Setelah luka dikompres air hangat kurang lebih tiga menit, Khaisan menutup luka dengan menempel perban steril miliknya yang lebih lebar dari perban sebelumnya. Perban sebelumnya yang didapat dan direkat oleh dokter Pooh Long saat kontrol beberapa hari lalu.
Khaisan melakukan dengan serius dan sungguh-sungguh. Tidak ingin asal membersihkan atau merawatnya. Meskipun Khaisan sadar, bisa jadi sampai di rumah sakit, dokter akan segera membukanya dan mencampakkan begitu saja. Demi menggantinya dengan yang baru.
Perawatan yang dilakukan sang pengawal selesai. Bersamaan dengan masuknya Mariah membawa irisan alpukat ke dalam kamar.
"Cut Ha, kamu harus duduk lagi. Isilah perutmu, obat itu harus kamu minum sekali lagi malam ini. Setelah itu kamu akan kubawa ke rumah sakit besar Nagoya."
Khaisan berdiri sejenak dan kemudian kembali membungkuk. Menyelip tangan lagi untuk mendudukkan Cut Ha dengan benar. Kali ini ada selimut tebal yang melapisi kulit Cut Ha.
"Mariah, suapi nonamu dengan alpukat itu. Setelahnya, minumkan obat di atas laci seluruh jenisnya. Masing-masing satu, Mariah." Khaisan memberi pesan pada Mariah, sepertinya akan pergi keluar kamar.
"Siap itu, pengawal Khaisan!" seru Mariah seperti biasanya.
"Mariah!" Khaisan kembali berseru kecil sambil memegangi daun pintu.
"Yaaa!" sahut Mariah siaga.
"Pilihkan baju yang bisa dibuka di belakang dengan mudah. Kamu pakaikan sekalian, Mariah!" seru Khaisan.
Lelaki itu benar-benar lenyap setelah mendapat anggukan dari Mariah padanya. Cut Ha juga terlihat memandang perginya dengan tatapan redup dan sayu.
Khaisan dengan cepat melesat ke dalam kamar di seberang. Melepas kancing kemeja panjangnya buru-buru sambil berjalan ke kamar mandi. Merasa harus segera membersihkan diri sebersih mungkin dari kemungkinan terkena noda darah dan luka di bajunya. Jika memungkinkan, Khaisan akan peduli dengan perkara seperti ini.
Lelaki tampan itu keluar dari kamar dengan penampilan yang bersih dan segar. Berjalan cepat menghampiri pintu kamar di seberang. Merasa waktu dua puluh menit yang habis untuknya membersihkan diri, juga cukup untuk Mariah melakukan apa yang dipesankannya tadi untuk Cut Ha.
"Sudah selesai, Mariah??" tanya Khaisan pada Mariah.
Namun, pandangan matanya terus berlabuh pada Cut Ha. Wanita yang tadi sangat lemah, kini nampak rapi dan sudah bertukar baju tidur lainnya dengan zipper di belakang. Rambut panjang itu juga telah diikat dan dikepang rapi ke belakang sekedarnya. Tidak terlalu tinggi seperti yang biasa disuka oleh Cut Ha. Menduga jika itu adalah Mariah yang melakukan.
"Semua sudah, pengawal Khaisan," sahut Mariah setelah memandang Cut Ha sejenak.
"Kamu juga ikut ke rumah sakit. Kuberi waktu untukmu bersiap dengan cepat. Semua pintu dan jendela sudah kuperiksa. Kuncilah pintu utama baik-baik saat kamu keluar, Mariah!" seru Khaisan sambil mendekati Cut Ha di ranjang.
"Ya.Ya.Ya!! Akan ikut aku! Tunggu aku di mobil dalam garasi, pengawal Khaisan!" seru Mariah yang kemudian menghilang cepat dari pintu kamar Cut Ha.
"Kamu mau apa?!" seru lirih Cut Ha bertanya.
Dahi Khaisan berkerut sejenak. Gerakan tangannya yang akan menyelip di bawah kaki dan pinggang Cut Ha pun terhenti seketika.
"Mengangkat kamu ke garasi," sahut Khaisan datar.
"Aku jalan sendiri," tukas Cut Ha dengan suaranya yang masih terdengar gemetar.
"Kamu bisa?" tanya Khaisan merasa ragu.
"Hanya jalan, aku bisa," sahut Cut Ha dengan pandangan meminta.
Khaisan segera menarik tangan dan meluruskan tubuh. Lalu sedikit mundur ke belakang. Memberi ruang agar Cut Ha turun dari ranjang dan berjalan.
Cut Ha sedang melakukan apa yang diinginkan. Wanita itu telah berdiri pelan dan mencoba berjalan. Namun, kakinya berhenti dan tidak lagi melangkah. Tapi menoleh dan memandang pada Khaisan.
"Ada apa?" tanya Khaisan cepat dan tanggap.
"Tolong, peganglah aku," sahut Cut Ha dengan lirih dan seperti terpaksa berkata.
Khaisan tidak ingin membuat Cut Ha merasa lebih segan lagi. Segera disambarnya tangan Cut Ha dengan menggenggam rapat telapak tangannya.
Namun, Cut Ha berusaha mengibas dan melepaskannya tanpa bersuara. Khaisan pun melonggarkan dan melepaskan lagi.
Tangan Cut Ha merambat memegang lengan tangan Khaisan dengan erat.
Rupanya, seperti itulah yabg dimaksud Cut Ha. Khaisan pun terus diam tanpa berkomentar. Wanita itu mulai berjalan dengan berpegang erat di lengan tangannya.
Meski ingin cepat pergi ke rumah sakit, Khaisan memilih bersabar mengikuti langkah Cut Ha yang berjalan agak lambat. Merasa tidak ingin mematah keinginan Cut Ha yang masih berusaha nampak kuat dan cepat. Khaisan tidak ingin mendebatnya.
Mereka baru saja melewati pintu saat tiba-tiba Cut Ha berhenti dan memegangni lengan tangan Khaisan dengan kedua tangan. Kini Cut Ha telah menggayut dengan kuat di lengan Khaisan.
"Pengawal Khaisan, aku tidak sanggup," ucap Cut Ha dengan suara tercekat. Mungkin telah benar-benar lemah dan merasa bisa jadi akan pingsan.
"Pegang leherku, Cut," sambut Khaisan cepat dengan tenang. Seraya menyambar pinggang dan kaki Cut Ha dengan mudah.
Khaisan membawa Cut Ha dengan mudah dan berjalan tenang menuju garasi. Tangan yang masih terasa panasnya itu sedang mengalung erat di lehernya.
Kesadaran Cut Ha masih terus terjaga dan mungkin sedang merasa canggung yang sangat. Wajahnya terus berpaling jauh, tidak ingin dipandang atau juga memandang sang pengawal yang sedang membopongnya. Cut Ha masih bisa menanggung rasa segan dan kikuk. Ditengah rasa gemetar tak berdaya sebab demam dan lukanya.
Khaisan telah sukses mendudukkan Cut Ha di kursi belakang. Mariah datang tak lama kemudian.
"Terimakasih," ucap Cut Ha saat Khaisan akan menarik dirinya setelah meletak Cut Ha di kursi.
"Sudah tugasku. Kamu jangan merasa segan," sahut Khaisan sambil menjauhkan diri dari Cut Ha.
"Mariah, temani nona Cut Ha," ucap Khaisan setelah berdiri di luar. Mariah masuk ke dalam yang kemudian ditutup pintunya oleh Khaisan.
"Mariah, apa security jaga sudah kamu hubungi?" tanya Khaisan dari kursi kemudi.
"Sudah itu. Sebentar lagi security akan merapat depan rumah, pengawal Khaisan!" sahut Mariah dengan resah.
Khaisan tidak lagi bersuara. Telah mulai meluncur meninggalkan garasi dan rumah. Melewati pagar toko yang dibukakan khusus oleh seorang security yang berjaga.
Kini mobil yang dibawa Khaisan telah membelah jalanan dengan laju super kencang. Menuju arah rumah sakit besar internasional di Nagoya. Merasa tidak sabar untuk segera mencapainya. Sebab sangat cemas dengan sang tuan yang sedang terancam sebab bahaya lukanya.
🕸🕸🍓🍓🕸🕸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
As Lamiah
semangat tour semoga sehat selalu di tunggu juga kedekatan dan kehangatan hati cut ha pada kaishang semoga mereka sama sama saling sabar menjalani proses perubaha yg baik 💪💪💪 semangat tour semoga sehat selalu 💪😘😘
2023-05-09
0
Sarah Kareem
lanjut kak makin seru
2023-05-09
0