Dia sering memilih menahan sakitnya daripada harus diobati seperti ini. Namun, kali ini memang lukany serius dan itu mau tak mau membuatnya harus melakukan itu.
"Tinggal aku balut dengan kain kasa. Sebentar!" ucap Sky lalu mulai membalut luka itu sedikit.
Luka di dagu Sea memang lumayan besar. Sepertinya jatuhnya gadis itu juga di jalan yang benar-benar terdapat batu kecil-kecil dan membuat luka itu semakin sakit.
"Selesai!" Sky mulai menepuk-nepuk tangannya.
Kemudian dia memasukkan kasa, obat merah dan yang lain ke dalam kotak p3k. Kemudian setelah itu, dia lalu mengangkat kepala Sea dengan memegang sisi wajah kanan kirinya yang membuat Sea terkejut.
Jantung gadis itu berdegup kencang. Apalagi saat tatapan mata keduanya saling bertatapan dengan lekat. Mata Sky benar-benar menatapnya dengan begitu tajam hingga membuat Sea menelan ludahnya kasar karena takut.
"Lain kali, jangan ceroboh!" ucap Sky dengan pelan lalu mulai melepas tangannya dari sisi kanan dan kiri wajah Sea lalu segera beranjak berdiri.
Sea hanya mampu menatap kepergian Sky. Langkah kaki pria itu yang perlahan menjauh hingga sebuah langkah kaki ke arahnya membuatnya menoleh.
"Eh, sudah diobati?" Tanya Star dengan terkejut.
Sea memutar matanya malas. "Kamu lama banget."
"Aku harus ke rumah kesehatan, Budok. Terus di jalan, banyak anak-anak yang nyapa. Alhasil ya, masih nunggu," jawab Star dengan berkilah.
Sea hanya mengangguk. Dia perlahan mengangkat tangannya dan memegang lukanya itu dengan pelan.
Sea hanya mampu menarik nafasnya lebih dalam dan menghembuskannya. Bagaimanapun semuanya sudah terjadi. Namun, di dalam otaknya saat ini yang ada hanyalah tentang kejadian yang ditemui di kebun teh.
Apa yang ia dengar. Apa yang dia temui itu benar-benar di luar nalarnya.
"Budok," Panggil Star yang membuat perhatian Sea teralih.
Sea mengangkat alisnya. Menandakan apa pada Star.
"Jangan berbuat hal yang diluar batas. Ini bukan wilayah, Budok," ucap Star memberitahu.
"Iya, iya. Memangnya apa yang mau aku lakukan, Star!" ucap Sea mengomel.
Saat Star hendak membalas. Sky yang kembali datang membuatnya memberikan kode untuk menghentikan pembicaraan. Hal itulah yang membuat Sea kembali berpikir.
Apakah Sky tahu masalah ini atau dia memang tak tahu dan disembunyikan oleh Star.
***
Sea benar-benar bekerja dengan baik beberapa hari ini. Meski keadaan dagunya yang sakit. Namun, gadis itu tetap semangat berangkat dari rumah ke rumah kesehatan. Jalan kali sudah menjadi teman Sea selama ada disini.
Tak mandi pagi dan lebih memilih cuci muka karena cuaca yang dingin sudah menjadi hal biasa untuknya. Sea benar-benar berhasil berubah. Ahh lebih tepatnya berubah sangat banyak.
Dia yang jarang bangun pagi karena sering begadang. Dia yang tak pernah memegang alat rumah seperti sapu, mengepel. Kini sudah familiar dengan dua alat itu. Rumah yang dia tinggali dari kayu, membuatnya menyapu dan mengepel setiap hari.
Apalagi kondisi jantungnya yang benar-benar harus di tempat bersih membuatnya menjaga tempat tinggalnya agar aman untuknya.
Dia juga mulia belajar masak di tungku. Meski ya, dia hanya bisa memasak telur, mie dan nasi. Itupun atas ajaran istri dari Pak Palm.
Sampai akhirnya hari ini, seperti biasa. Sea berangkat pagi hari. Dia harus mengadakan imunisasi untuk anak kecil yang ada di desa. Gadis itu membawa rantang makanan dan tasnya lalu segera turun dari tangga rumah setelah memakai jaket tebal.
Suasana pagi ini lebih dingin dari biasanya. Hal itu membuat Sea memilih jalan berputar. Ya, jalan putar memang lebih jauh tapi dia bisa melihat hamparan kebun teh yang indah.
Ya, kebun teh yang luas ternyata memiliki beberapa jalan untuk mencapainya. Seperti halnya hari ini. Sea berjalan dengan riang. Menatap kanan kirinya yang rerumputan dan jalan bertanah.
Embun yang begitu segar memanjakan mata ketika menatap daun-daun yang basah. Apalagi melihat beberapa warga yang silih berganti naik turun menuju kebun teh membuat Sea benar-benar beberapa menundukkan wajahnya saat disapa.
Ah, ya keberadaan Sea tentu mulai dipandang saat menyelamatkan salah satu warga yang sakit. Banyak warga yang silih berganti membawakan makanan ke rumah kesehatan untuk Sea dan itu tentu semakin membuat Sea betah berada di desa ini.
"Selamat pagi, Dokter Sea," sapa beberapa warga yang membawa keranjang teh yang sudah menggunung.
Sea menghentikan langkahnya. Dia tersenyum dengan ramah.
"Selamat pagi. Wah masih pagi sudah banyak memetik daun tehnya ya," ucap Sea denga takjub.
Dua warga yang dipuji oleh Sea tersenyum.
"Iya, Budok. Hari ini kami para pembeli datang untuk membeli teh kita. Jadi, kami benar-benar bahagia karena akan menjualnya," ucap salah satu ibu-ibu itu dengan raut wajahnya yang benar-benar bahagia.
Senyuman yang tadi tersemat di kedua sudut bibir Sea perlahan memudar.
"Dijual?" ulang Sea dengan pelan.
Dua ibu itu mengangguk. Mereka menunjuk ke arah kebun teh lebih atas dan membuat kepala Sea ikut beralih.
"Disana, Budok. Kami akan menimbang teh ini dan dijual. Apa Budok ingin melihatnya?" tanya mereka yang membuat Sea mengangguk cepat.
Akhirnya Sea mulai melangkah lebih cepat. Dia berjalan menuju kerumunan warga. Dia mulai mencoba mendekati mereka sampai telinganya mendengar hitungan.
"Tiga kilo."
"Empat kilo."
"Tiga kilo setengah," ucap salah satu pria ke pria yang lain dan membuat Sea penasaran.
Perempuan itu lekas mendekat. Dia menatap timbangan itu dan mulai mendengar ucapan pria itu lagi. Dia benar-benar penasaran. Ada hal janggal yang sangat ingin dia koreksi.
"Tiga kilo."
"Empat kilo," Sahut Sea dengan lantang saat apa yang dia lihat itu membuatnya terkejut.
"Apa maksudmu, Nona?" Tanya pria yang melihat timbangan itu dengan tajam.
"Timbangan itu menunjuk angka empat. Jadi berat teh itu empat kilo. Bukan tiga kilo!" Sahut Sea dengan lantang dan berjalan lebih dekat agar lebih puas berbicara dengan para pembeli teh ini.
"Jangan bicara sembarangan!"
"Kau menipu warga disini. Kau mengurangi berat timbangan dari berat aslinya!" seru Sea benar-benar marah.
"Apa maumu! Kami tak berbohong. Kami sudah lama berjualan disini!"
"Jangan memutar balikkan fakta kalian!" Seru Sea dengan emosi yang memulai memuncak. "Jangan karena warga disini tak bisa membaca dan menulis. Lalu kalian seenaknya menipu mereka! "
~Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments
Sinta Listyani
kok bnyk novel di apl ini yg gk di lanjut.helloo msh niat nulis gk sih
2024-12-25
0
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
2024-07-31
0
Kuswati
thor jangan suka ngegantung cerita donk,,yg ini ngga tamat,novel yg satu jg ngegantung..hadewwwww
2024-01-07
0