Tentu suasana mencekam itu benar-benar Sea dan Star rasakan. Apalagi keduanya hanya bermodal sembunyi di balik tanaman teh yang tumbuh membuat mereka benar-benar takut ketahuan.
Namun, mata Sea dan Star benar-benar mengikuti setiap langkah orang yang berada berjarak beberapa meter dari keduanya. Jantung keduanya benar-benar berdegup kencang. Sampai akhirnya orang-orang itu berjalan pergi dari sana dan membuat Sea maupun Star bernafas lega.
Sea benar-benar memegang dadanya yang bertalu. Dia terkejut dengan aksi Star yang tiba-tiba menariknya ke balik tanaman teh dan bersembunyi di sana. Ditambah dis mendengar semua ucapan orang-orang yang ada disana dan membuat dirinya benar-benar tak bisa mengatakan apapun.
Untuk pertama kalinya dia mendengar hal ini. Untuk pertama kalinya dia melihat dan mengetahui kecurangan yang hendak dia lakukan.
"Star, ini… "
"Jangan melawan mereka, Sea!" ucap Star memberitahu.
"Tapi, Star. Kau dengar? Mereka bilang ingin curang terhadap harga. Kau tak kasihan pada warga disini, hah? Mereka… " Sea tak mampu mengatakan apapun.
Namun, satu hal yang Sea tahu. Kebun teh adalah salah satu pekerjaan besar yang dilakukan oleh warga disini. Lebih tepatnya, mereka menyambung hidup dengan menjadi petani teh.
"Dokter Sea!" pekik Star dengan mengacak rambutnya. "Semua tak semudah apa yang ingin kau katakan, Dokter."
"Hal seperti ini sudah lama terjadi. Hal seperti ini benar-benar sering terjadi dan tak ada yang bisa menahannya. Aku yang seorang keamanan saja. Benar-benar… "
"Kau memang tak peduli perasaan para petani, Star!" seru Sea dengan beranjak berdiri.
Dia mengambil tas dan ponselnya yang ada di atas rumput..
"Budok, semuanya tak segampang itu. Kami… "
"Aku akan melawan mereka. Aku akan membantu para petani menjual teh-teh ini. Aku… "
"Budok!" Pekik Star dengan memegang kedua sisi tangan Sea dan mencengkramnya.
Tak kuat memang tapi itu berhasil membuat Sea terdiam.
"Kau akan mengerti nanti. Kau akan mengerti kenapa tak ada yang bisa mengalahkan mereka. Aku sendiri tak mampu berkutik. Kau akan tahu alasannya nanti disini," ucap Star dengan penuh penekanan dan itu berhasil membuat Sea diam.
Sea benar-benar penasaran. Apa yang sebenarnya ingin Star katakan padanya. Kenapa dia tak mengatakan dengan jelas. Kenapa Star harus membuatnya berpikir seperti ini.
Dia benar-benar tak suka main tebak-tebakan. Dia ingin tahu alasannya dengan jelas. Namun, sepertinya Star tak akan memberitahunya.
"Ayo kita pulang, Budok. Sudah hampir magrib. Jalanan akan gelap jika kita tak pulang sekarang," kata Star mengajak dan membuat Sea hanya mampu menurut.
Perempuan itu memasukkan ponselnya lagi di dalam tas. Dia bahkan lupa jika niatnya ingin menghubungi bundanya. Dia benar-benar lupa jika tadi panggilan itu masih berbunyi seringan tertuju pada nomor ibunya.
Yang ada dalam pikiran Sea sekarang hanyalah. Rahasia apalagi yang ada di desa ini. Desa yang indah, desa yang sejuk, desa yang jauh dengan polusi. Namun, kenapa mengandung banyak masalah di dalamnya.
***
Tanpa sepengetahuan Sea. Tanpa perempuan itu tahu. Jika seseorang di seberang sana. Seorang perempuan yang terkejut dengan panggilan anaknya itu mendengar semuanya.
Dia benar-benar dengan jelas menangkap apa yang dikatakan oleh Sea dan seseorang yang ada disana. Namun, dirinya tak tahu, apa yang tengah diperdebatkan.
"Bagaimana, Kak. Apa Sea bicara?" tanya Aya yang duduk di samping Bia.
Saat ini keduanya memang sedang ada di ruang tamu. Bia dan Aya tengah bercengkrama di sana dengan bercerita keluarga mereka yang ada di New York. Sampai akhirnya panggilan suara dari nomor putrinya membuat Bia tentu lekas mengangkatnya.
Dia benar-benar takut terjadi sesuatu. Dia benar-benar khawatir pada Sea. Namun, mendengar anaknya berbicara dengan seseorang membuat Bia memilih diam.
"Sepertinya Sea lupa jika menelponku," ucap Bia dengan meletakkan ponselnya di atas meja.
Panggilan itu tiba-tiba mati sendiri. Dia yakin jika sinyal disana memang terputus dan membuat panggilan itu tak tersambung. Apalagi dia juga mendengar seseorang mengajak putrinya pulang sebelum panggilan itu terputus.
"Kak, apa kau tak mau menjemput Sea?" tanya Aya dengan pelan. "Mungkin saja Sea sudah berubah?"
Bia terlihat frustasi. Dia menyandarkan punggungnya di sofa yang ada disana.
"Jangan membuat keputusanku goyah, Aya," ucap Bia dengan menatap kedua bola mata adiknya. "Selama ini aku gagal menjaganya. Sampai akhirnya dia benar-benar diluar batas. Dia minum, dia ke club malam bahkan dia sendiri yang berbeda dengan keluarga kita."
Aya tahu apa yang dimaksud kakaknya. Dia bisa melihat bagaimana Bia yang frustasi. Dia yakin kakaknya ini sebenarnya rindu pada Sea. Namun, sikap Sea yang diluar batas membuat Bia terpaksa harus bersikap seperti ini.
"Aku hidup dengan Sea berdua. Kami tumbuh bersama. Aku bahkan sering memarahinya dulu ketika pulang bekerja terlalu malam. Dia masih merengek kepadaku tapi aku memarahinya balik. Dan akhirnya dia besar menjadi seperti ini. Aku gagal, Ay. Aku gagal!"
Bia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Air matanya mengalir dan itu membuat Aya benar-benar khawatir. Dia lekas berpindah tempat duduk. Memilih duduk di samping Bia lalu memeluknya.
"Semua ini bukan salah, Kakak. Kakak sudah menjadi ibu yang baik, berusaha memberikan yang terbaik untuk Sea," Kata Aya menghibur.
Bia benar-benar menangis. Bayangan semua kilatan masa lalu itu berputar bak kaset rusak di kedua matanya. Semua hal yang terjadi padanya di masa lalu seakan kembali dia ingat.
"Aku bahkan merebut kebahagiaan Sea lebih dulu, Aya. Aku menjauhkannya dari Shaka."
Akhh untuk pertama kalinya setelah sekian lama akhirnya Bia mengatakan nama itu lagi. Sekian lama nama itu tak pernah terdengar kini terdengar lagi. Aya benar-benar bisa melihat wajah Bia yang khawatir, tertekan dan juga banyak beban. Dia sangat tahu jika kakaknya selama ini menyimpan banyak penyesalan.
"Kak Bia," lirih Aya sambil memeluk kakak perempuannya. "Kakak hebat membesarkan Sea dengan baik. Sea tumbuh menjadi wanita yang berani bukan."
Bia mengangguk. Dia juga menyadari jika putrinya itu tak gampang putus asa, berani dan juga tak pernah membantahnya.
"Lihat Aya, Kak. Lihat!" Kata Aya sambil memegang wajah kakaknya dengan lembut.
Aya adalah adik perempuan yang sangat salut dengan perjuangan Bia. Aya adalah adik yang bangga dengan perjalanan kakak perempuannya.
"Aya bangga punya kakak kayak Kak Bia. Aya juga bangga sama Kak Bia yang selalu berjuang tanpa lelah untuk Sea. Kakak belum gagal mendidik Sea. Saat ini, Aya yakin jika Sea disana akan berhasil menjadi sosok yang lebih baik. Aya yakin Sea akan mengerti kenapa kakak meletakkannya disana."
Bia mengangguk. Dia hanya berharap apa yang dikatakan adiknya itu memang benar.
"Semoga Sea tahu jika bunda selalu menyayangimu, Nak."
~Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
jadi mb Bia sengaja jauhin anaknya dr mas Shaka ujung ujungnya nyesel jg
2024-01-01
0
Enisensi Klara
Ya nih sea kok lupa telpon bunda nya padahal telponnya tetap berjalan 🥺🥺🥺
2023-05-17
1
Enisensi Klara
permasalahan biasa terjadi pada desa yg terpencil dan indah ,tuh pasti banyak tengkulak atau orang2 yg curang pada petani
2023-05-17
0