"Mama minta kamu ke rumah malam ini. Katanya kangen sama calon mantu," kata Kevin sambil membantu melepaskan helm Aurel.
Saat ini Kevin dengan helm fullface nya sudah mengantar Aurel sampai di gerbang sekolah.
"Ok. Kamu hati hati," ucap Aurel lembut.
Kevin mengacak kembali rambut Aurel yang sedang ia rapikan.
"Kevin," seru Aurel kesal membuat Kevin tertawa
"Nanti malam aku jemput ya. Dandan yang cantik." Kembali Kevin mengacak rambut Aurel sebelum melajukan motornya. Tawanya masih terdengar membuat bibir Aurel tersenyum. Setelah pria ashole sudah tak kelihatan lagi Aurel memasuki gerbang sekolahnya.
Hatinya masih berdebar dengan perlakuan romantis Kevin di cafe. Kevin memang player sejati. Dia tau caranya membuat hat Aurel luluh. Mungkin juga karena Aurel sangat mencintai Kevin. Jadi sangat mudah memaafkan Kevin. Tapi Aurel pun ngga tau, sampai kapan dia akan seperti ini.
*
*
*
"Aurel sayang, nih bawa brownisnya. Ada keju sama coklat." Mama tersayangnya mengulurkan paper bag berukuran cukup besar yang berisi dua loyang buat calon besannya.
"Iya Ma." Setelah mencium kedua pipi mamanya, Aurel menemui Kevin yang sedang ngobrol seru dengan papanya.
"Kapan kapan kita nonton bareng, Pa." Suara Kevin terdengar penuh semangat.
"Harus itu. Apalagi kalo resmi udah jadi mantu Papa. Nginap sini, baremg nonton sama Papa," jawaban Papa terdengar bahagia.
"Waduuuh, akrabnya. Ngga sabar kamu resmi jadi mantu Mama, Vin." Mama ikut menanggapi dengan nada senang.
Kevin tertawa seraya melirik Aurel penuh arti.
Kevin, bisanya kamu buat mama dan papa sesenang ini, batin Aurel resah. Ini juga yang membuatnya bingung untuk memutuskan Kevin. Bukan karena ngga cinta, Aurel cinta banget sama Kevin. Tapi rasa percayanya yang mulai memudar, itu masalahnya. Hatinya selalu ketar ketir tiap melihat kedekatan Kevin dengan pemujanya, dan apalagi sekarang ada Kesi. Sampai kapan dia bisa merasa tenang saat berada di samping Kevin.
"Bengong aja." Tangan Kevin mencubit hidungnya membuat dia agak terkejut. Pipinya semakin merona melihat kedua orang tuanya dan Kevin yang kini tertawa berderai derai.
"Aurel sukanya bengong kalo lihat Kevin. Cakep, ya, Rel," goda Mamanya tambah membuat Aurel salah tingkah.
"Udah sana berangkat. Ngga enak ditungguin calon besan," ucap Papanya sambil mengulurkan tangan pada Aurel yang langsung disambut dan diciumnya.
"Aurel pamit Pa, Ma." Aurel pun mencium tangan Mamanya. Dan Kevin pun melakukan hal yang sama pada Mama dan Papanya. Senyum kedua orang tua Aurel merekah manis.
"Pamit Pa, Ma."
Kevin dan Aurel diminta memanggil dengan sebutan Mama dan Papa mereka sejak bertunangan. Kalo Kevin udah ringan aja bibirnya memanggil orang tuanya, tapi Aurel masih kaku dan kikuk saat memanggil orang tua Kevin.
"Hati hati, ya, Sayang," kata Mama dan Papa berbarengan.
Saat sampai di depan mobil yang terparkir, Aurel menatap Kevin sambil geleng geleng kepala.
"Baru lagi."
"Ini nanti buat kamu," jawab Kevin sambil mengacak rambutnya lagi.
"Kevin.... Udah rapi ini," kata Aurel kesal membuat Kevin tertawa kecil.
"Kok ngasihnya yang bekas," sindir Aurel sekenanya.
Palingan udah bekas diduduki perempuan lain juga, batin Aurel menuduh.
Kevin tertawa dan kembali mengacak rambut Aurel yang dibalas dengan teriakan manja Aurel.
"Keviinn."
"Ok, nanti kamu beli yang baru. Kamu yang milih," putus Kevin lembut dengan mata penuh bintang. Aurel jadi salting.
"Bawa apa?" Kevin mengambil paper bag dari tangan Aurel.
"Harum banget. Brownis, ya," tebaknya langsung.
"Iya, dari Mama."
"Nanti aku telpon Mama kamu bilang makasih. Enak banget ini pasti brownisnya," ucap Kevin sambil meletakkannya di kursi penumpang.
"Masuk, my lady," ucap Kevin saat membuka pintu.
Wajah Aurel memerah, walaupun dia sering mendapatkan perlakuan manis dari Kevin, tetap saja membuatnya salah tingkah dan sedikit melayang.
Saat sudah duduk, Kevin memajukan kepalanya dan mengecup pipi kanannya.
Keduanya saling tatap saat kecupan usai.
"I love You, Aurelia Ganita," katanya lembut, lalu menutup pintu mobil dan berjalan memutar kembali ke kursi kemudinya.
Jantung Aurel seakan berhenti berdetak. Kevin selalu bisa membuat perasaannya jadi ngga menentu dan ragu ragu. Terus atau putus.
"Are you ready, honey," tanya Kevin sambil memggenggam tangan Aurel dan meremasnya lembut.
"Ya," jawab Aurel dengan rona merah di pipinya.
Mobil pun melaju lambat dengan satu tangan Kevin memegang stir dan satu lagi menggemggam tangan Aurel.
Akhirnya mereka sampai di rumah megah Kevin. Sejak bertunangan, sudah cukup sering Aurel ke sini.
Dengan satu tangan terus menggenggam tangan Aurel dan satu tangan menenteng paper bag, mereka memasuki rumah yang kelihatan rame.
"Calon mantu Mama," sambut Mama Kevin sambil memeluknya penuh sayang.
"Ma, aku loh anak Mama," cetus Kevin pura pura kesal. Padahal hatinya senang karena Mamanya sangat menyayangi Aurel.
"Kamu udah sering, Mama bosan," ledek Mama saat mengurai pelukan, membuat beberapa orang di situ tertawa.
"Mama tadi nitip brownis," kata Aurel sambil mengambil paper bag di tangan Kevin.
"Makasih, ya, Sayang. Kevin, taroh di atas meja," titah sang Mama yang langsung dipatuhi Kevin.
"Akhirnya tante ketemu juga sama calonnya Kevin," ucap seseorang wanita paruh paya ramah.
Karena belum kenal, Aurel hanya tersenyum.
"Ini Mama Kesi," kata Mama Kevin mengenalkan.
"Yang kapan itu kecelakaan," sambung Mama Kevin lagi.
Aurel tersenyum.
Ooo, batinnya dalam hati.
"Hampir jadi besan. Ups... becanda," kekehnya yang langsung mendapat pelototan dari temannya, Mama Kevin.
Walaupun Mama Kesi mengatakan becanda, entah mengapa hati Aurel jadi ngga nyaman.
"Kamu ini....," omelnya pada temannya.
"Memang dulu si Kevin hampir dijodohin sama Kesi. Tapi, kan, itu terserah Kevin sama Kesi. Eh, setelah gede Kevin maen perempuan terus. Untung ada Aurel, Mama jadi tenang. Kevin udah serius kerja dan jarang pulang dari club sejak sama.Aurel, loh," celoteh Mama panjang lebar sambil merangkul Aurel. Membanggakan calon mantunya yang bisa memberikan energi positif pada Kevin.
"Aurel guru ya?" tanya seorang pria paruh baya mencoba mengganti topik. Karena beberapa orang kelihatan kurang santai, termasuk Aurel mendengar ucapan Mama Kesi tadi.
"Iya, Om," jawabnya sopan.
Papa Kesi, ya, mirip garis wajahnya, tebak Aurel dalam hati.
"Iya atuh. Rupanya Kevin sukanya sama guru ya. Kirain model." Mama Kesi pun tertawa kecil setelah mengeluarkan pendapatnya.
"Udah udah, ayo kita langsung ke ruang makan," kata Papa Kevin mengalihkan suasana yang mulai kurang nyaman.
"Ayo Aurel. Kevin, digandeng Aurelnya," titah sang Papa yang juga langsung dipatuhi Kevin.
Kevin pun menarik kursi untuk Aurel di sampingnya.
"Makan yang banyak, jangan malu malu," bisik Kevin menggoda membuat Aurel tersipu.
"Kevin," balas Aurel juga berbisik penuh tekanan.
Kevin kembali tertawa kecil dan mengacak gemas rambut depan Aurel yang langsung ditatap galak Aurel.
Mama dan Papa Kevin saling pandang dan tersenyum melihat tingkah keduanya.
"Ehem." Ada bunyi tarikan kursi di sebelah kiri Kevin.
Aurel dan Kevin saling melirik. Ternyata Kesi yang langsung duduk di sana.
Aurel mulai merasa ngga nyaman, apalagi Aurel dapat melihat ada keterkejutan di mata Kevin saat menyadari Kesi duduk di sampingnya.
"Ayo, Aurel jangan malu malu," ucap Mama Aurel lagi.
"Iya Ma," jawab Aurel santuy.
"Kamu pake rica rica lamb, ya. Enak lo," ucap Kevin sambil mengambil seiris daging lamb rica rica itu untuk Aurel. Begitu juga dirinya. Cuma sambalnya saja yang dikurangi sama Kevin.
"Kamu ngga kuat makan pedas?" tanya Mama Kesi.
"Kak Aurel jagonya tante kalo urusan sambal. Level dewa," jawab Kikan sambil mengambil lamb juga. Terkekeh. Aurel tersenyum mendengarnya.
"Ooo, tapi kok dikit sambalnya? tanya Mama Kesi lagi heran.
"Takut pas mantenan nanti diare, Tante," jawab Kevin membuat beberapa orang tertawa, dan mengulum senyum.
Aurel menatap Kevin kesal.
Mana ada gitu, batinnya mengomel kesal.
"Sayang banget, sih, Kak Kevin sama Kak Aurel," kata Kikan sengaja membuat panas hati Kesi.
Kenapa Kesi duduknya di samping Kak Kevin sih..... Kenapa mulai terang terangan, batin Kikan ngga suka dengan keberaniaan Kesi.
Saat Kevin akan mengambil acar, tangannya bersenggolan dengan Kesi yang juga akan mengambilnya. Kevin langsung menarik tangannya.
"Kak Kevin mau acar. Nih, Kak." Kesi memberikan sesendok acar ke piring Kevin yang jadi serba salah.
Aurel hanya diam dan pura pura sibuk dengan lambnya. Tiba tiba suasana berubah menjadi hening atas respon Kesi tadi.
"Kak Aurel ngga ditawari, Kes?" tanya Kikan memecah kesunyian. Dia menatap Kesi kesal.
"Kak Aurel juga mau?" tanya Kesi akhirnya.
"Ngga. Makasih, Kesi," jawab Aurel lembut walau dalam hatinya kebakar.
Cuma nawarin ngga niat juga, batin Aurel judes melihat keterpaksaan Kesi.
"Ini buat kamu acarnya, sayang," kata Kevin sambil menyendokkan acar ke piring Aurel. Dia pun menyendokkan acar ke piringnya, menjauhi acar pemberian Kesi.
"Kamu nambah acar lagi?" Mama Kesi ngga terima melihat Kevin tidak menyentuh acar dari Kesi.
"Sudah. Cuma acar doang. Nanti kalo kurang, Mama suruh Bik Sarti buat lagi," kata Mama Kevin menengahi suasana yang mulai ngga kondusif.
Aduuh, gara gara acar kepala Kevin jadi mumet.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Lenkzher Thea
Keren
2023-05-11
1