Kegelisahan Cut Ha sebab menunggu orang yang diikuti, telah mendapat titik terang. Dari jauh, di sudut taman, Khaisan nampak keluar dari sebuah pintu ruangan. Berjalan dengan seorang lelaki dengan santai sambil terus mengobrol.
Mereka berhenti di tengah taman, di tepi kolam renang yang juga dengan masih berbincang. Tapi hanya sebentar, lelaki itu nampak mengangguk pada Khaisan kemudian berbalik pergi. Hal ini cukup janggal bagi Cut Ha. Sikap lelaki tadi terkesan memuliakan Khaisan.
Khaisan berjalan cepat ke arah Cut Ha yang nampak duduk menyandar di tiang gazebo. Sadar jika dirinya cukup lama meninggalkan wanita itu sendirian menunggu. Bergegas dipercepat langkahnya.
"Cut, sudah makan?!" tanya Khaisan saat mencapai gazebo. Lelaki itu sedang melapas sepatu untuk naik ke lantai gazebo yang bersih.
"Siapa yang pesan makanan untukku?? Apa kamu, pengawal Khaisan?!" sambut Cut Ha dengan pandangan mendesak.
"Iya, kamu tidak suka dengan makanan itu?!" tanya Khaisan yang juga duduk menyandar gazebo dengan bersila kaki.
"Siapa kamu sebenarnya di sini?!" tanya Cut Ha terus terang.
"Ada apa?!" tanya Khaisan kembali. Nampak heran dengan pertanyaan Cut Ha.
"Mereka menyebut ini kiriman pak bos. Padahal kamu yang pesan. Kenapa kamu di sebut pak bos?!" tanya Cut Ha berseru. Duduk keduanya berjarak cukup jauh.
"Bukankah panggilan bos adalah hal wajar? Sesama teman pun memanggil bos. Kamu tidak pernah melihat hal itu?!" tanya Khaisan berseru dari tempatnya.
Cut Ha terdiam tak lagi menambah daftar tanya. Mengakui apa yang dibilang Khaisan memang benar. Bahasa pergaulan dengan penggunaan kata bos kepada sembarang orang memang sudah lazim diucapkan.
"Lalu, kenapa orang itu tadi mengangguk hormat denganmu?!" tanya Cut Ha berseru dari sandarannya.
"Aku sedang memberi pesan untuk managernya!" seru Khaisan sambil lebih menegakkan duduknya.
"Home stay ini sedang berkembang. Ada penambahan satu lantai lagi dan juga pelebaran bangunan. Aku sudah merekomendasikan toko elektromu untuk menyuplai kebutuhan di sini!" seru Khaisan menerangkan.
"Benarkah?!" seru Cut Ha terkejut. Tapi dahinya nampak berkerut kemudian.
"Sebenarnya, apa posisi teman kamu di sini?! Pemilik?!" tanya Cut Ha nampak tertarik. Wajahnya cerah bersemangat.
"Manager," sahut Khaisan tanpa berseru lagi. Tapi Cut Ha sudah mampu mendengarnya.
"Apa akan menunggu persetujuan pemilik home stay ini?!" tanya Cut Ha lagi dengan bersemangat. Khaisan nampak tersenyum sedikit.
"Kurasa itu bukan masalah lagi. Mungkin manager itu akan mendatangi tokomu dalam waktu dekat," terang Khaisan kemudian.
"Apa teman managermu itu suka menawar dan meminta diskon?!" tanya Cut Ha lagi dalam serunya.
"Kamu tidak suka?!" tanya Khaisan cukup lantang. Namun, manahan senyumnya.
"Tokoku sudah ngasih diskon tambahan khusus untuk minimal pembelian. Tapi mereka kadang serakah juga. Masih terus merasa kurang!" sahut Cut Ha. Pengunjung seperti ini memang cukup membuatnya simalakama. Merasa jika penjual masih saja mengambil untung yang melimpah.
"Kupastikan home stay ini tidak akan seperti itu, Cut," sahut Khaisan menjanjikan.
"Kupegang pemastianmu, tegurlah kawanmu jika dia mencoba menawar!" seru Cut Ha bersemangat. Khaisan nampak tersenyum.
"Itu, makananmu, segeralah makan. Nanti kamu terlalu lambat makan!" kata Khaisan sambil memandang makanan yang berada di meja pendek dalam gazebo.
"Terimakasih. Apa ini juga bukan hutang?" tanya Cut Ha dengan wajah yang canggung.
"Sudah makanlah dengan tenang. Jangan berfikir apapun saat lapar," ujar Khaisan sambil berdiri.
Lelaki itu berjalan menjauhi gazebo. Tidak berkata apapun pada Cut Ha. Entah akan ke mana lagi dia pergi. Atau siapa lagi yang akan ditemuinya. Cut Ha yang sudah merasa sangat lapar, tidak peduli lagi kali ini.
🕸
Khaisan nampak datang ke gazebo lagi saat Cut Ha juga keluar dari dalam gazebo. Berjalan menyongsong kedatangan Khaisan.
"Ayo kita pulang, aku terlewat minum obat,," ucap Cut Ha dengan tatap mata yang enggan pada Khaisan.
Tapi Khaisan tidak berkomentar. Lelaki itu hanya memicing mata sebentar lalu mengangguk.
"Lekaslah, cut !" seru Khaisan mengajak Cut Ha bergegas. Lelaki itu masih berdiri di tempat menunggu Cut Ha berjalan di depannya.
Mereka berjalan beriringan melewati pintu belakang tadi menuju pintu depan utama di lobi.
Seorang lelaki berpostur besar menyambut mendekat kedatangan Cut Ha dan Khaisan. Mereka bertiga berhenti dengan saling berpandangan.
Namun, ekspresi antara Cut Ha dan lelaki itu sama. Tertegun menatap lekat dan nampak terkejut.
"Ada apa? Kenalkan, Cut. Dia adalah manager di sini, temanku. Namanya Felix," sahut Khaisan menjelaskan. Merasa heran dengan gelagat keduanya.
"Kami sudah saling kenal, pengawal Khaisan." Cut Ha mengatakan hal itu dengan lirih pada Khaisan.
"Kalian saling kenal?" tanya Khaisan. Juga ditatapnya sang manager home stay sekaligus temannya, Felix.
"Benar, bos Kha," sahut sang manager dengan mengangguk.
Cut Ha agak merasa tidak nyaman dengan sebutan boss pada Khaisan. Tapi jika ingat itu sekadar julukan, rasanya justru lega.
"Kalian, teman?" tanya Khaisan yang masih terheran.
"Dia adalah suami temanku." sahut Cut Ha dengan cepat.
"Nona Cut Ha adalah teman baik istriku, bos Kha," ucap Falix menimpali keterangan Cut Ha dengan cepat. Felix sambil tersenyun masam pada Cut Ha.
"Benarkah? Kebetulan sekali. Dialah pemilik toko yang akan kamu kunjungi itu, Felix," ucap Khaisan dengan memandang Felix dan Cut Ha bergantian.
"Marilah, pengawal Khaisan. Aku ingin cepat sampai di rumah. Apakah free time kamu belum berakhir??" tanya Cut Ha dengan nada agak tajam.
"Lima belas menit lagi. Cukup untuk sampai di rumahmu, Nagoya," tegas Khaisan dengan cepat.
"Kamu akan membawaku seperti alap-alap??" tanya Cut Ha dengan nada menyindir.
Khaisan tidak lagi menyahut, namun memandang Felix dengan tatapan harap makhlum.
"Permisi, Felix. Aku harus membawa wanita cantik ini kembali ke rumahnya dengan cepat!" seru Khaisan pada sang manager. Tidak peduli dengan raut Cut Ha yang berubah nampak kikuk . Cut Ha merasa jika Khaisan sudah beberapa kali membakar perasaannya dengan memuji cantik dalam waktu dua jam ini.
"Ayo, Cut!" Khaisan berseru pada Cut Ha sambil mundur satu langkah. Memberi kesempatan agar Cut Ha berjalan di depan.
Cut Ha berjalan pelan di depan. Melirik pada Felix yang tatapan matanya serasa menghunjam. Cut Ha urung memberi senyuman apalagi sebuah sapaan ramah-tamah. Baginya, beramah tamah dengan Felix adalah hal sia-sia sekaligus sebuah kerugian.
🕸🕸🍓🍓🕸🕸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
As Lamiah
wah jangan2 felix suaminya teman yg kemarin datang kerumahncut ha yg bikin jadi sedih semoga cut ha bisa bahagia menemukan jodohnya yg terbaik semangat tour semoga sehat selalu 💪💪💪😘 semangat tour
2023-05-11
1
orchid
apakah felix suaminya diaz??
2023-05-11
1
Sarah Kareem
ada apa dengan Felix dan Cut Ha?
2023-05-11
1