Bareng ke rumah singgah

Aurel yang sedang melangkah bersama Ivan, Obie dan Sashi jadi menghentikan langkahnya melihat kehadiran Kevin yang berdiri ngga jauh dari tempat mereka berada.

Hanya berjarak empat mobil di parkiran kampus

Laki laki itu berdiri menyandar di badan mobil mewahnya. Kevin ngga sendiri. Ada Arkha, Nicho dan Denis yang menyambutnya dengan senyum ramah.

"Hai, mau ke rumah singgah?" sapa Kevin dengan tatap lembutnya sambil mendekati Aurel.

Laki laki ini sangat tampan. Aura menawannya terpancar jelas.

Tampan dan mapan. Sangat gampang baginya mendapatkan perhatian dari perempuan mana pun.

"Iya," sahut Aurel salting dengan jantung berdebar kencang.

Kenapa keempatnya ada di sini?

Yang lebih gila lagi Nicho dan Denis melayani acara foto bersama dengan para ciwi ciwi yang mulai rame di parkiran.

"Ayo, kita bawa hadiah lho buat anak anak," tukas Kevin sambil menarik tangan Aurel agar ikut bersamanya.

"Eh, tunggu," tahan Aurel membuat Kevin langsung menghentikan langkahnya.

"Aku bareng Kak Kevin, ya," pamit Aurel pada ketiga temannya dengan perasaan ngga enak hati.

"Oke," sahut Ivan berusaha tersenyum seolah bukan masalah buatnya.

"Hati hati Aurel," lambai Obie ketika melihat Aurel akan melangkah pergi.

"Ya, kalian juga," balas Aurel lega karena ketiga temannya ngga marah padanya.

"Ayo," gandeng Kevin sambil menarik Aurel ke arah mobilnya. Aurel hanya diam saja dan menurut.

"Sesi foto berakhir," pungkas Arkha sambil membuka pintu rubicon putihnya, mengingatkan kedua teman brengseknya yang membalasnya dengan tertawa tawa bahagia.

"Bye." Nicho dan Denis melambaikan tangannya pada ciwi ciwi cantik dan seksi yang dengan genit juga balas melambaikan tangan mereka.

Mobil sport Kevin melaju duluan diikuti rubicon Arkha dan jazz Obie.

Kevin memperhatikan Aurel yang hanya diam saja sambil memperhatikan ke arah luar jendela.

"Kamu ngga suka aku jemput?" tanya Kevin memecah keheningan. Mereka dihadang lampu merah.

"Aneh aja," senyum Aurel, tipis. Hanya sebentar mata mereka beradu pandang. Setelahnya Aurel mengalihkannya karena lampu lalu lintas yang sudah berubah hijau. Kevin pun melajukan mobilnya.

"Kok aneh?" kekeh Kevin. Aurel ngga tau aja. Kevin semalaman ngga bisa tidur memikirkan ada hubungan apa antara gadis itu dan Ivan.

Kevin pun sampai memaksa ketiga sahabatnya untuk ikut menemaninya menjemput Aurel yang akan pergi ke rumah singgah.

Untung ketiganya mau mau saja mengikutinya.

"Kamu, kan, sibuk," kilah Aurel ngga bermaksud menyindir.

"Kamu marah, ya, sampai gantiin aku sama Ivan," canda Kevin tapi dalam hati serius. Dia cemburu. Apalagi keduanya sering bersama.

Dia takut pepatah jawa yang artinya kalo keseringan ketemu bisa jatuh cinta berlaku buat Aurel dan Ivan.

Aurel tersenyum mendengarnya. Ngga menjawab, membuat Kevin tambah penasaran.

"Beneran kamu udah jadian dengan Ivan?" tanya Kevin dengan jantung berdebar keras.

"Cuma teman," jujur Aurel.

Kevin menghembuskan nafas lega.

"Jangan bikin aku ngga tenang Aurel," kata Kevin ambigu.

Kening Aurel berkerut sesaat, dia menatap Kevin bingung sebelum mengalihkan tatapannya ke.arah lain.

Selalu begitu. Memberinya harapan palsu. Tapi hati bodohnya selalu berlompatan kesenangan.

Hening.

Keduanya diam tanpa berkata apa apa lagi.hingga akhirnya sampai di dekat rumah singgah.

"Ayo," ucap Kevin sambil membuka seatbeltnya sambil menatap Aurel dengan mata penuh bintangnya.

Aurel hanya tersenyum tipis. Menyembunyikan perasaannya agar ngga ketahuan Kevin. Karena itu lebih baik baginya. Mengharapkan cinta seorang player sama saja menggali kesia siaan.

Keduanya pun keluar dari mobil.

Rubicon dan jazz pun sudah sampai. Bahkan teman teman Aurel tampak membantu teman teman Kevin mengeluarkan cukup banyak tentengan dari rubicon.

"Banyak sekali," komen Aurel saat Kevin juga turut membantu mengeluarkan barang barang dari rubicon.

Buku tulis, pulpen dan pensil. Ada juga buku gambar dan cat air. Ngga lupa aneka makanan kecil dan paket sembako yang terdiri dari beras tiga kilo, minyak goreng satu liter, gula pasir satu kilo, sirup, teh celup satu kotak dan kopi satu bungkus yang lumayan gede.

Paket sembako itu disimpan dalam dus dus, seperti parsel yang siap dibagikan saat lebaran.

Kevin sempat membukanya untuk diperlihatkan pada Aurel apa isinya. Kemudian mengelemnya dengan lakban kembali.

"Biar mereka tambah semangat," senyum Kevin saat melihat tatapan penuh tanya Aurel.

Aurel terkekeh kecil.

Beberapa orang berbadan kekar dengan seragam seperti pengawal mendekat. Mereka membantu membawakan barang barang itu ke rumah singgah.

Kevin ngga main main dalam melindungi Aurel dan teman temannya dari preman. Dia bahkan menghired para pengawal pribadinya untuk berjaga jaga setiap Aurel dan teman temannya mengajar anak anak jalanan itu.

Kini ngga ada lagi yang berani mengganggu kegiatan Aurel dan teman temannya. Para preman yang dulu dihajar Kevin dan teman temannya masih berada di sel penjara. Preman preman yang lain pun ngga berani mengusik mereka. Anak jalanan semakin tenang dan bertambah banyak untuk belajar di rumah singgah.

Karena itu Aurel suka terbawa perasaan. Mengira Kevin melakukannya karena menganggapnya istimewa. Tapi kenyataan yang dilihatnya membuatnya berpikir ulang.

Hanya saja Aurel ngga bisa melihat mata mama dan papanya kecewa karena menolak ajakan Kevin. Kedua orang tuanya sangat menyukai Kevin. Walaupun Kevin suka datang dan pergi tanpa kabar. Mereka tetap ngga pernah menyalahkan sikap Kevin.

Bukan karena kekayaan Kevin yang membuat kedua orang tuanya jatuh hati. Tapi karena perhatian yang diberikan Kevin terasa sangat tulus. Saat berkunjung ke rumah pun, Kevin selalu menghabiskan waktu mengobrol dengan mama dan papanya. Bahkan menemani papanya bermain catur.

Di rumah singgah, Aurel dan teman temannya disambut bahagia dan tawa ceria anak anak jalanan yang sudah menunggu kedatangannya.

Bahkan Kevin, Arkha, Nicho, dan Denis ngga terlihat sungkan. Merek berbaur dan ikut bergembira dalam berinteraksi dengan anak anak jalanan itu.

Kevin memandang kagum pada sosok sabar Aurel yang selalu tersenyum hangat pada anak didiknya.

Aurel sedang mengajarkan mereka beberapa kata dalam bahasa Inggris. Teman teman Aurel membantu anak anak jalanan itu dalam hal pengucapan dan penulisan. Menghandle mereka satu persatu.

"Mereka mau, ya, melakukannya tanpa dibayar. Bahkan beresiko lagi," celutuk Denis yang tiba tiba sudah berada di samping Kevin.

"Ya."

Kevin tentu masih ingat saat para preman memukuli teman teman Aurel. Pertemuan pertama mereka.

"Udah takluk, Vin?" sindir Denis terkekeh.

Sementara Arkha dan Nicho tampak membantu Aurel dan teman temannya berinteraksi dengan anak anak jalanan.

Kevin terkekeh juga.

Entahlah. Dia bingung bagaimana perasaannya saat ini. Dia ingin memiliki gadis itu, menggenggamnya erat.

Tapi di sisi lain, dia takut ngga bisa lama mengikatnya. Jiwa bebasnya bisa saja muncul sewaktu waktu.

Dia merasa lebih baik begini. Dekat tanpa ikatan. Hingga ngga akan menyakiti Aurel nantinya.

Tapi dia ngga ingin gadis itu memiliki kekasih.

Egois memang. Tapi itulah yang dia rasakan Dia marah miliknya didekati laki laki lain.

Terpopuler

Comments

lina

lina

semangt up date rahma

2023-07-15

1

Fenti

Fenti

heeee gak bisa dong

2023-05-29

1

Fenti

Fenti

itulah yang ditakutkan bukan mendekati anaknya tapi mendekati orang tuanya dulu

2023-05-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!