Meremehkan!

Setelah berkeliling di rumah kesehatan. Akhirnya kini perjalanan terakhir mereka adalah rumah Pak RW. Ya kedatangan Sea memang sudah ditunggu hingga membuatnya mau tak mau harus segera datang kemari.

Sea mulai berjalan mengikuti langkah kaki Sky di belakangnya. Tatapan matanya tentu ke kanan dan ke kiri sejak tadi. Melihat sekeliling jalan yang akan menjadi tempat tinggalnya selama beberapa bulan kedepan.

Dia benar-benar dibuat takjub. Dibalik keterbatasan persediaan tapi jangan lupakan pemandangan dan keindahan desa ini tak bisa disaingi.

Benar-benar lingkungan yang masih sangat alami. Udaranya yang segar dan juga kicau burung bahkan masih terdengar dan membuat Sea benar-benar dibuat takjub.

"Ayo, Sea!" kata Sky saat jarak keduanya mulai jauh.

Sea tentu lekas mempercepat langkahnya. Dia hingga tibalah keduanya di sebuah rumah yang terlihat sama dengan rumah mereka. Terbuat dari kayu tapi lebih rendah.

"Permisi, Pak RW!" panggil Sky dengan sedikit berteriak.

Sea hanya diam dengan mata terus memandang ke kanan dan ke kiri. Melihat sekitar rumah Pak RW yang lumayan ramai dengan beberapa rumah di samping kanan dan kirinya.

"Oh, Guru Sky," ujar seorang pria yang terlihat tak lagi muda itu baru saja keluar dari dalam rumah.

Sea menatap pria itu seksama. Melihat sosok pria yang menurutnya terlihat lebih ramah daripada Sky.

"Saya kemari atas permintaan anda."

"Ini Dokter Sea?" tanya Pak RW dengan ramah.

Sea mengangguk. Dia mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan Pak RW.

"Kenalin nama saya, Pak Palm," ujarnya mengenalkan diri. "Tapi warga saya sering memanggil Pak RW."

Sea tersenyum lucu. Entah kenapa panggilan Pak RW memang lebih menggemaskan.

"Iya, Pak. Salam kenal juga. Nama saya Sea," ucap Sea mengenalkan dirinya.

"Ayo duduk kemari!" ajak Pak Palm ke arah samping rumah.

Disana terdapat sebuah tempat duduk yang terbuat dari bambu. Mereka tentu lekas naik ke atas dan mulai duduk bersama.

"Bagaimana Dokter Sea? Apa anda sudah berkeliling?" tanya Pak Palm pada Sea.

Sea menggeleng. "Saya belum kemana-mana, Pak. Saya hanya ke rumah kesehatan dan ke rumah Pak RW."

Pak Palm tersenyum. "Jika Dokter Sea ingin berkeliling. Ajaklah Guru Sky. Beliau sangat tahu betul dengan area sekitar."

Sea menatap ke arah Sky yang duduk di samping kanan Pak Palm. Mata perempuan itu benar-benar menatap Sky yang berbeda ketika berdua bersamanya.

Bagaimana pria itu yang berbicara lembut, begitu hormat pada orang yang lebih tua dan juga senyuman manis di bibirnya terlihat begitu ramah.

Tak lama, dari arah belakang munculnya seorang perempuan dengan tangan membawa nampan menuju keduanya.

"Nah Dokter Sea, kenalkan. Ini istri saya," ucap Pak Palm mengenalkan istrinya.

Sea mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Memberi hormat pada wanita yang sedang membawa nampan itu dengan ramah.

"Sebelumnya maaf ya, Bu Dokter. Saya berpikir anda ini sudah berumur. Ternyata saya salah. Anda masih sangat muda dan cantik," ujar Istri Pak Palm dengan jujur.

Sea tersenyum kecil. Dia benar-benar merasa pipinya memerah karena dipuji.

"Saya juga berpikir begitu," kata Pak Palm menyusul. "Siapa orang yang ingin menjadi relawan di desa terpencil ini. Saya pikir hanya orang tua yang mencari masa indah di usia mudanya yang hanya mau tinggal disini. Tapi ternyata…"

"Anda yang muda ternyata masih bersemangat masih disini," puji Pak Palm yang membuat Sea tersenyum paksa.

Entah kenapa dirinya merasa tak enak hati. Dia yang berada disini karena sebuah hukuman tak pantas mendapatkan pujian itu.

"Ayo kita makan," ajak istri Pak Palm yang kembali datang ke arah mereka dengan membawa makanan.

Sea mengalihkan tatapannya ke arah makanan yang mulai ditata di depan mereka. Sebuah makanan yang tak pernah ditemui sebelumnya.

"Mari, Bu Dokter!" ujar Pak Palm mengajak.

Sea menatap makanan itu dengan menelan ludahnya paksa. Ingatannya memutar semua nasihat yang harus dituruti.

"Jangan makan makanan pedas. Jangan makan makanan yang terlalu banyak minyak. Sea harus menjaga pola makan dengan baik agar jantungnya semakin membaik," kata Dokter yang membuat Sea hanya memandangi makanan itu dalam diam.

Tentu keterdiaman Sea membuat Pak Palm, istrinya dan Sky menatap ke arahnya.

"Ada apa, Dokter? Apa Anda tak suka dengan makanannya?" tanya Pak Palm yang terdengar sedih.

"Apa Anda ingin mengganti menu makanan, Dokter? Saya bisa memasak menu baru untuk anda," ucap Istri Pak Palm dengan ramah.

Sea menggeleng. Dirinya benar-benar merasa sikapnya seakan menyinggung Pak Palm dan istrinya.

"Saya baik-baik saja kok. Saya juga mau memakan makanan ini," ujar Sea menenangkan. "Saya hanya sedang rindu dengan rumah dan masakannya."

Istri Pak Palm tersenyum. Dia mengambilkan nasi untuk Sea dan memberikan padanya.

"Mari Bu Dokter. Anggap saja seperti makan masakan rumah. Agar rasa rindu Dokter pada keluarga terobati!"

Sea perlahan mulai menyendok makanan yang ada disana. Berwarna kemerahan dan tentu bau cabe tercium disana.

Saat satu suapan masuk ke dalam mulutnya. Sea memejamkan matanya.

"Pedes banget, Tuhan," gumam Sea dalam hati.

Perempuan itu benar-benar mengunyah dengan pelan. Tentu ingatan ingatan dokter berputar di kepalanya.

"Kenapa, Dokter? Apa masakannya tak enak?" celetuk Sky dengan nada seakan mengejek dan membuat Sea mengangkat kepalanya.

"Apa masakan ini masih kalah jauh dengan masakan kota?"

Sea benar-benar diuji oleh sikap Sky yang selalu merendahkan dirinya.

"Apa Anda tak suka masakan desa, Dokter? Katakan saja!"

Sea terlihat menghela nafas pelan. Benar-benar ujian yang nyata dalam hidupnya ada di depan mata.

Bukan keterbatasan desa ini yang menjadi masalah. Bukan masalah desa dan sinyal melainkan ujian nyata yang utama adalah keberadaan Sky.

"Saya sangat suka, Guru Sky. Saya hanya masih mencobanya dan ini sangat enak," kata Sea dengan nada suara yang tak enak.

"Jika suka. Ayo dimakan yang banyak!" ujar Sky sambil menyendokkan makanan sambal goreng itu ke atas nasi Sea.

Perempuan itu akhirnya mulai makan dengan lahap. Mengesampingkan rasa pedas yang sebenarnya memang sangat dia suka tapi dia tahan karena sakitnya. Kini harus dia telan kembali.

Sea makan benar-benar lahap. Bahkan perutnya sampai terasa penuh hingga tanpa sadar perlahan langit mulai berubah gelap.

Kedua manusia berbeda jenis itu. Sea dan Sky berjalan bersama berdampingan menuju rumah Sea. Sepanjang jalan Sea benar-benar merasa berkeringat dingin. Dia merasa pasti pengaruh makanan pedas itu.

"Kenapa kau banyak melamun, Dokter Sea? Apa kau lelah? Apa kau mulai tak betah?" Tanya Sky saat mereka mulai sampai di rumah Sea.

Sea mengalihkan tatapannya. Dia menatap ke arah Sky yang benar-benar menguji imannya.

Akhirnya Sea berjalan mendekat. Mengikis jarak di antara keduanya lalu menarik kerah baju Sky sampai wajah keduanya berdekatan.

"Jangan meremehkanku, Guru Sky," kata Sea dengan percaya diri. "Akan kubuat kau terpesona padaku karena kegigihanku selama disini!"

~Bersambun

Hati-hati loh Sky, ntar Mbak Sea keluarin jiwa dukunnya. Kamu kepincut loh hhahaha

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

👍👍

2024-01-01

0

puputgendis

puputgendis

asikkkkkkk gue suka gaya loh sea🤣🤣

2023-05-13

0

puputgendis

puputgendis

knpa aku rasa nya pingin tampol mulut mercon sky😆😆😆

2023-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!