Bekal Makan

Malam perlahan mulai naik. Langit yang cerah kini berubah menjadi gelap. Sea tentu sudah menghidupkan lampu minyak tanah di sekeliling rumahnya agar terang benderang. Setelah itu Sea mulai masuk ke dalam rumah. Dirinya membuka koper miliknya dan melihat beberapa makanan yang dibawakan oleh ibunya.

"Bunda selalu melakukan yang terbaik meski sedang menghukumku," kata Sea tersenyum melihat makanan, cemilan dan beberapa vitamin disana.

Bia memang bunda terbaik menurut Sea. Bia adalah sosok wanita yang berusaha untuk menyayanginya, menjadi sosok ayah dan bunda untuknya. Menjadi sosok orang tua yang selalu mengutamakan kebahagiaannya.

Selalu mengatakan bahwa Sea adalah hidupnya. Bahwa apa yang Sea inginkan akan Bunda wujudkan dan itu selalu Sea buktikan selain permintaan Sea tentang ayahnya.

Ya, ketika Sea meminta foto atau meminta apapun tentang ayahnya. Bia selalu pergi begitu saja. Bia selalu menutupi segala hal tentang sosok papanya. Apa yang dia ingin ketahui, bundanya selalu menutupi akan hal itu.

Dan semakin dewasa. Sea mulai paham akan hal itu. Sea mulai mengerti dan dia berhenti sendiri menanyakan tentang sosok papanya. Meski Sea penasaran. Meski Sea sangat ingin tahu. Namun, dia mencoba menghargai sosok bundanya itu.

Sea mulai mengambil roti itu dan dia juga meraih ponsel yang sudah seharian ini tak dipedulikan. Dia mengunyah roti itu dan membawanya keluar. Tatapan matanya juga menatap ke arah ponsel dengan memutar matanya malas.

"Sinyal beneran susah disini!" seru Sea dengan kesal.

Dia bergerak ke samping kanan dan kiri rumah tapi tetap saja. Dia tak mendapatkan sinyal. Bahkan sampai dirinya berdiri di depan rumah dan digigit nyamuk tak berhasil.

Semua usahanya benar-benar sia-sia. Disini tak ada sinyal apapun dan hal itu membuat Sea menghela nafas berat.

"Aku benar-benar hidup di tempat yang tanpa ponsel sedikitpun!" lirihnya dan kembali memilih masuk ke dalam rumah.

Sea melempar ponsel itu di atas ranjang. Dia lalu berjalan ke arah meja yang akan menjadi meja belajarnya. Dirinya membuka buku miliknya dan mulai menulis apa yang dia rasakan malam ini.

Dia mencurahkan perasaan tentang bagaimana susahnya sinyal disini. Memakan sepotong roti yang terasa nikmat karena tak ada makanan lain. Hingga tatapannya perlahan tertuju pada obat yang ada di atas meja.

Sea mengambil obat itu. Ada beberapa lembar obat disana yang harus diminum setiap hari. Namun, entah kenapa Sea tak mau meminumanya. Dia mengambil obat itu lalu meletakkannya di dalam koper.

"Tak ada obat, tak ada dokter disini. Akulah dokternya! Jadi aku akan melakukan apa yang aku katakan!" kata Sea lalu perlahan dirinya mulai membaringkan tubuhnya.

Dia menatap langit-langit kamar yang temaram. Sinar lampu minyak tentu membuat ruangan itu memang terang tapi tak seterang menggunakan lampu listrik.

Sea berusaha untuk tidur. Memejamkan matanya dengan pelan. Namun, suara dengung nyamuk membuatnya benar-benar terusik. Bahkan tangan dan kakinya yang memakai celana panjang dengan kaos tipis itu membuatnya menjadi sasaran gigitan nyamuk.

"Akhh jika terus seperti ini, aku tak akan bisa tidur?" umpat Sea lalu mengambil bantal dan menutupi kepalanya. "Ayo tidur, Sea! Besok kau mulai bekerja!"

...****************...

Entah sejak kapan dirinya bisa tidur. Entah sudah berapa lama dirinya memejamkan mata. Tak lama terdengar suara peluit yang membuatnya mau tak mau langsung terbangun dan terduduk.

"Ada apa?" seru Sea dengan jantung yang berdebar.

"Sudah bangun, Putri Tidur?" celetuk seorang pria yang sudah berdiri di dekat ranjangnya.

Sky, pria menyebalkan itu benar-benar membuat mood paginya jelek. Dia benar-benar merusak pagi yang indah.

"Tak ada cara lain yang lebih manusiawi untuk membangunkan, Guru Sky?" tanya Sea dengan memaksakan senyumannya.

"Tak ada!" sahut Sky dengan tegas. "Kau tidur seperti kebo."

Sea benar-benar menatap pria itu dengan tajam. Pria menyebalkan yang membuatnya rasanya ingin meremasnya dan menghilangkannya dari muka bumi ini.

Sosok menyebalkan yang baru kali ini dia temukan di dunia.

"Kau!" seru Sea dengan mengacungkan tangannya.

"Turunkan telunjukmu ini, Dokter!" ucap Sky dengan pelan. "Lebih baik kau mandi dan segera berangkat bekerja!"

Sea berusaha meredam emosinya. Dia segera beranjak berdiri dan menunjuk ke arah luar.

"Tunggu diluar dan biarkan aku bersiap!"

Akhirnya Sea memilih mencuci mukanya saja dan berganti pakaian. Cuaca pagi yang dingin membuatnya tak mau menyentuh air yang sangat amat dingin bak es itu.

Sea benar-benar sudah kedinginan saat mencuci wajahnya dan itu tentu membuatnya tak mau mengambil resiko.

"Ayo!" ajak Sea sambil mengunyah sepotong roti yang ada di tangannya.

Sky terdiam cukup lama. Dia menatap ke arah Sea yang akhirnya ikut menatap ke arahnya.

"Kenapa diam? Ayo!"

"Kau tak memasak?" tanya Sky dengan tatapan curiga.

"Aku… "

"Tak bisa memasak?" sela Sky dengan cepat.

Sea terlihat tak sabar. Dia menghabiskan roti yang ada di dalam mulutnya agar bisa menjawab perkataan Guru Sky dengan puas.

"Mau memasak ataupun nggak. Itu urusanmu! Jangan ikut campur dan ayo kita berangkat!" kata Sea dengan tatapan matanya yang serius.

"Bagaimana kau bisa hidup disini jika kau tak memasak?"

"Itu urusanku!" seru Sea dengan tegas. "Kalau kau tak segera berangkat dan hanya bicara disini. Aku tinggal!"

Akhirnya Sea berjalan lebih dulu.Dia benar-benar muak dengan pertengkaran setiap pertemuan keduanya.

Sea dan Sky berjalan berdampingan dengan adanya jarak di antara mereka. Tak ada pembicaraan apapun sampai akhirnya Sea sampai di rumah kesehatan.

Perempuan itu benar-benar memilih diam. Entahlah dia tak mau mengatakan apapun ditambah moodnya yang benar-benar buruk.

"Terima kasih sudah membangunkanku dan mengantarku," kata Sea dengan cepat.

Saat gadis itu hendak pergi. Sebuah tangan menarik tangannya dan membuat Sea berbalik.

"Apa lagi?" Sea menaikkan salah satu alisnya.

Pertanda dia bertanya ada apa lagi.

"Ini," ucap Sky sambil memberikan tas yang sejak tadi dia pegang. "Makanlah itu untuk sarapan."

Sea menerima tas itu. Dia melihat isinya dan terdapat sebuah kotak makan lucu di dalamnya.

"Lain kali belajarlah memasak. Simpanan makananmu itu tak akan selamanya ada, Dokter Sea. Aku pergi!" kata Sky dengan berbalik dan segera berjalan meninggalkan Sea yang masih berdiri menatap kepergiannya.

Sea benar-benar terpaku. Dirinya benar-benar tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh guru menyebalkan itu. Berulang kali dia menatap kepergian Sky dan kotak makan itu hingga membuatnya mulai meraih kotak itu dari dalam tas.

Dia melihat kotak bekas berwarna biru langit itu dengan tersenyum. Hingga sebuah kertas catatan yang terjatuh tanpa sengaja membuat Sea menunduk mengambilnya.

"Jangan lupa sarapan. Jangan sampai kau pingsan lagi ketika sendirian, Si Lemah!" kata Sea mengeja dengan bibir mengerucut.

Namun, entah kenapa dirinya tak marah. Bibirnya tersenyum kecil saat membaca tulisan itu.

"Ternyata meski dia menyebalkan, tu orang ada baiknya!" ucap Sea dengan bahagia lalu segera naik ke rumah kesehatan.

~Bersambung

Uhuy udah dikasih bekal makan aja ya pakkk.

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

katanya kisah mb Bia dan mas Shaka komplit disini thor ini belum ada cm cerita anaknya saja 19 episod

2024-01-01

0

puputgendis

puputgendis

cieee prikitiwwwww perhatian nih 🤭🤭

2023-05-13

0

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

🟢🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅢🅦🅔🅔🅣ᵃⁿᵍᵍᶦ

aiiihhh perhatian sih iya tapi kata² sky menyebalkan selalu sama memandang rendah orang yg baru datang ke desa guci.

2023-05-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!