Wajah bahagia Sea tentu tergambar jelas. Dengan bangga dia mulai naik ke rumah kesehatan dengan membawa belanjaan banyak. Diikuti oleh Star yang berjalan di belakangnya dengan membawa beberapa tas juga yang ia beli untuk anak-anak.
"Yeyy akhirnya kita sampai, Star. Cemilan kita datang!" pekik Sea dengan bahagia.
Namun, senyuman gadis itu perlahan surut saat melihat sosok Sky yang berdiri disana menatap ke arahnya dengan pandangan marah.
"Kau darimana saja, Dokter?" tanya Sky dengan menekankan panggilan Dokter.
Sky berjalan mendekat. Dia menatap ke arah Sea yang datang dengan wajah bahagia seperti tak melakukan kesalahan.
"Apa kau disini ditugaskan hanya untuk makan cemilan dan bermain? Apa kau disini tugasmu hanya duduk saja begitu?" seru Sky dengan marah.
"Kau tau, anak-anak sekolah kuminta datang kemari untuk membantumu. Tapi kau… kemana setelah mereka membantu? Bukannya bekerja kau malah pergi ke kota?"
Sky benar-benar mengatakan itu dengan wajah yang tegas dan penuh amarah. Bahkan nafas pria itu sangat berat hingga menunjukkan jika Sky memang sedang dikuasai oleh emosi.
Sea mengepalkan kedua tangannya yang memegang kantong plastik di tangannya. Dia benar-benar menatap Sky dengan emosi yang mulai terpancing.
Apakah dirinya sehina itu di mata Sky. Apa dirinya serendah itu di mata Sky hingga apa yang dia lakukan selalu salah.
"Kau tau, ada anak terluka disini membutuhkanmu. Tapi kau… "
"Dimana dia?" tanya Sea dengan menggeser diri Sky untuk melihat.
Dirinya benar-benar khawatir mendengar kata anak terluka. Tak peduli perasaannya yang sakit dihina oleh Sky. Namun, di matanya sekarang adalah merawat anak yang terluka itu.
"Mana yang sakit, Sayang?" tanya Sea dengan pelan.
"Kakiku, Dokter. Ini… " Anak itu menunjukkan kakinya yang benar-benar terluka.
Sea perlahan mulai membuka tas belanjaan miliknya. Dia mengambil kain kasa, pembersih luka dan juga obat merah. Dia benar-benar mengeluarkan obat-obatan itu lalu meletakkan di atas kursi.
"Letakkan kakinya di atas kaki, Bu Dokter," kata Sea dengan lembut.
Anak itu perlahan mengangkat kakinya dan meletakkan di atas kaki Sea. Lalu perlahan Sea mulai membersihkan luka itu dari debu.
"Ini akan sedikit perih. Tahan sedikit yah. Kalau kamu gak nangis. Nanti Bu Dokter kasih cemilan. Oke?" ujar Sea dengan mengedipkan sebelah matanya.
Anak itu mengangguk dan tersenyum saat mendengar kata cemilan. Sea perlahan mulai membersihkan luka itu dengan pelan. Sesekali matanya menatap ke arah anak itu yang menahan tangisnya.
Ya anak itu saling menggenggam tangannya sendiri agar tak berteriak dan hal itu membuat Sea benar-benar ingin tertawa lucu.
Anak itu menggemaskan sekali di matanya. Benar-benar anak yang lucu dan penurut.
"Sakit, Bu Dokter!" lirih anak itu dengan kesakitan.
"Tahan dikit lagi yah. Ini Bu Dokter mau tutup lukanya biar cepet sembuh!" ujar Sea lalu mulai membalut luka itu dengan kain kasa lalu terakhir dia memberikan plester bergambar boneka di sana.
"Selesai!" ucap Sea dengan tersenyum. "Sakit gak?"
Anak itu mengangguk. "Sedikit sakitnya."
Sea mengacungkan jempolnya. Dia lalu mengambil makanan di dalam tasnya dan memberikan pada anak kecil itu.
"Ini sebagai hadiah karena pasien pertama Dokter Sea sangat hebat!" kata Sea yang membuat senyuman anak itu begitu lebar.
Jujur Sky termangu dengan interaksi keduanya. Bahkan dia bisa melihat kekhawatiran Sea pada anak yang sedang terluka itu. Dia benar-benar menjadi seseorang yang berbeda ketika merawat orang sakit.
Dan itu entah kenapa membuat sesuatu dalam hati Sky tak berkutik.
"Guru Sky," panggil Star yang berdiri di samping Sky dari tadi.
"Hmm?" sahut Sky dengan melirik temannya itu.
"Seharusnya Guru Sky tak boleh sekasar itu pada Dokter Sea. Dia ke kota bukan hanya membeli cemilan," lirih Star menceritakan apa yang dia lihat selama di kota.
"Dokter Sea ke kota membeli obat-obatan. Dia bilang obat-obatan disini sudah kadaluwarsa," kata Star memberitahu dan semakin membuat perasaan Sky merasa bersalah.
"Sekarang, Dokter Sea mau pamit dulu yah. Dokter Sea harus menata obat-obatan ini di dalam lemari," ucap Sea lalu membawa tas yang dia bawa tadi dan melewati Sky tanpa mengatakan apapun lagi.
"Ayo, Star. Bawa kesini! Aku akan menatanya di dalam lemari," ajak Sea tanpa menatap ke arah Sky sama sekali.
Perempuan itu benar-benar marah-marah. Dia benar-benar kecewa pada Sky. Pria itu tak pernah bertanya dulu padanya dan hanya berpikir dengan pola pikirnya sendiri.
Sea tentu menghapus air matanya yang menetes. Jujur dia masih sakit hati dan membuatnya tak mau berbicara terlalu banyak dengan siapapun.
Tangannya mulai membuka semua belanjaannya. Menatanya dengan baik di rak bekas obat lama dan obat-obatan yang kadaluarsa telah Sea buang.
"Kemari, Star! Berikan padaku?" ucap Sea tanpa menoleh ke belakang.
Dia benar-benar fokus dengan apa yang dia lakukan tanpa tahu jika yang datang bukanlah Star melainkan Sky.
"Ayo, Star. Kenapa lama sih! Kamu…"
Sea tentu langsung bungkam saat melihat yang datang bukanlah Star melainkan Sky. Perempuan itu membalikkan tubuhnya.
"Ini," Kata Sky dengan perasaan tak enak.
Sky meletakkan tas belanjaan itu di samping Sea. Tanpa mengatakan apapun, gadis itu lekas mengambil dan menatanya. Sea benar-benar tak mengeluarkan sepatah katapun.
Dia benar-benar masih sakit hati dengan tuduhan Sky.
"Dokter Sea," panggil Sky dengan pelan.
Sea tak menjawab. Dia bahkan mulai beranjak berdiri ketik obat-obatan itu telah dia tata dengan baik.
"Maafkan aku, Dokter. Aku benar-benar… "
Sea menutup mulutnya dengan jari telunjuk tepat di hadapan Sky. Dia benar-benar memberikan tatapan sedih dan kecewa disana. Dia benar-benar terluka dengan semua tuduhan Sky padanya.
"Kau tau, Guru Sky? Perkataanmu yang menuduhku itu sangat menyakitkan. Aku ke kota bukan main-main seperti katamu. Aku berjanji membelikan cemilan untuk anak-anak karena telah membantu membersihkan rumah kesehatan."
"Aku juga ke kota membeli obat-obatan karena obat disini semua kadaluwarsa. Dan aku dengan seenaknya mengatakan aku main-main?"
"Aku tak bertanggung jawab dengan pekerjaanku dan lebih memilih ke kota?"
Sea benar-benar mengeluarkan semua keluh kesahnya. Tentu saja dia muak, dia merasa sakit hati dan yah tak mau berbicara dulu pada Sky.
"Aku benar-benar minta maaf, Dokter. Aku… "
Sky benar-benar dihantui rasa bersalah. Tatapan mata Sea yang terluka karenanya jelas terlihat. Dan hal itu tentu membuat dirinya sadar bahwa dirinya bersalah menilai orang tanpa tahu alasannya.
"Jangan jemput aku besok. Aku bisa berjalan sendiri ke rumah kesehatan. Aku tahu dengan baik jalan kesini tanpa bantuanmu," Pinta Sea dengan tegas itu semakin membuat rasa bersalah dihati Sky membesar.
"Dan yah, terima kasih atas bantuannya. Saya permisi!"
~Bersambung
Hayolohh pak guru. Dokter Sea ngambek kan jadinya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
siapa Sky itu orang tuanya siapa ya penasaran
2024-01-01
0
puputgendis
maka nya sebelum berucap itu di pikirin dulu sky,juga tanya dulu ngapain ke kota jngn langsung main tuduh ajh atit nya tuh di sinih kta budok 🤣🤣🤣
2023-05-13
0
🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ
nah kan,,, sky sih sok Kerala paling pengalaman Dan paling tau selalu saja merendahkan tiap Ada orang baru yg datang,, berfikir positif lah dalam segala situasi Dan keadaan
2023-05-11
0