"Cut, apa mereka tidak masalah mendengar?" tanya Dias sambil menoleh pada Khaisan.
Lelaki itu terus berdiri memunggungi di samping ujung meja tanpa gerakan yang mencolok sekali pun. Hanya kepala saja yang bergerak ke kanan dan ke kiri sesekali. Juga ada Mariah, gadis mungil itu hilir mudik menata perkakas di almari dan nampak tak peduli.
"Aku percaya dengan keloyalan sikap mereka. Dia, Mariah, mungkin gadis itu akan bersamaku hingga nanti. Dia tidak memiliki siapa-siapa di Timor Leste. Bahkan dokumen pun masih kosong. Semua hilang. Akan kubuatkan dokumen sebagai warga negara Indonesia saja," jelas Cut Ha sambil memandang Mariah.
"Lalu, bodyguardmu itu, kamu tidak malu?" tanya Dias sambil memandang punggung Khaisan kembali. Cut Ha juga ikut memandangnya.
"Aku lelah, aku tidak peduli, Dias. Aku tidak ingin harus menjaga sikap di rumahku sendiri. Kuanggap dia tidak ada," terang Cut Ha dengan memalingkan wajah dari punggung Khaisan.
"Lalu, kenapa kamu tidak memakai kerudung lagi?" tanya Dias yang mulai menyodor nasi goreng ke mulutnya. Cut Ha mendongak menatap sambil menyibak rambut yang jatuh agar rapi di belakang telingnya.
"Aku selalu merasa diriku kotor, Dias. Meski usaha toko elektroku terlihat berhasil, tapi kurasa hampa hidupku ini. Tidak ada penyemangat, tidak ada motivasi dan seperti tidak ada tujuan hidupku. Kurasa hatiku ini sangatlah penuh dengan lumpur," ucap Cut Ha dengan menunduk di piringnya.
"Apa kamu terlalu kecewa dan sedih dengan sikap calon suami dan teman dekatmu dulu? Kamu sangat mencintai lelaki calon suamimu?" tanya Dias menyelidik. Cut Ha mengangkat wajah dan memandang lekat mata Dias.
"Ah, sudahlah, Dias. Jangan diungkit lagi. Aku ini sudah lupa. Tapi aku sangat sayang keduanya. Jadi meski kecewa, aku ini sangat rela. Aku ikhlas dan berdoa yang terbaik pada pernikahan mereka," ucap Cut Ha meyakinkan.
"Kalian tidak pernah bertemu?" tanya Dias kembali ingin tahu.
"Beberapa kali kami bertemu. Tapi selalu kupakai kerudung tiap kali bertemu. Seperti yang kuharapkan, mereka menganggap aku baik-baik saja," ucap Keke pada Dias.
"Jadi kamu lepas kerudungmu itu sebab patah hati, Cut?" Dias bartanya lagi menyelidik.
"Diasss,, sebetulnya yang curhat itu aku apa kamu???" tegur Cut Ha dengan rasa gerah pada Dias yang terus mengejar dengan tanyanya. Mereka saling memandang, tapi kemudian keduanya sama-sama tersenyum. Merasa bahwa sebenarnya sedang sama-sama memiliki masalah.
Cut Ha mendesak pada Dias untuk segera melanjutkan makan dengan benar. Tidak diselingi obrolan atau pun curhatan menyedihkan. Juga menjanjikan mengantar Dias ke appartment baru serta barang-barang yang dibeli Dias dari tokonya. Ada driver sekaligus kendaraan yang bertugas khusus mengantar barang ke customer.
Rumah tangga Dias sedang berprahara. Suaminya sangat shock dan tidak bisa menerima masa lalu kelamnya dengan Cut Ha. Sang suami menemukan sebuah akun yang terdapat foto tak lazimnya bersama Cut Ha saat dulu.
🕸
Malam telah larut. Cut Ha masih merebah di sofa panjang ruang televisi bersama Mariah. Namun, gadis asisten mungil itu telah lelap belasan menit yang lalu. Seperti itulah setiap harinya kegiatan mereka dalam rumah. Cut Ha sering mendapat insomnia saat malam.
Hingga tiba-tiba datang dua orang perampok sepuluh hari yang lalu. Mariah yang berusaha mempertahankan kotak perhiasan milik Cut Ha, akan ditikam dari belakang. Dua perampok itu membawa belati kecil di tangan mereka masing-masing.
Namun, Cut Ha rela melindungi Mariah dengan punggung atasnya yang tertusuk. Walau akhirnya, perampok berhasil membawa kotak perhiasan itu untuk kabur bersama.
"Ehem! Cut Ha, boleh aku bertanya?" Khaisan yang sedari tadi berdiri di sebelah kursi Cut Ha tiba-tiba bersuara.
Wanita dengan sepasang baju tidur panjang itu mendongak memandang Khaisan sambil tetap merebah.
"Tanyalah," sahut Cut Ha. Wajahnya kembali ke layar televisi dengan ekspresi yang kaku.
"Kuingin kamu jujur menjawabnya. Cut Ha, apa kamu adalah Keke? Teman seasrama Velingga lima tahun yang lalu?" tanya Khaisan hati-hati.
Masih ingat dengan jelas bahwa lima tahun yang lalu, Cut Ha adalah wanita dengan tingkat emosi yang meledak ledak tak terkendali. Tidak peduli pada tempat dan waktu untuk memberikan serangan padanya.
Meski sekarang wanita itu nampak tenang dan belum menunjukkan riak ombaknya sekalipun. Tapi Khaisan adalah lelaki yang pantang diumpat dan dicaci oleh wanita, termasuk oleh Cut Ha seperti kejadian lima tahun lalu saat tak sengaja berjumpa.
"Kamu tidak ingin mengakuinya padaku? Kamu sudah ingat siapa aku?" tanya Khaisan lagi dengan nada yang sabar. Memperhatikan Cut Ha yang tidur miring dengan santai sambil memandang layar televisi.
"Iya," sahut Cut Ha tanpa mendongak.
"Iya apa?" tanya Putra dengan terus menunduk memandang Cut Ha.
"Velingga sahabatku, dan kamu,,,, kamu adalah manta pacarnya??" jawab Cut Ha sekaligus ragu bertanya. Kali ini wajah cantiknya mendongak.
"Kenapa kamu sangat membenciku?" tanya Khaisan tanpa tedeng aling-aling sambil terus berdiri.
"Velingga sahabatku, sekaligus aku pernah menyukainya. Tadi di meja makan, kamu pun dengar sendiri jika aku wanita kelainan? Kamu menyakitinya, akupun merasa sangat sakit," ucap Cut Ha dengan dingin.
"Kamu lebih sakit lagi saat lelaki yang akan menikah denganmu menyukai Velingga? Kamu lebih marah lagi padaku?" tanya Khaisan terdengar samar, suaranya beradu dengan bunyi siaran di televisi.
Cut Ha tidak merespon, wanitu itu mematung dengan kelopak matanya saja yang bergerak mengedip.
"Setelah hubunganmu dengan calon suamimu putus, kemarahanmu kamu limpahkan padaku??" tanya Khaisan lagi dengan nada yang dalam. Seolah sedang menekan sendiri beban perasaan batinnya selama ini.
"Jika kamu tidak menyakiti Velingga, kalian masih bersama, mungkin Errushqi telah menikahiku. Aku sangat marah dan benci denganmu. Itu yang kupikirkan waktu itu. Tapi sekarang aku sudah benar-banar tidak peduli."
Cut Ha tiba-tiba berubah posisi dan duduk. Lalu berdiri sangat dekat dengan Khaisan.
"Aku sudah menjawab dengan sebenarnya perasaanku waktu itu. Sekarang giliranku bertanya denganmu, kenapa tiba-tiba kamu berubah profesi? Bukankah dulu kamu adalah pegawai pemerintahan?" tanya Cut Ha dengan lekat memandang Khaisan. Mata indahnya lebih berkilat lagi sebab sorot sinar dari layar televisi. Cut Ha berdiri berlawanan dengan arah televisi. Sedang Khaisan memunggungi televisi.
🕸🕸🍓🍓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
As Lamiah
wah sepertinya ada kemungkinan cut ha sama kaishang bentrok rasa nih 🤔🤔 gimana jadinya tour 💘💘 sepertinya lama2 bisa jadi wiweteng tresno jalaran Soko kulino nih 🤭🤭🤭💓 Sangatta tour semoga sehat selalu 💪💪💪😘
2023-05-06
1
orchid
iya putra, jawab, aq jg penasaran🤭
2023-05-06
1