Khaisan yang sudah hafal dengan peta zona Nagoya hingga lubang semutnya pun, telah membawa Cut Ha dengan aman ke pelataran tempat praktik dokter Pooh Long. Hanya berbekal nama dokter itulah sang pengawal meluncur lancar ke titik lokasi yang sedang ingin dicapai Cut Ha dengan cepat.
Dokter setengah tabib dengan tingkat penyembuhan di atas sembilan puluh lima persen itu sudah menutup jam praktiknya. Hanya demi menunggu Cut Ha, dokter tua berdarah Cina itu masih belum menyegel pintu pagar.
"Kenapa Cut Ha datang terlambat, haahh? Kamu tidak ingatkah?" sambut dokter dengan kulit kepala hampir licin tanpa rambut di pintu. Sepertinya baru melakukan pangkas rambut hingga botak beberapa hari yang lalu.
Cut Ha yang tersenyum kecil hanya diam dengan membuntuti dokter Pooh Long yang kembali masuk ke dalam ruang praktiknya. Begitu juga Khaisan, dengan sigap juga ikut masuk ke dalam ruang praktik sang dokter.
"Dia pengawal yang diinginkan ayahku. Biar saja sesuka hatinya," ujar Cut Ha saat sang dokter memandang heran pada Khaisan yang ikut masuk ke dalam ruangan.
"Kamu tidak masalah, Haaa?" tanya sang dokter sambil mengambil peralatannya dengan cepat. Asistennya telah pulang belasan menit yang lalu, tidak ingin membuang waktu lebih banyak lagi dengan menunggu kedatangan Cut Ha yang tidak menentu.
"Terserah maunya," sahut Cut Ha dengan nada tak peduli.
Tanpa diminta, telah duduk di atas ranjang pasien dengan membelakangi dokter Pooh Long.
"Apa jika tidak kuingatkan kamu tidak akan datang? Ini sudah akan busuk pun baru kamu akan mencariku?" Dokter Pooh Long menggerutu sambil mengambil pelan pundak Cut Ha.
Khaisan yang belum mengerti, nampak siaga memandang. Menyimak apa yang akan dilakukan sang dokter dengan punggung Cut Ha. Menduga jika luka yang sempat disebut sang dokter di telepon, berada di sekitaran punggung Cut Ha.
Punggung itu telah disingkap resletingnya oleh Pooh Long, menampakkan kulit putihnya yang mulus dan sehalus granit. Namun pandangan bagus itu ternoda dengan sebuah perban tempel yang kini sedang dibuka perlahan oleh sang dokter.
"Sudah kupesan jangan sering-sering kena air, haahh," gerutu sang dokter.
"Mungkin ikut terendam saat aku mandi," ucap Cut Ha tanpa beban. Seolah tidak berupaya agar luka itu lekas kering dan pulih.
"Bahkan berendam kamu ini, hahhh?" gerutu dokter Pooh Long, namun tidak marah.
Luka dalam di bawah pundak itu nampak basah dan meradang. Tapi Khaisan tidak pernah menjumpai wajah kesakitan pada Cut Ha selama ini. Sikapnya biasa seperti sedang tidak memiliki luka dalam yang meradang.
Ruang praktik yang lengang serasa menegangkan. Juga bau khas obat dan alkohol yang memenuhi hawa di ruangan. Dokter Pooh Long nampak fokus pada penanganan luka yang dalam yang serius di punggung Cut Ha. Namun, ekspresinya tetap santai meski ada darah segar yang merembes dan mengalir. Meski tidak banyak, cukup membuat tegang betapa dalam luka Cut Ha.
"Apa kamu jadi sangat takut, sampai menyewa seorang bodyguard sebesar itu?" tanya Pooh Long sambil menunjuk Khaisan dengan dagunya. Mungkin sambil mengalihkan nyeri yang sedang dirasa oleh Cut Ha. Yang sebenarnya Khaisan memang terlalu besar jika dibanding dokter Pooh Long yang lebih pendek dan jauh lebih kurus darinya.
"Aku tidak trauma, dokter Pooh Long. Hidup matiku bukan di tangan perampok. Tapi ayahku yang memaksaku agar kusewa jasa pengawal. Ini demi perasaan orang tuaku agar tenang dan membolehkanku tinggal di rumahku lagi," jelas Cut Ha yang nampak sudah tenggelam dalam obrolan.
"Bukankah kamu anak bungsu? Wajar jika orang tuamu khawatir dan ingin agar kamu tinggal di rumah asalmu, haahh?" sahut dokter Pooh Long. Dokter berusia hampir enam puluh tahun itu sangat ramah.
"Ini hanya sementara. Suatu saat aku ingin kembali." Cut Ha nampak meringis saat Pooh Long hampir selesai membersihkan lukanya yang dalam.
"Apa kamu juga tidak ingin segera menikah?" tanya Pooh Long kian detail. Baginya tidak fair jika wanita sesempurna Cut Ha belum menikah di usianya yang matang. Pooh Long sambil sesekali memperhatikan si pasien jelitanya dari belakang.
"Entahlah. Tapi, wanita mana yang ingin sendirian hingga tua? Jika terpaksa, akan kuadopsi beberapa anak. Bukankah itu tidak apa-apa?" tanya Cut Ha dengan sedikit menoleh pada Pooh Long. Dokter itu sudah selesai dan sedang menaikkan kembali zipper dress biru cantiknya.
"Itu memang tidak masalah. Tapi akan lebih baik jika kamu melahirkan anakmu sendiri, hhaahh,," pungkas sang dokter yang menjauh dari ranjang pasien sambil mengemas peralatannya.
Cut Ha turun dari ranjang dan berjalan memutar melewati Khaisan. Tidak peduli saat tangannya yang sedang menenteng tas di lengan sedikit menggesek di perut Khaisan yang rata. Sang pengawal dengan sigap memundurkan diri agar wanita itu berjalan leluasa. Jarak antara dinding dengan kaki ranjang memang tidak terlalu lebar dan longgar. Cut Ha memang tidak sengaja, namun sikap angkuh membuatnya diam saja.
"Obat ini sangat penting untuk kamu habiskan. Jangan sampai kamu abaikan. Jika kamu tetap abai, lalu luka tusukanmu ada keluhan, akan kuberi rujukan saja agar kamu pergi ke Singapore sambil healing, hhaahh,," ucap Pooh Long sambil menulis resep di kemasan obat yang ada banyak ragamnya.
Cut Ha yang sudah berdiri mendekat,f hanya mengangguk tak menyahut. Merasa itu adalah pesan berat sebab dirinya sering lupa. Jadi lebih baik diam saja, daripada membuat beban janji yang baru dari mulutnya.
🕸🕸🍓🍓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Sarah Kareem
sepertinya Cut Ha lama2 akan bergantung pada Khaisan.. karena Pelupa.. 😁
2023-05-04
2
As Lamiah
wiih sepertinya cut ha jadi bikin penasaran kaisang nih tour 💪💪💪
penasaran nih masalalu apa yg udah bikin mereka jadi kayak sekarang penasan banget nih tour semangat nungguin up mu tour 💪💪💪😘 semangat tour semoga sehat selalu 💖😘
2023-05-04
1