Khaisan telah kembali empat puluh menit kemudian. Wajah tegangnya berubah heran saat memandang Cut Ha sedang duduk tegak dengan wajah yang cemas.
"Ada apa denganmu, Cut?" tanya Khaisan dengan duduk perlahan di kursi kemudinya.
"Aku bingung. Bagaimana iniiii,,,?" tanya Cut Ha sangat galau.
Khaisan membiarkan kebingungan Cut Ha. Merasa jika wanita itu pasti akan mengatakan sendiri tentang sebab galaunya.
Dengan tenang, Khaisan memutar kunci kemudi. Bermaksud ingin segera pergi dari pelataran.
"Pengawal Khaisan!" Cut Ha menegur tiba-tiba sambil menyentuh tangan Khaisan agar tidak lagi bergerak. Khaisan terdiam dengan memandang lekat wajah Cut Ha yang nampak kian bingung.
"Velingga ingin bertemu denganku,, bagaimana ini,,??" tanya Cut Ha agak panik. Khaisan semakin tak mengerti.
"Lalu apa yang salah? Temui saja temanmu itu. Di mana?" tanya Khaisan dengan nada yang santai.
"Tapi aku tidak bawa kerudung." Ucapan Cut Ha semakin membingungkan.
"Dia sahabat kamu, Cut. Kupikir dia akan menerima apapun dirimu," sahut Khaisan.
Masih ingat jika Velingga dulu adalah gadis yang peka dan mudah memahami. Hanya satu sayangnya, Velingga tidak mau menerima dirinya kembali. Mungkin juga sebab adanya Errushqi, lelaki baru yang saat itu telah menggeser namanya dari hati Velingga.
"Tapi aku tidak ingin turun wibawaku di depan Velingga. Apa kamu lupa, mantan kamu dulu tidak berkerudung? Apa kamu tidak penasaran, kenapa dia jadi berkerudung?" tanya Cut Ha dengan memburu.
"Aku sudah tidak ingin tahu apapun tentang Velingga. Aku hanya berusaha mendengar jika kamu ingin bercerita padaku, Cut," ucap Khaisan dengan tenang.
"Dia patah hati berat sebab kamu putuskan. Dia down. Tidak ada yang peduli. Hanya akulah yang peduli. Aku yang selalu menyemangati. Aku yang membuatnya berkerudung dulu itu. Sekarang jika aku tanpa kerudung, kan malu?!" terang Cut Ha dengan setengah emosi sendiri.
Meskipun terkejut, Khaisan berusaha terlihat santai dan tenang. Lalu menoleh Cut Ha dengan tatapan salutnya.
"Maaf tentang itu. Kuanggap jika itu memang sudah jalan takdirku. Takdir sebab agar aku dan Velingga tidak jodoh. Kamu adalah sahabatnya yang sangat baik, Cut."
"Tapi,, akhirnya kamu justru suka dengannya?" tanya Khaisan akan fakta yang tidak pernah bisa dipahami sekaligus dilupakan.
"Aku sedang tidak ingin membahas lagi hal itu." Cut Ha berkata agak sengit.
"Ya sudah, tidak usah ditemui. Bilanglah sedang tidak ada waktu. Nyatanya aku memang sedang terburu-buru, Cut." Khaisan memberi solusinya dengan santai.
"Tapi dia sudah meneleponku, aku bilang aku ada di sini. Ternyata, diapun di sini, ikut suaminya," ucap Cut Ha kembali nampak galau.
"Ya sudah, tutupi saja kepalamu dengan yang ada," sahut Khaisan.
"Apa yang ada? Aku ini tidak ada apa-apa," Cut Ha setengah mengeluh dan menggerutu.
"Ini, pakai saja iniku." Khaisan berkata sambil menunjuk kain putih bergaris hitam halus yang masih tersangkut di pundaknya. Lalu cepat melepasnya dan mengulurkan pada Cut Ha.
"Apa? Maksudmu sorban? Sorbanmu?" tanya Cut Ha dengan nada kebingungan. Namun, diterima juga uluran kain itu dari Khaisan.
"Di laci dashboard ada sekotak jarum dan peniti yang sudah kamu simpan. Sepertinya kamu sudah biasa membuka dan menutup kepalamu?" tanya Khaisan tanpa memandang Cut Ha di sampingnya.
Khaisan membuka ponsel untuk mengabari seseorang yang berencana akan ditemui. Mengabarkan jika pertemuan mereka sedikit diundur sebab ada keperluan pribadi yang mendadak.
"Apakah seperti ini tidak terlalu aneh?" Cut Ha bertanya tentang hasil kerudung sorbannya pada Khaisan.
Lelaki itu menahan nafas. Tidak menyangka jika sorbannya akan menjadi kerudung indah yang menutup di kepala Cut Ha. Menyisakan wajah cantiknya untuk semakin nyaman dipandang.
Wanita itu nampak anggun dan mempesona. Cut Ha amat lihai membentuk model kerudung di kepala dengan cepat. Memasang dengan sempurna meski tanpa cermin besar di depannya. Cut Ha hanya bercermin di spion luar sisi kiri.
"Kamu pintar, Cut. Kamu sangat cantik dengan sorban itu. Apa orang tuamu tidak ada rencana mencarikan jodoh untukmu lagi?" tanya Khaisan terus terang dengan penilaiannya. Cut Ha berpaling wajah ke samping dan kemudian menunduk.
"Iya, mereka selalu berusaha membujukku. Mungkin akhir bulan ini, akan ada yang dikenalkan padaku lagi," sahut Cut Ha sambil menarik ujung sorban ke arah perutnya.
"Kamu tidak keberatan?" tanya Khaisan nampak menoleh seksama.
"Biasnya aku selalu menolak dan keberatan. Tapi kali ini ayahku sangat memohon. Kupikir siapa tahu aku akan suka dan orang itu mau menerimaku seadanya," jelas Cut Ha akan rencana orang tua untuknya.
Khaisan yang terus menyimak, perlahan berpaling dan memandang ke depan sejenak.
"Di mana kamu akan menemui sahabatmu?" tanya Khaisan akan tujuan Cut Ha semula. Lelaki itu pun ingin cepat pergi dan menemui seseorang yang tadi dihubunginya.
"Dia menunggu di pintu depan. Kami hanya akan say hello sebentar saja. Kurasa suami Velingga pun sedang buru-buru," terang Cut Ha sambil meluruskan arah duduk dan punggungnya.
"Kita ke sana sekarang," ucap Khaisan dengan menoleh pada Cut Ha. Memastikan jika kerudung sorban itu sudah sempurna menutup di kepala cantiknya.
Khaisan bergerak lamban menuju pintu keluar area parkir. Berantri dengan kendaraan lain, baik roda empat ataupun roda dua. Semua nampak tergesa, mungkin mereka harus cepat sampai kembali di tempat kerja semula.
"Itu mereka,," ucap Cut Ha sambil menuding. Khaisan telah berhasil keluar dari area parkir dan kini sedang menyisir lambat jalanan di samping trotoar.
"Keluarlah, aku tunggu di sini," ucap Khaisan dengan nada yang datar.
"Kamu tidak ikut menemui?" tanya Cut Ha memandang Khaisan.
"Aku tidak wajib ikut menemui, Cut. Lagipula ini jam cutiku," ucap Khaisan sambil membuka laci dashboard. Mengeluarkan kaca mata hitam dan dipakainya.
"Eh, iya. Baiklah, tunggulah sebentar. Akan kutemui sendiri mereka." Cut Ha akan turun dengan membuka pintu di sampingnya.
Namun, Cut Ha tidak jadi turun. Terkejut saat lengannya tertahan. Khaisan sedang memegangnya.
"Ada apa?" tanya Cut Ha terlihat agak gugup.
"Kamu pakai kerudung, tapi lenganmu terbuka?" tanya Khaisan sambil melepaskan cekalannya dengan cepat.
"Eh, iya, aku lupa. Pinjam jaketmu,," ucap Cut Ha nampak canggung. Khaisan hanyalah mengangguk. Memandang Cut Ha yang nampak segan saat mengambil jaketnya dari laci dashboard dan lalu dipakainya. Kebesaran dan longgar, tapi tetap baik dilihat.
Cut Ha tidak lagi berkata ataupun memandang Khaisan. Namun, segera meloncat turun dari mobil dan menutupnya dengan cepat. Khaisan mendapati wajah Cut Ha yang pias dan menghindar dari menatapnya.
🕸🕸🕸🍓🍓🕸🕸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
As Lamiah
🤔🤔🤔💘💘 sepertinya mulai ada rasa yg aneh tuh di hati 🤭🤭🤭iya kan kan ?? semangat tour semoga sehat selalu 💪💪💪😘 semangat tour
2023-05-10
1
orchid
sapa nih yg akan baper duluan🤭
2023-05-10
1
Sarah Kareem
tuh kan Cut Ha pakai lagi punya Khaisan, dari uang, sekarang Sorban dan jaket 😁
bergantung lama2 ini Cut Ha..
2023-05-10
1