Sinyal Telepon?

Akhirnya setelah tiga hari dalam perawatan Sea. Pria dengan pakaian khas Desa Guci itu benar-benar sembuh. Ya, pria itu benar-benar selamat dengan bantuan Sea. Pria itupun juga terlihat sehat dan membuat infus di tangannya mulai dilepas.

Hal itulah yang benar-benar membuat beberapa warga mulai berubah pada Sea. Akhh bulan berubah lagi, mereka mulai memuji kebaikan dan bagaimana Sea merawat mereka dengan baik.

Kebaikan Sea benar-benar membuat pria itu berterima kasih begitu dalam pada Sea. Bahkan tangan Sea sampai disalami dan membuat wanita itu terkejut bukan main.

"Tidak perlu repot. Saya benar-benar ikhlas membantu Anda disini, Pak!" kata Sea saat istri pasiennya itu membawakan makanan dalam sebuah kotak untuk Sea.

"Tapi, Dokter. Saya juga ikhlas memberikannya. Saya benar-benar Terima kasih karena anda merawat suami saya dengan baik. Tolong terima ini, Dokter. Tolong terima ini untuk rasa terima kasih kami!"

Tentu saja Sea tak mampu menolak. Apalagi tatapan suami istri itu yang benar-benar memohon membuat Sea tak mampu menolaknya. Dia tahu apa yang dia lakukan biasa. Namun, pasti di mata pasiennya itu adalah hal yang luar biasa.

"Sekali lagi kami berterima kasih, Dokter. Kami pamit pulang," ucap pasiennya itu yang dibalas anggukan kepala oleh Sea.

"Ingat, obatnya diminum dengan teratur ya, Pak!"

"Baik," balas pasiennya itu dengan serius.

Akhirnya pasangan suami istri itu mulai pulang. Meninggalkan Sea yang menatap rantang makanan itu dengan tersenyum. Ah entahlah perasaannya saat ini begitu berbeda.

Ada rasa bangga ketika dia berhasil menyelamatkan pasiennya. Ada rasa berbeda ketika orang lain berterima kasih padanya karen jasanya.

Hal yang tak pernah dia dapatkan di manapun kecuali disini. Hal yang sejak dulu tak pernah dia lakukan. Hal yang tak pernah membuatnya bangga kini ada yang dia banggakan.

Sampai akhirnya, sebuah tepukan seseorang membuatnya menoleh.

"Star!"

"Ahh, Budok. Apa itu makanan dari warga sini?" tanya Star kepo sambil menarik kursi di tempat makan yang ada di pos keamanan.

Sea mengangguk. Dia meletakkan rantang itu di atas meja lalu duduk di depan Star. Dia mulai membuka rantang-rantang itu dan menatanya. Melihat makanan apa saja yang ada disana.

"Huaa, Dokter. Ini… "

"Ini apa?" tanya Sea menunjuk makanan itu.

"Ini babi, Dokter!" ucap Star yang membuat Sea mendorong kotak makan itu dengan cepat.

Sea benar-benar terkejut. Dia melihat makanan yang lain dengan lekat.

"Aku tak makan babi, Star. Aku… "

"Aku tai, Budok. Budok muslim kan?" ujar Star yang membuat Sea mengangguk. "Wajah anda yang ada ras bule, kulit putih dan garis wajah yang benar-benar berbeda membuat mereka berpikir anda pasti bukan muslim. Tapi… "

"Tapi apa?" tanya Sea pada Star.

"Jika saya tak melihat anda sholat dan membawa mukena kemanapun. Saya juga pasti hampir terkecoh dan bilang anda bukan muslim!" balas Star yang membuat Sea tertawa.

Sea perlahan mengalihkan tatapannya lagi di deretan rantang itu. Menatap beberapa makanan yang dia cari agar bisa dia makan.

"Ini, Budok!" kata Star sambil menyodorkan sebuah sayuran hijau pada Sea. "Itu daun singkong di oseng dengan ikan asing. Itu enak kok. Halal juga!"

"Kamu gak bercanda kan, Star? Ini benar-benar bisa kumakan, kan?"

Star mengangguk. Dia benar-benar mengacungkan jempolnya sebagai tanda jika makanan itu bisa dimakan oleh Sea.

Akhirnya Sea mulai memakan makanan itu dengan pelan. Mencoba sensasi makanan itu dengan kening berkerut.

"Kok radak aneh ya, Star. Tapi enak!" lirih Sea sambil mengunyah makanan.

Star tertawa sambil mencoba mengunyah daging babi yang dia makan. Dia benar-benar merasa lucu dengan tingkah wanita yang dia panggil budok yang merupakan kepanjangan dari bu dokter.

Keduanya makan dengan lahap. Sampai tanpa sadar ada langkah kaki seorang pria yang mulai datang ke arah keduanya.

"Kalian makan apa?" tanya Sky yang baru saja datang sambil menenteng tas kerjanya.

Star dan Sea spontan mengangkat kepala. Keduanya memegang piring dan mengangkatnya.

"Ini!"

Sky menatap deretan makanan itu. Dia memicingkan mata dan mencoba menelisik semuanya.

"Siapa yang masak?" tanya Sky curiga. "Ini makanan khas desa sini kan. Jadi… "

"Aku dapet dikasih dari keluarga yang sakit, huh!" pekik Sea dengan bangga. "Makanan ini katanya untuk rasa terima kasih."

Sky mengangguk dengan santai. Tanpa kata pria itu mengambil sendok dan menyendok nasi Sea ke mulutnya.

Hal itu tentu membuat Sea membelalakkan matanya. Dia menatap ke arah Sky dengan dengan terkejut.

"Kok kamu makan dari piring dan sendokku. Itu bekasku, Sky!"

"Kenapa kalau bekasmu?"

"Kamu gak jijik?" tanya Sea dengan frontal.

Sky dengan enteng menggelengkan kepalanya. Dia lalu memilih duduk di antara salah satu kursi di sana dan menarik piring kosong.

"Sky! Jawab dulu."

"Buat apa kamu jijik, Sea?" tanya Sky dengan menaikkan salah satu alisnya. "Aku sehat, kamu sehat. Gak bakal ada yang tertular. Tenang aja. Aku aman kok!"

Sea menarik nafasnya begitu dalam. Bukan itu yang dia maksud. Tapi akhh Sea tak mampu menjabarkan dalam kata-kata dan membuatnya menggeleng dengan cepat.

Dia tak mau berpikir hal yang membuatnya sakit kepala. Dia tak mau berpikir apa yang membuat kepalanya sakit. Akhirnya dia mulai melanjutkan makannya hingga suara deringan telefon membuat ketiganya menoleh.

Sky spontan beranjak berdiri. Dia berjalan ke arah telfon rumah dan mengangkatnya.

"Halo!"

Saat Sky berbicara dengan lawan bicara. Sea spontan menendang kaki Star agar menatap ke arahnya.

"Ada apa, Budok?" tanya Star dengan mulut hampir penuh.

Sea berpindah tempat duduk. Dia berjalan ke arah Star dan duduk disampingnya.

"Kamu kenapa gak bilang Star, kalau disini ada telepon?" tanya Sea berbisik.

Ah bukan berbisik sih. Keduanya hanya mengecilkan suaranya agar tak mengganggu pembicaraan Sky.

"Loh? Emangnya Budok pernah tanya?" tanya Star dengan wajah polosnya.

Sea mengepalkan kepalanya. Ahh rasanya dia ingin memukul kepala Star tapi dia tahan.

"Ya setidaknya kamu bilang kalau disini ada telepon dan ada sinyal juga!" ucap Sea dengan suara tertahan.

Dia benar-benar menahan kesal setengah mati. Beberapa hari ini dia mencari sinyal agar bisa menggunakan ponselnya. Berkeliling desa mencari sinyal, sekalinya ada tapi lemah dan tak bisa digunakan untuk telefon.

Sea benar-benar mengacak rambutnya sendiri. Dia benar-benar tak tahu apapun dan dirinya sadar kenapa tak bertanya.

"Ahhh kamu tau gak, dimana ada sinyal disini?" Tanya Sea dengan pelan.

"Itu… "

"Untuk apa kau bertanya sinyal, Sea?" tanya suara Sky yang membuat keduanya menoleh.

Sea berbalik. Dia beranjak berdiri dan berjalan ke arah Sky.

"Aku ingin mengabari keluargaku! Apa aku bisa menggunakan telefon ini?" tanya Sea dengan menatap penuh harap ke arah telepon rumah yang ada di ujung ruangan ini.

Sky spontan menggeleng.

"Telepon ini dipakai untuk kepentingan gawat darurat. Jika kau ingin mencari sinyal, aku akan mengantarmu nanti di tempat ini!"

~Bersambung

Emang nyebelinnya Sky ini masih ada yakan. Hahahha

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

apa Sea akan bertemu Shaka papa kandung nya atau tidak thor Nia dan Shaka bersama lagi atau tidak ini yg jd penasaran

2024-01-01

0

puputgendis

puputgendis

cieee ky nya nyari kesempatan nih sky🤭

2023-05-18

1

Enisensi Klara

Enisensi Klara

nyebelin bnget sky 🥺🥺

2023-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!