Khawatir!

Pagi ini terasa berbeda seperti sebelumnya. Akhirnya beban berat bertemu dengan Guru Sky kini mulai terangkat. Hubungan keduanya yang tak akan seperti tom and Jerry itu membuat bibirnya tak henti tersenyum.

Dia tak akan mendengar hinaan lagi dari bibir pria itu. Mendengar kata kasar dan merendahkan untuknya. Semua itu tak akan lagi ada di dalam ceritanya.

Sea perlahan bangun dari tidurnya. Dia menggaruk tangannya yang gatal dengan pelan.

"Ya ampun tanganku," kata Sea dengan memelas. "Nyamuk disini benar-benar makan besar setiap malam."

Sea terlihat menghela nafas berat. Selama dia tinggal disini, jujur setiap malam dirinya tak tidur dengan tenang. Dia benar-benar harus bermusuhan dengan nyamuk dan membuatnya susah untuk tidur. Bahkan dirinya harus terbangun sampai pagi hari dan baru tertidur beberapa jam sebelum subuh.

Perempuan itu mulai beranjak berdiri. Dia keluar dari kamarnya dan menggerakkan tangan ke arah. Meregangkan otot-otot tangannya sampai suara panggilan membuatnya berjalan ke depan.

"Ada apa, Guru Sky?" tanya Sea yang terkejut dengan kehadiran Sky.

Pria itu terlihat kelelahan. Sepertinya Sky habis berlari dengan cepat.

"Cepat ke rumah kesehatan, Sea! Ada warga yang sakit disana!" pekik Guru Sky yang terlihat panik.

Tentu ucapan Sky membuat Sea lekas masuk ke dalam kamarnya. Dia mengambil tas kerja dan jangan lupa sweater untuk menutupi badannya yang hanya terbalut kaos.

Perempuan cantik itu hanya merapikan rambutnya dengan mengikat satu. Lalu setelah itu dia lekas menyusul Sky dan mulai berjalan bersama menuju rumah kesehatan.

"Sakit apa dia, Sky?" tanya Sea penasaran.

"Kata Pak RW, demam, bapil dan sesak nafas," ucap Sky yang tahu tentang kondisi itu karena dirinya memang diberitahu oleh Pak RW.

Rumah Sea yang memang ada diujung desa membuat Pak RW lebih memilih bertemu Sky dan meminta pertolongan karena rumahnya paling dekat dengan warga.

"Ayo cepat, Sky!"

Sea benar-benar berjalan dengan cepat. Dan benar saja, sesampainya di rumah kesehatan. Dia melihat beberapa orang sudah mengerubung disana. Sea tentu benar-benar mulai kewalahan.

"Tolong Bapak dan Ibu minggir dulu ya. Biarkan pasien sendiri dulu!" kata Sea meminta.

Dia tentu mulai mengeluarkan stetoskop. Dia mulai mengecek kondisi pasien pertamanya itu yang terlihat nafasnya tersenggal-senggal. Dia benar-benar membutuhkan fokus tapi suara dan kebisingan para tetangga yang mengantar membuat Sea tak bisa fokus.

"Saya mohon yang lain tunggu sambil duduk yah. Biarkan pasien ruangan yang luas. Saya mohon!" pinta Sea dengan bersusah payah.

Tentu Sky melihat itu. Dia melihat bagaimana Sea berusaha membuat para warga mengerti. Namun, mungkin warga yang masih jauh dari pemahaman membuat Sea kesulitan.

Akhirnya Sky menarik lengan Sea. Meminta wanita itu untuk diam.

"Fokuslah merawatnya. Aku yang akan mengurus para warga!" ucap Sky dengan tatapan mata yakin dan itu membuat Sea mengangguk.

Dia percaya pria itu bisa mengatasi hal ini. Dia percaya Sky bisa menangani masalah ini karena pria itu sudah tinggal disini selama beberapa tahun.

Dia sudah pasti tahu baik buruknya warga dan membuat Sea berusaha untuk tenang. Dia mulai fokus dengan pasiennya ini. Nafasnya tentu terlihat sangat amat tercekat dan itu membuat Sea tentu mulai berpikir.

Namun, samar-samar dia tak mendengar suara ramai lagi. Dia tak mendengar keramaian dan tak terasa panas. Hal itu membuat Sea merasa senang. Namun, saat ini ada satu hal yang dia butuhkan.

Ya, dia benar-benar membutuhkan alat ini.

"Ada yang bisa kami bantu, Dokter?" tanya Pak RW yang mendekat.

Sea mengangguk. Tentu dia butuh bantuan. Dia tak bisa melakukan semuanya sendiri.

"Saya butuh listrik, Pak RW. Dimana disini ada aliran listrik?" tanya Sea dengan tatapan penuh harap.

Dia masih berusaha berpikir jernih. Sea masih berharap semoga masih ada aliran listrik di desa ini.

"Untuk apa, Dokter Sea?" tanya Pak RW dengan tanggap.

"Saya harus menyalakan alat nebu untuk pasien. Dia sedang sesak nafas dan butuh nebulizer. Jadi apa ada aliran listrik, Pak RW?" Tanya Sea dengan serius.

"Ada, Dokter Sea. Ada!" Itu bukan suara Pak RW. Melainkan suara Sky yang tiba-tiba memotong.

"Ada aliran listrik di pos keamanan. Anda bisa menggunakan itu, Dokter Sea!" kata Sky dengan serius.

Senyuman terbit di bibir Sea mendengar perjalanan Sky. Dia tentu bahagia dan berharap banyak.

"Jadi tolong bantu aku untuk memindahkan pasien ke pos keamanan ya, Guru Sky!"

Akhirnya memindahkan satu pasien dan dibantu banyak warga tak memerlukan waktu banyak. Sea tentu mulai melakukan yang terbaik. Dia benar-benar bahagia pergi ke kota dan membeli alat ini untuk persiapan jika sesuatu ada hal yang terjadi mendadak.

Dan ternyata alat itu benar-benar dibutuhkan. Sea segera menuang cairan ke alat nebul. Lalu kepala dan punggung pasien agar diberdirikan saat alat nebu mulai digunakan.

Setelah itu, Sea juga memasang infus di tangannya. Dia menyuntikkan beberapa obat agar demamnya lekas turun. Dia benar-benar melakukan itu dengan hati-hati.

Perempuan yang biasa memegang obat, suntik dan alat-alat ini tentu hal biasa di mata Sea. Ibunya yang seorang dokter membuatnya mau tak mau juga terbiasa dengan alat dan kondisi seperti ini.

"Makanlah dulu, Dokter Sea. Aku yakin kau belum sarapan sejak tadi," kata Sky dengan menyodorkan sebuah kotak makan di hadapan Sea.

Ya jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Dan sampai detik ini, Sea benar-benar tak beranjak dari pasiennya. Dia benar-benar mengecek kondisi pasien dengan begitu teliti.

Dia bahkan tak beranjak kemanapun. Seakan Sea benar-benar fokus dengan pasiennya satu ini.

"Letakkan itu di atas meja, Guru Sky. Aku belum ingin memakannya," jawab Sea dengan pelan.

"Kau harus makan. Jika kau tak makan lalu sakit. Siapa yang akan merawatmu dan merawat pasienmu?"

Sea kalah telak. Dia tak bisa menjawab. Apa yang dikatakan oleh Sky memang benar. Siapa yang akan merawat dirinya dan pasiennya jika dia ikut sakit. Akhirnya Sea mulai meraih kotak bekal itu dari Sky.

"Tunggu!" Sky tiba-tiba memegang tangan Sea.

Sea yang terkejut tentu hendak menariknya.

"Sebentar, Dokter!" ucap Sky lalu menarik tangan Sea lebih dekat.

Dia mengangkat lengan sweater lebih ke atas dan terlihat kulit lengan Sea dengan jelas.

"Ini… "

"Ini bekas gigitan nyamuk, Guru Sky. Bukan hal yang menghawatirkan!" kata Sea dengan jujur.

Tentu hal itu membuat kening Sky berkerut.

"Apa kau tidur tanpa kelambu, Dokter Sea?"

"Kelambu?" ulang Sea dengan bingung.

Dari jawab Sea, Sky mulai tahu satu hal. Dia mulai paham dengan apa yang terjadi pada wanita yang usianya berbeda dengannya.

"Jika kau pulang ke rumahmu, ajaklah aku! Aku akan memberitahumu kelambu mana yang kumaksud!"

~Bersambung

duh mulai khawatir ye Mas Sky!

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

perhatian sebagai apa dulu ni

2024-01-01

0

vieta_novie

vieta_novie

cie..cie..guru Sky mulai perhatian nih ma Sea 🤭🤭

2023-05-14

0

puputgendis

puputgendis

ah abang makin perhatian ajh🤭🤭

2023-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!