"Jadi kau datang kemarin bukan karena keinginan sendiri?" Tanya Star dengan serius.
Sea mengangguk. Untuk apa dirinya menutupi apa yang memang sebenarnya terjadi. Hal ini tentu bukan kemauan dirinya. Dia berada disini juga karena dihukum oleh bundanya.
Oleh karena itu, mau tak mau, suka tak suka dirinya tetap berangkat. Apa yang bundanya katakan padanya. Apa yang bundanya lakukan padanya. Sea yakin jika sudah dipikirkan dengan matang.
"Ya, benar."
Star menggeleng dengan tak percaya. Dia benar-benar heran sekaligus terkejut. Sea yakin jika pria di sampingnya ini kaget dengan apa yang dia katakan. Namun, Sea tak peduli akan hal itu. Dirinya lebih memilih menatap ke sekeliling jalan yang dilewati daripada memikirkan pendapat orang.
"Oh iya, Star?"
"Ya, Sea?" Sahut Star dengan menoleh.
"Apakah Desa Guci sering dijadikan tempat relawan oleh para dokter?" tanya Sea yang penasaran.
Star menganggukkan kepalanya. Dia sesekali menatap ke depan sambil fokus mengemudi.
"Ya. Sudah hampir ada 5 orang dokter yang menjadi relawan disini setiap tahun," ujar Star dengan pelan.
"Lumayan banyak yah," ucap Sea dengan kagum.
"Banyak karena mereka hanya sebulan dua bulan saja," lanjut Star bercerita yang membuat Sea mengerutkan keningnya.
"Maksudnya?" tanya Sea dengan penasaran.
"Banyak dokter datang kesini tapi… "
"Tapi?" ulang Sea yang mulai penasaran.
"Banyak yang memilih pulang dulu sebelum jadwalnya habis karena cuaca dan kondisi Desa Guci yang benar-benar jauh dari perkiraan mereka," kata Star dengan serius. "Kondisi Desa ini benar-benar masih sangat pedesaan sekali. Ditambah jaraknya yang jauh dari kota, medannya yang naik turun untuk sampai di tempat dan juga jalannya yang tak enak dan bebatuan membuat mereka tak betah."
Sea tentu benar-benar mulai memiliki gambaran Desa Guci di kepalanya. Bagaimana kondisi Desa itu, lingkungannya dan juga keadaan tempat tinggalnya pasti sangat jauh berbeda dengan di rumah.
Keterdiaman Sea tentu membuat Star tertawa kecil. Tak lama pria itu mengambil sebuah makanan yang diletakkan di dashboard mobil dan diberikan pada Sea.
"Makanlah, Sea. Perjalanan kita masih lumayan jauh. Tidurlah dengan nyaman karena nanti kau pasti tak bisa tidur dengan enak."
Sea menerima makanan yang diberikan padanya. Dia melihat makanan itu dengan kening berkerut.
"Apa ini?"
"Kau belum pernah memakannya?" tanya Star saat melihat ekspresi Sea yang kebingungan.
"Di New York tak ada makanan seperti ini," lirih Sea yang membuat Star menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Hehe aku lupa, Sea. Hanya kau relawan yang bukan dari Indonesia tapi cara bicaramu… "
"Lancar bahasa Indonesia begitu?" tanya Sea yang membuat Star mengangguk. "Keluargaku asli orang Indonesia tapi mereka pindah karena bisnis dan pekerjaan lebih banyak disana. Jadi ketika aku lahir disana, tentu keluargaku di rumah berbahasa campuran. Indonesia dan Inggris menjadi bahasa utama kami."
Star mengangguk. Lagi-lagi dia mendapatkan fakta baru dan hal itu tentu membuat Star benar-benar tak yakin pada Sea.
"Cobalah makan itu dulu, aku yakin kau akan menyukainya," kata Star yang membuat Sea mulai membuka bungkus plastik makanan yang bentuknya aneh menurutnya.
Makanan itu bertekstur padat dan keras. Sea mulai mengeluarkannya dari plastik dan menciumnya.
"Apa nama makanan ini?" tanya Sea yang benar-benar penasaran.
"Rengginang," ujar Star memberitahu.
"Reng…"
"Rengginang," ulang Star mengeja yang membuat Sea mengangguk.
Perlahan dia mulai memakan makanan itu sedikit. Mencoba memakannya dan merasakan bumbu atau rasa apa yang ada disana.
"No bad," ujar Sea lalu mulai memakannya lagi dengan lahap.
Star hanya melirik. Dia tersenyum melihat dokter relawan yang akan berjaga di kampung tempatnya bekerja itu mulai menyukai makanan itu. Sampai akhirnya, saat perjalanan tinggal 4 kilo lagi. Mobil yang dibawa oleh Star tiba-tiba bermasalah. Star tentu mulai memukul setir kemudi saat mesinnya mulai terdengar putus-putus.
"Plis jangan sekarang yah! Jangan sekarang!" ujarnya sampai mobil itu berhenti di pinggir jalan.
"Ada apa, Star?" tanya Sea yang juga ikut penasaran.
"Tunggu disini, Sea. Aku akan mengeceknya," jawab Star lalu turun.
Sea tentunya duduk dengan tenang. Dia menatap ke kanan kiri jalan dan semuanya benar-benar hanya terlihat pepohonan dan tebing. Jalan yang dilewati pun berkelok dan naik turun.
"Apa ada masalah, Star?"
Sea perlahan turun. Dirinya mulai menyusul Star yang tengah melihat mesin mobil.
Satu kata yang bisa Sea lihat adalah asap. Mesin mobil ini mengeluarkan asap dan membuatnya menarik nafasnya begitu dalam.
"Sea apa kau tak keberatan jika kita berjalan?" tanya Star dengan pandangan tak enak.
"Jalan?" ulang Sea dengan tatapan tak percaya.
"Iya jalan. Tinggal 4 kilo lagi kita sampai sebelum langit gelap. Bagaimana?"
Sea menatap Star dengan seksama. Dia yakin jika pria di depannya ini tak memiliki ide lain. Maka mau tak mau Sea akhirnya mengambi koper kecil miliknya dan mengeluarkannya.
"Biarkan aku yang membawa kopermu, Sea," pinta Star sambil mengulurkan tangannya.
Sea tak keberatan. Kebetulan dirinya juga membawa tas ransel dan membuatnya menerima bantuan Star. Akhirnya mereka berjalan bersama dan melewati jalan trabasan.
...****************...
"Apa masih jauh, Star?" tanya Sea dengan keringat yang membasahi wajahnya.
Nafasnya sudah berat. Dirinya sudah ngos-ngosan karena memang medan yang mereka lewati benar-benar naik. Ditambah jalanan yang sedang ditanjak oleh keduanya benar-benar tanah.
"Tinggal dua kilo lagi, Sea," jawab Star dengan pelan.
Sea tak bertanya lagi. Dia berjalan sambil menatap hamparan di kanan kirinya. Hal itu tentu membuat Star mengerti dengan apa yang tengah dilihat oleh Sea.
"Desa Guci ini wilayahnya lebih banyak kebun dan hutan," kata Star bercerita. "Warganya lebih banyak memilih menanam daun teh karena memang di atas sana ada pabrik teh yang sudah tua."
"Pabrik?"
"Ya. Pabrik dengan bangunan yang benar-benar sudah tua," lanjut Star bercerita. "Mendengar hasil teh disini yang selalu bagus dan melimpah. Banyak orang orang penjual yang datang langsung kesini untuk membeli daun teh di desa ini."
"Tapi…"
"Tapi?"
"Orang-orang disini yang buta huruf dan tak bisa membaca. Terkadang membuat mereka sering ditipu oleh beberapa penjual."
"Tega sekali mereka," kata Sea manusiawi.
"Ya tapi tenang saja. Selama ada Guru Sky, semuanya selalu aman terkendali!" kata Star terlihat bangga menyebutkan nama seseorang yang baru kali ini Sea dengar.
"Guru Sky itu adalah Guru Relawan disini. Sudah hampir lima tahun dia disini dan tak mau pulang."
"Beliau ini dicintai warga disini dan disukai oleh anak-anak. Dia bisa menjadi galak tapi sebenarnya ramah," lanjut Star yang membuat Sea mengerutkan keningnya
"Bagaimana bisa galak tapi ramah?" tanya Sea dengan heran.
Star tersenyum kecil. Dia mampu melihat tatapan tak percaya dari wajah dokter di sampingnya itu.
"Sebentar lagi kau akan tahu, Sea! Ayo kita hampir sampai!"
Akhirnya langkah mereka semakin menanjak. Hingga saat mereka sudah melewati jalan itu. Tak jauh dari posisi mereka terlihat seorang pria sudah berdiri dengan menatap kedatangan mereka.
"Kenapa lama sekali, Star?"
Star terlihat mengangkat tangannya hormat. "Maaf, Guru Sky. Mobilnya mogok jadi kami perlu berjalan kaki disini."
Sea terlihat lelah. Ya dirinya benar capek dan panas. Nafasnya ngos-ngosan sampai akhirnya wajah Sky mulai menatapnya dan membuatnya terpanah.
Kedua tatapan itu akhirnya saling bertemu. Tatapan mata mereka saling menatap sampai akhirnya. Sea perlahan oleng dan pingsan.
"Ehh dokter!" pekik Star yang terkejut tapi Sky dengan cepat menarik tangan Sea dan menariknya dalam pelukan.
~Bersambung
Ini Mbak Sea kaget lihat gantengnya Mas Sky apa gimana Mbak? ampek pingsan duluan hihi..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
menghilang dan stress krn berpisah dg mb Bia yg tulus akhirnya mas Shaka tak mencari sesuai yg di jatakan mb Bia kl jodoh akan bertemu kl tidak ikhlaskan bener bener tega mas Shaka
2024-01-01
0
Muhammad Mulyanto
ayah shaka kemana sih.. smpe puluhan taun gak nemuin bunda BIa. kterlaluan ayah shaka😡😡
2023-08-17
0
Kiki Sulandari
Jauh banget perjalanan yg harus ditempuh Sea ke desa Guci
Pantss saja kalau Sea pingsan,apalagi Sea punya penyakit jantung bawaan.....
2023-08-03
1