15. Luka Yang Sakit

Telah dua puluh lima menit berlalu. Khaisan baru keluar dari kamar untuk menyelipkan shalat isya. Namun, tidak nampak juga Cut Ha di depan televisi. Sofa lebar itu masih kosong tanpa penghuni yang biasanya.

"Apa nonamu juga belum keluar, Mariah??" tanya Khaisan pada Mariah yang nampak mengantuk dalam rebahnya. Televisi itu sudah mulai menonton onggokan tubuh Mariah yang berselimut. Mariah mendongak terkejut.

"Eh, belum nampak keluar juga itu dia, pengawal Khaisan!" sahut Mariah. Kini telah meloncat bangun dan duduk.

Ceklerk!

Khaisan dan Mariah bersamaan menoleh ke arah pintu kamar Cut Ha.

"Mariah!" seru Cut Ha dari dalam kamar yang hanya suara saja terdengar. Wanita itu tidak nampak menyembul keluar. Khaisan bergegas mendekati kamar dan disusul oleh Mariah.

"Kenapa tidak keluar, kenapa nona Cut Ha panggil saya?!" tanya Mariah cepat.

Mariah telah berdiri di pintu dengan Khaisan di belakangnya. Cu Ha berdiri di dalam dan kini bisa terlihat sosoknya.

"Mariah, masuklah. Tutuplah pintunya," ucap Cut Ha dengan lirih. Namun, Khaisan bisa mendengar gemetar suaranya sebelum pintu kamar benar-benar ditutup oleh Mariah.

Khaisan menjauhi kamar Cut Ha. Berdiri di depan kamarnya sendiri dan menyandar punggung di dinding. Mengeluarkan ponsel dan menyimak layar beningnya. Sang bodyguard sedang mencari barangkali ada dokter umum yang praktek malam-malam seperti ini.

Pintu kamar di seberang sedang dibuka dan Khaisan segera mendekati. Namun, hanya Mariah yang muncul dan menutup pintu lagi buru-buru. Lalu menyambar lengan kemeja Khaisan dan menariknya agak jauh dari pintu kamar.

"Ada apa Mariah??" tanya Khaisan dengan menghentikan tarikan Mariah. Mereka berdua telah berdiri di ujung kamar Cut Ha.

"Nona Cut Ha, sakit itu lukanya. Dia minta aku tukar perban, takut aku. Pergi panggil dokter, pengawal Khaisan!" Mariah berkata sangat panik.

Khaisan tidak lagi berkata-kata. Segera berbalik dan berjalan mendekati pintu kamar. Lalu menyelip masuk di pintu yang tidak dikunci. Cut Ha sedang tidur tengkurap dengan selimut rapat sebatas leher. Mungkin Mariah yang telah menyelimuti dengan rapi.

"Cut, apa kamu merasa lukamu sakit dan meradang? Mana obat terakhir yang kemarin diberi dokter Pooh Long?" tanya Khaisan dengan sedikit membungkuk.

"Pengawal Khaisan, kenapa kamu masuk ke dalam kamarku?? Mana Mariah??" sahut Cut Ha yang lirih terdengar.

"Di mana kamu letak obatmu??" tanya Khaisan kembali. Abai dengan protes Cut Ha padanya.

"Di atas laci, tapi aku sudah meminumnya tadi. Jangan suruh aku minum lagi," sahut Cut Ha lirih. Masih tanpa gerakan dengan tidur yang terus tengkurap.

Khaisan segera menyapukan mata mencari keberadaan laci di kamar. Sebuah meja yang tersusun banyak laci ada di pojok kamar. Khaisan segera mendekati dan memeriksa meja laci. Menyambar obat itu dan memeriksanya. Kemudian meletaknya lagi dengan kasar dan berjalan mendekati ranjang Cut Ha.

"Sejak pergi kontrol, ini sudah tiga hari. Bermakna kamu hanya minum obat dua kali saja? Itupun dengan yang baru saja tadi? Pukul beraba kamu minum tadi, Cut?" tanya Khaisan dengan menahan ekspresi geramnya.

Tidak menyangka jika Cut Ha benar-benar ceroboh dan cenderung tidak peduli. Tapi bagaimana wanita itu bisa sukses dengan usahanya? Khaisan merasa sangat heran.

"Aku lupa," sahut Cut Ha dengan menggerakkan kepalanya.

"Bangunlah cepat, Cut. Aku akan membawa kamu ke rumah sakit besar Nagoya," Khaisan berkata tegas di tepi ranjang. Menenggelamkan rasa cemas hatinya.

"Tidak, aku tidak mau. Besok saja ke tempat Pooh Long," sahut Cut Ha bersikeras.

"Apa kamu punya kapas?" tanya Khaisan dengan cepat.

"Belanjaku siang tadi kamu letak mana? Ada di sana," jelas Cut Ha dengan suara yang kecil. Wanita itu sedang menahan rasa sakit.

Khaisan telah melesat ke garasi. Mengambil barang belanja Cut Ha dari bagasi mobil yang lupa tidak dibawa ke dalam. Lalu diletaknya di lantai ruang televisi dengan diambilnya kapas untuk dibawa ke kamar Cut Ha.

"Akan kulihat lukamu, bangunlah," ucap Khaisan yang kemudian menjauh dari ranjang.

Khaisan pergi cepat ke kamarnya, mengambil kotak obat miliknya yang selalu dia bawa saat tugas. Pekerjaan yang digeluti, tidak menutup kemungkinan jika dirinya akan terluka kapan saja.

"Bangunlah, Cut Ha," ucap Khaisan lagi. Cut Ha masih tidur tengkurap saat dirinya kembali ke dalam kamar.

"Jika kubersihkan dengan tengkurap, lukamu yang kadaluarsa itu takutnya masuk ke pembuluh darah bersama cairan pembersih. Bangunlah," ucap Khaisan menjelaskan.

Cut Ha nampak bergerak, namun terlihat susah untuk bangun. Merasa tidak sabar dengan kelambanan yang dilihat, Khaisan menyelipkan tangan ke dada Cut Ha dengan cepat. Berniat membantunya bangun dan duduk dengan baik.

Tangan Cut Ha mencengkeram lemah tangan Khaisan tiba-tiba. Namun juga mengendur perlahan dengan sendirinya.

"Hanya kubantu bangun, Cut. Kamu tanggung jawabku. Tolong, mudahkan tugasku. Kamu hanya perlu merasa percaya," ucap Khaisan membujuk menenangkan.

Cut Ha kemudian mengangguk samar. Khaisan merasa lega dan segera menggunakan tenaganya untuk mendudukkan Cut Ha.

"Kamu tidak memakai baju?" tanya Khaisan dengan nada yang biasa. Meski ekspresi wajahnya baru saja terkejut.

"Mariah sempat melepasnya. Tapi justru lari keluar dan tidak kembali," jawab Cut Ha dengan sangat lirih dan tersendat. Tidak ada daya raganya. Bahkan untuk menunjukkan rasa malu dan harga dirinya sekalipun.

Khaisan menghirup nafas dalam sebelum menarik Cut Ha agar duduk. Kulitnya sangat halus namun terasa begitu panas.

"Pegangi selimut ini," ucap Khaisan. Selimut di punggung Cut Ha telah ditarik ke depan agar menutupi area dada dan perut. Yang disambut erat oleh Cut Ha. Kakinya masih bercelana tidur yang panjang.

"Tahan sakitnya, Cut," ucap Khaisan dengan serak.

Perban basah oleh darah itu telah dilepasnya dengan hati-hati namun cepat. Bau air NaCL 0,9% atau juga saline, samar-samar tercium di ruangan. Khaisan menggunakan air infus untuk membersihkan luka basah menganga itu dengan kapas. Punggung dan tangan Cut Ha nampak tegang dan kaku. Khaisan menduga jika Cut Ha sedang menahan sakit dalam bungkam.

"Inimu kulepas saja, Cut. Aku kesusahan membersihkan. Perbanku juga lebih lebar dari perban dokter Pooh Long," ucap Khaisan dengan tenang. Meski rasanya agak segan. Cut Ha hanya mengangguk lemah dan pasrah. Raganya sudah seperti tiada daya dengan jiwa yang terasa akan terbang.

Tali pengaman dada telah terlepas pengaitnya. Dengan menahan rasa tegang nyalinya, disibak ke tepi tali itu. Kini, Khaisan merasa lebih mudah untuk kembali membersihkan, hingga merasa benar-benar jadi bersih.

"Kamu tidurlah tengkurap lagi, Cut. Sehabis kutukar perban, kamu tetap akan kubawa ke rumah sakit. Keadaanmu mencemaskan," ujar Khaisan. Sadar dengan kondisi Cut Ha yang sedang demam tinggi.

Khaisan memandang sekeliling dan menyambar handuk lebar yang dibentang. Punggung indah itu telah rapi ditutupinya dengan handuk. Khaisan kembali melesat keluar kamar dan menjumpai Mariah yang duduk siaga di sofa.

"Mariah, apa ada yang bisa di makan, nonamu?" tanya Khaisan pada Mariah yang segera berdiri.

"Aku buatkan bubur nasi, bagaimana??" tanya Mariah nampak resah.

"Terlalu lama, ada yang lain Mariah??" tanya Khaisan lagi.

"Pisang ada, alpukat ada," jawab Mariah cepat namun merasa ragu.

"Bagus Mariah, kupaskan alpukat saja," sahut Khaisan dengan lega.

Khaisan ingat jika Cut Ha sempat membeli buah alpukat saat berbelanja dengan Velingga di swalayan. Mungkin Mariah lah yang telah membeli pisang.

"Mariah, jika sudah, antar irisan alpukat itu ke kamar nonamu!" Khaisan berpesan pada Mariah sebelum kembali ke dalam kamar Cut Ha.

Tangannya sedang membawa air hangat di mangkuk. Khaisan akan mengompres luka itu terlebih dulu, sebelum kemudian diperban tempel olehnya.

🕸🕸🍓🍓🕸🍎🍎🕸🕸

🍓🍓🕸🕸🍎🍎🕸🕸

Terimakasih untuk kakak2 readers yang udah nyantolin votenya...

Yang belum jangan lupa.. 🙏😘

Terpopuler

Comments

orchid

orchid

besok pagi up lg thor... penasaran seru ini..

2023-05-09

0

Sarah Kareem

Sarah Kareem

lanjut kak.. tambah seru ni..

2023-05-08

0

lihat semua
Episodes
1 01. Tarif Kawalan
2 02. Deal
3 03. Rumah Bertugas
4 04. Putra?
5 05. Kunci Mobil
6 06. Luka Tusuk
7 07. Uang Cash
8 08. Cut Ha & Dias
9 09. Cut Ha is Keke
10 10. Penjahat Khaisan
11 11. Lima Tahun Lalu
12 12. Tanpa Dendam
13 13. Lelaki Baik
14 14. Luka
15 15. Luka Yang Sakit
16 16. Ke Rumah Sakit
17 17. Ikut Jum'atan
18 18. Sorban Cantik
19 18. Home Stay Te Ka
20 20. Boss Kha
21 21. Dipanggil Pulang
22 22. Andres
23 23. Pendapat Menggantung
24 24. Felix
25 25. Ortuku Datang
26 26. Jumpa Andres
27 27. Payung
28 28. Teror
29 29. Khilaf
30 30. Lambat
31 31. Cut Ha
32 32. Di Mana Mereka
33 33. Dengan Felix
34 34. Dengan Felix
35 35. Terciduk
36 36. Aman
37 37. Otewe Pulang
38 38. Otewe Pulang
39 39. Berdua
40 40. Berdua
41 41. Jogging
42 42. Cut Ha Mengikut
43 43. Mommynya
44 44. Tidak Perlu Dijaga
45 45. Elvira
46 46. Asisten Wanita
47 47. Menunggu
48 48. Petik Anggur
49 49. Video Renang
50 50. Bertemu Andres
51 51. Tempat Acara Bertunang
52 52. Seperti Cut Hanah
53 53. Tak Enak Badan
54 54. Jagalah Dekat
55 55. Susah Tidur
56 56. Menikah Denganku
57 57. Minta Izin
58 58. Berpisah
59 59. Menghilang
60 60. Khaisan Dan Errushqi
61 61. Nama Bodyguard
62 62. Cemburu
63 63. Bantuan
64 64. Tak Sebanding
65 65. Khilaf
66 66. Terakhir Bersama
67 67. Dikembalikan
68 68. Berpisah
69 69. Lambat
70 70. Pesan Terakhir
71 71. Dua Tahun Kemudian..
72 72. Dipilih dan Memilih
73 73. Banyak Diminati
74 74. Menawarkan Diri
75 75. Pria Pengecut
76 76. Diharap Hamil
77 77. Luluh
78 78. Bercak Hasrat
79 79. Andreas Abdullah
80 80. Dibayar Mahal
81 81. Sepakat
82 82. Diantar Datang
83 83. Beda Kamar
84 83. Pindah Kamar
85 85. Menjumpai Andres
86 86. Di Sekap
87 87. Shirakhi San
88 88. Diantar Pulang
89 89. Gadis
90 90. Tiga Bulan Kemudian
Episodes

Updated 90 Episodes

1
01. Tarif Kawalan
2
02. Deal
3
03. Rumah Bertugas
4
04. Putra?
5
05. Kunci Mobil
6
06. Luka Tusuk
7
07. Uang Cash
8
08. Cut Ha & Dias
9
09. Cut Ha is Keke
10
10. Penjahat Khaisan
11
11. Lima Tahun Lalu
12
12. Tanpa Dendam
13
13. Lelaki Baik
14
14. Luka
15
15. Luka Yang Sakit
16
16. Ke Rumah Sakit
17
17. Ikut Jum'atan
18
18. Sorban Cantik
19
18. Home Stay Te Ka
20
20. Boss Kha
21
21. Dipanggil Pulang
22
22. Andres
23
23. Pendapat Menggantung
24
24. Felix
25
25. Ortuku Datang
26
26. Jumpa Andres
27
27. Payung
28
28. Teror
29
29. Khilaf
30
30. Lambat
31
31. Cut Ha
32
32. Di Mana Mereka
33
33. Dengan Felix
34
34. Dengan Felix
35
35. Terciduk
36
36. Aman
37
37. Otewe Pulang
38
38. Otewe Pulang
39
39. Berdua
40
40. Berdua
41
41. Jogging
42
42. Cut Ha Mengikut
43
43. Mommynya
44
44. Tidak Perlu Dijaga
45
45. Elvira
46
46. Asisten Wanita
47
47. Menunggu
48
48. Petik Anggur
49
49. Video Renang
50
50. Bertemu Andres
51
51. Tempat Acara Bertunang
52
52. Seperti Cut Hanah
53
53. Tak Enak Badan
54
54. Jagalah Dekat
55
55. Susah Tidur
56
56. Menikah Denganku
57
57. Minta Izin
58
58. Berpisah
59
59. Menghilang
60
60. Khaisan Dan Errushqi
61
61. Nama Bodyguard
62
62. Cemburu
63
63. Bantuan
64
64. Tak Sebanding
65
65. Khilaf
66
66. Terakhir Bersama
67
67. Dikembalikan
68
68. Berpisah
69
69. Lambat
70
70. Pesan Terakhir
71
71. Dua Tahun Kemudian..
72
72. Dipilih dan Memilih
73
73. Banyak Diminati
74
74. Menawarkan Diri
75
75. Pria Pengecut
76
76. Diharap Hamil
77
77. Luluh
78
78. Bercak Hasrat
79
79. Andreas Abdullah
80
80. Dibayar Mahal
81
81. Sepakat
82
82. Diantar Datang
83
83. Beda Kamar
84
83. Pindah Kamar
85
85. Menjumpai Andres
86
86. Di Sekap
87
87. Shirakhi San
88
88. Diantar Pulang
89
89. Gadis
90
90. Tiga Bulan Kemudian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!