Sore itu, Sea sudah berada di rumah. Dia melakukan pekerjaan rumah yang untuk pertama kali dalam seumur hidupnya dia lakukan. Hal yang tak pernah dia sentuh kini dia melakukannya dengan kedua tangannya sendiri.
Ya, Sea mencuci bajunya. Dia benar-benar melakukan itu sendiri sampai semuanya selesai. Setelah itu, perempuan dengan celana panjang dan kaos itu membawa timba berisi pakaiannya keluar dari kamar mandi.
"Ya ampun. Ternyata nyuci secapek ini!" keluhnya sambil mengusap keringat yang membasahi dahinya.
Sea menarik nafasnya begitu dalam. Dia benar-benar menegakkan pinggangnya yang sakit. Dia merasa mengerjakan pekerjaan ini saja sudah membuatnya lelah. Namun, mau tak mau dia harus menyelesaikan pekerjaan ini. Tak mungkin dia menumpuk baju kotor disini.
"Ayo kurang satu lagi, Sea! Kau harus menjemurnya!" Lirihnya lalu perlahan membawa timba itu melewati samping rumah.
Dia berjalan dengan cepat sampai tepat di dekat tangga rumah dia berhenti dulu. Nafasnya naik turun. Dia benar-benar merasa capek bukan main.
"Bunda, Sea capek," cicitnya dengan merengek.
Sea mengusap dahinya lagi. Lalu dirinya membawa timba itu naik dan mulai berjalan ke arah dapur. Ya bagian dapur itu ada gantungan baju basah di atas untuk menjemur di malam hari. Jika pagi hari maka baju itu akan dijemur di bawah.
Akhirnya Sea berhasil membawanya ke atas. Tinggal satu lagi, dirinya tentu tak cukup untuk menggantung baju itu karena memang terlalu tinggi untuk tinggi badan dirinya yang sekarang.
Perempuan itu mencari sesuatu. Mencari benda yang bisa dinaiki hingga menemukan sebuah kursi kayu yang lumayan tinggi.
"Mungkin ini bisa membantu!" kata Sea lalu mulai menariknya dan membawanya tepat di badja gantungan.
Dia mulai mengambil gantungan baju, memasukkan baju yang basah selesai diperas itu dan mulai naik ke atas kursi kayu. Setelah itu dia mulai meletakkan baju itu menggantung dan tersenyum.
"Kamu bisa, Sea. Kamu bisa melakukannya. Ayo semangat!" ucapnya pada dirinya sendiri.
Dia mulai mengulang lagi. Sampai akhirnya saat tinggal satu baju lagi, Sea yang mulai capek tak melihat bagaimana kaki dan kursinya. Dirinya yang hendak berpijak dan ternyata kakinya mengenai bagian kayu yang mulai rapuh bagian pinggir tentu terjatuh dan membuat tubuhnya oleng.
"Akhhh!" pekik Sea dengan pasrah jika dia jatuh ke lantai.
Namun, tiba-tiba. Saat matanya terpejam, dia tak merasakan sakit. Melainkan dia merasa sesuatu yang hangat dan membuat Sea spontan membuka matanya.
"Guru Sky!" pekik Sea dengan terkejut.
Dia spontan mendorong tubuh Sky menjauh. Dirinya benar-benar masih malas bertemu dan berbicara dengan pria di depannya ini. Pria yang benar-benar menyebalkan untuknya. Pria yang benar-benar selalu membuatnya marah dan menganggapnya rendah.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Sea dengan meletakkan baju itu ke dalam timba lalu hendak pergi dari sana.
Namun, tangan Sky yang cepat menarik pergelangan tangan Sea hingga gadis itu berhenti.
"Maafkan aku, Dokter Sea. Aku benar-benar minta maaf. Aku telah menuduhmu dan… "
"Dan setelau kau tahu, mau menyesal. Begitu?" sembur Sea secara langsung. "Kenapa sebelum kau menuduhmu m, kau berpikir dulu. Untuk apa aku ke kota? Atau bertanya pada orang lain?"
"Kenapa kau mengambil asumsimu sendiri? Kau datang dengan marah, menuduhmu, mengecamku dan mengatakan aku tak bertanggung jawab."
"Bahkan saat itu kau belum tahu aku ke kota sedang apa. Bahkan kau tak tahu tujuanku kan. Kenapa kau sangat egois? Kenapa kau pandai menilai orang dengan apa yang kau pikirkan?"
Sea benar-benar mengeluarkan segala unek-unek yang selama ini dia simpan. Dia benar-benar menceritakan semuanya dengan gamblang. Hal-hal yang selama ini dia coba tahan akhirnya meledak.
"Kau terlalu picik menilaiku karena penampilan. Aku tahu kau tak suka dengan kedatanganku disini. Aku tahu aku anak manja dan anak kota yang datang kesini. Aku anak yang tak tahu apapun dan masih banyak disini. Tapi itu tak menjadi tolak ukur untuk menilaiku, Guru Sky!"
Sky benar-benar bungkam. Wajahnya yang biasa tegas, galak dan menyebalkan itu menunduk. Sky benar-benar berubah dan membiarkan Sea mengatakan semuanya. Mengatakan apa yang dia pendam selama ini dan membiarkan dirinya menjadi pelampiasan semua kemarahan dalam diri Sea.
"Kau tau, aku kesini juga bukan kemauanku, Sky. Aku disini karena terpaksa tapi aku tak sepicik itu. Memanfaatkan uangku untuk datang kesini, main-main dan tak peduli pada rumah kesehatan. Bagaimanapun aku di kota, bagaimanapun sikapku yang sangat amat tak bisa apapun. Aku tetap peduli pada pasienku. Aku tetap berusaha menjadi dokter yang berguna untuk siapapun!"
Sea menarik nafasnya begitu dalam. Dadanya naik turun sesuai dengan apa yang sedang dia lakukan. Dia benar-benar berhasil mengeluarkan segala kemarahan yang dia rasakan. Sea benar-benar merasa lega dan puas dan itu tentu membuat Sky merasa lebih baik.
"Aku benar-benar minta maaf, Sea. Maaf karena aku selalu merendahkanmu. Maaf jika aku selalu menuduhmu karena aku benar-benar takut jika kau datang seperti dokter relawan yang lain!"
Sea tentu saja menatap kedua mata Sky yang juga sedang menatapnya. Dia bisa melihat ketakutan itu di mata Sky. Ketakutan yang besar dan membuat Sea penasaran.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang terjadi pada guru relawan sebelumnya?" Tanya Sea dengan cepat.
Guru Sky berbalik. Dia berjalan dengan pelan dan menatap ke arah hamparan rerumputan yang ada di samping rumah Sea.
"Beberapa kali desa ini kedatangan Dokter relawan. Tapi mereka semua hanya bermain-main, Dokter Sea," cerita Sky dengan memutar ingatannya. "Mereka hanya datang kesini demi sebuah pengabdian. Demi sebuah nama untuk kebaikan mereka di kota. Namun, kau tau apa yang mereka lakukan disini?"
"Mereka hanya duduk diam, jalan-jalan dan tak serius dalam bekerja. Meski ada orang sakit, mereka merawatnya tapi tak ikhlas. Mereka terlihat sangat amat terpaksa dan berakhir mereka pulang lebih dulu sebelum waktunya selesai," ujar Sky dengan jujur.
"Banyak warga yang kecewa. Banyak warga yang bilang ke Pak RW jika desa ini tak perlu dokter relawan lagi. Mereka bisa sehat dengan membeli obat dan titip padaku jika ke kota. Mereka selalu mengatakan itu!" lanjut Sky yang membuat hati Sea tersentuh.
Dia tentu paham perasaan orang desa. Bagaimanapun pasti ada rasa takut pada diri mereka jika kedatangan Dokter relawan lagi dan sikapnya sama.
"Kau ingat pertemuan pertama kita? Saat aku tau kau pingsan karena kelelahan. Aku berpikir kau salah satu dari mereka. Tapi, ternyata pemikiranku salah!" lirih Sky dengan suaranya yang benar-benar lembut. "Kau merawat mereka dengan baik. Bahkan kau benar-benar melakukannya dengan sukarela."
"Aku benar-benar salah padamu, Dokter Sea. Aku benar-benar minta maaf. Maafkan sikapku yang egois. Maafkan aku yang pemarah. Aku berjanji tak akan menuduhmu lagi setelah ini!"
Entah kenapa mendengar itu Sea merasa bahagia. Tentu kepalanya mengangguk dan dia mengacungkan jari kelingkingnya.
"Berjanjilah padaku jika kau tak akan galak lagi padaku! Kau juga harus berjanji untuk menjadi pemandu untukku di desa ini dengan baik dan ramah. Janji?"
Sky menatap kelingking Sea. Rasa bersalah di hatinya tentu membuatnya perlahan menjulurkan tangannya dan menerima janji kelingking itu.
"Janji."
~Bersambung
Cie mulai akur nih. akur yekan huhu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
mau komentar apalagi blm tau
2024-01-01
0
vieta_novie
gitu dong...klo akur kan enak...bisa kerjasama dgn baik 😉😉
2023-05-14
0
puputgendis
elaaahhhh knp janji nya bikin ngakak sih say🤣🤣🤣pake kelingking ky aku wktu kecil ajh🤭🤭
2023-05-13
0