Dokter tidak menahan Cut Ha dengan lama di rumah sakit. Bahkan hanya sempat mendapat perawatan intensif di UGD atau Unit Gawat Darurat saja, tanpa dialihkan ke ruang pribadi perawatan.
Sebab belati yang digunakan oleh perampok tidak jelas wujudnya, dokter memutuskan memberikan Cut Ha sebuah suntikan anti tetanus. Selain suntik, juga menghabiskan dua kantung infus dengan kandungan tinggi nutrisi dan vitamin.
Selain kondisi luka yang cepat kembali aman dan stabil, Cut Ha juga kukuh menolak di rawat inap. Namun, memilih dan memohon untuk mendapatkan rawat jalan di rumah saja. Dokter pun mengiyakan permohonan si pasien.
Dan ini adalah hari ke empat sejak peristiwa sakit di malam yang mencemaskan itu. Ketangkasan Maria dalam merawat, serta kesiagaan Khaisan yang sigap dan cepat, tidaklah sia-sia. Setelah patuh dengan anjuran dokter serta jagaan Khaisan yang mengharuskan istirahat, Cut Ha telah segar bugar kembali.
"Mau ke mana, pengawal Khaisan?! Tak makan siang dulu, anda?!"
Mariah berseru dari dapur saat Khaisan pergi ke meja makan dan mengambil air putih untuk diminumnya. Cut Ha yang duduk santai di depan televisi pun menoleh. Telah paham akan pergi ke mana Khaisan. Lelaki itu telah rapi dengan baju yang sudah ditukar dan beraroma wangi segar.
"Aku akan makan di luar, istirahatku dua jam siang ini. Hari ini adalah jum'at, Mariah!" sahut Khaisan sambil berdiri. Satu gelas besar penuh air putih telah diminumnya sampai habis.
"Shalat Jum'at, kaah?!" tanya Mariah lagi ingin lebih memastikan.
"Benar, Mariah!" sahut Khaisan yang berjalan menuju pintu membenarkan.
"Tunggu, pengawal Khaisan!" Tiba-tiba Cut Ha pun berseru dari ruang sofa.
Lelaki yang merasa diseru, berhenti di depan pintu. Menolehkan kepala dan badan pada Cut Ha dengan pandangan bertanya.
"Aku bosan berdiam terus di rumah. Boleh aku ikut denganmu?" tanya Cut Ha dengan nada memohon.
"Tapi aku buru-buru. Aku tidak ingin terlambat jika harus menunggumu berdandan," sahut Khaisan nampak keberatan. Paham dengan syarat wajib Cut Ha sebelum keluar dari rumah.
"Aku begini saja. Aku tidak berdandan!" sahut Cut Ha sambil berdiri dan tergesa mendekat ke pintu.
Khaisan sejenak memandang Cut Ha yang tampilannya memang selalu rapi saat siang. Berbeda dengan malam yang selalu mengenakan baju tidur. Hanya saja baju Cut Ha kali ini tanpa lengan.
"Baiklah, cepatlah!" sahut Khaisan akhirnya sambil berjalan lagi melewati pintu rumah.
"Kita pakai taksi?!" seru Cut Ha saat melihat sebuah taksi menyandar di luar pagar. sedang dirinya juga sambil menggenggam kunci mobil.
"Kamu keberatan?Kamu pergilah ke garasi. Akan kubatalkan dulu taksiku!" ujar Khaisan tanpa berhenti berjalan.
Cut Ha tidak menyahut dan hanya memandang Khaisan yang telah melesat mendekati taksi. Nampak berbicara dengan sopir itu di pintu. Tak lama taksi pun pergi setelah Khaisan membayar ganti uang sewa.
"Kamu tidak suka aku ikut??" tanya Cut Ha yang tiba-tiba merasa segan. Khaisan telah meluncur kencang membawanya melewati pagar toko.
"Sebenarnya tidak masalah. Tapi aku terlanjur memiliki rencana pada istirahatku kali ini. Kamu tidak akan mengeluh dengan mengikutiku?" Khaisan justru bertanya balik pada Cut Ha. Lelaki itu menoleh dan memandang.
"Aku tidak apa-apa." Cut Ha menjawab dengan nada yang segan.
Khaisan kembali nemandang jalanan tanpa mengangguk atau memberi tanggapan yang lain. Lelaki itu telah fokus pada kemudinya kembali.
Keinginan menggebu untuk melihat udara luar dengan mengikuti sang pengawal, serasa menguncup. Kala sadar jika waktu dua jam ke depan adalah waktu istirahat Khaisan yang privasi.
Bisa jadi Khaisan merasa bosan bersamanya. Ini adalah peluang lelaki itu mempunya urusan yang pribadi. Juga telah menyusun rencana seperti yang baru saja dikatakan. Cut Ha jadi merasa segan sekaligus tidak enak hati.
Khaisan telah mengajukan istirahat dua jam sekaligus, hanya khusus saat siang di hari jumat. Sedang di hari lain, waktu istirahat pengawal itu adalah tiga puluh menit setiap waktu shalat dengan tambahan dua jam saat malam. Cut Ha tidak terlalu paham pukul berapa saat malam. Yang dia ingat, Khaisan selalu ada di ruang sofa atau menyambut memantau saat Cut Ha keluar dari kamar kala malam.
"Mungkin aku agak lama, Cut. Selepas shalat Jumat, aku ingin menemui kepala agensi pengawalan." Khaisan berpesan saat tiba di pelataran. Tengah bersiap untuk keluar dan mengikuti jamaah shalat Jum'at.
"Boleh kupinjam kacamatamu dan jaketmu?" tanya Cut Ha. Dia tau Khaisan menyimpan kacamata dan sweater di laci dashboard.
"Kamu mau ke mana??" tanya Khaisan buru-buru.
"Jika saja aku haus," jawab Cut Ha tanpa memandang Khaisan.
"Kamu bawa uang??" tanya Khaisan. Wajahnya samar tersenyum.
Cut Ha nampak terkejut. Ingat jika dirinya tak membawa apapun. Bahkan identitas sekalipun.
"Aku menunggu di dalam saja," sahut Cut Ha akhirnya. Keinginan untuk keluar dan membeli sesuatu ke swalayan di samping masjid diurungkan.
"Pergilah beli jika kamu ingin. Jangan jauh-jauh. Meski saat ini adalah free timeku dan aku boleh tidak menanggungmu, tapi kamu pergi ikut denganku. Jadi jangan sesukamu," pesan Khaisan dengan tegas. Lelaki itu sambil meletak beberapa lembar uang rupiah di atas pangkuan Cut Ha dengan cepat.
"Hati-hati, Cut Ha," pesan Khaisan sebelum menutup pintu. Cut Ha hanya memegangi uang-uang kertas itu dengan pandangan termangu.
Khaisan berjalan buru-buru meninggalkan area parkir masjid menuju ke serambi. Khutbah Jumat yang dilakukan sebelum shalat Jumat itu telah berakhir. Sang khatib telah menyampaikan salam dan para jamaah sedang menjawabnya. Termasuk Khaisan yang menyahut salam itu sambil tergesa berjalan.
🕸🕸🍓🍓🕸🕸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
As Lamiah
pasti cut ha penasaran tuh sama kaishang nak kemane kah fretam di gunakan jd cut ha rada kepo tuh 🤭💘sepertinya ya tour 💪💪😘 semangat tour semoga sehat selalu
2023-05-10
0
Sarah Kareem
apakah akan terjadi sesuatu setelah ini? maybe ada copet 😁
2023-05-09
2