Selama beberapa hari terakhir Haidar tak konsentrasi bekerja, pikirannya berpusat mencari tahu tentang keberadaan Joana, sedangkan itu Dini yang juga tak mendapat kabar dari Haidar merasa ada sesuatu yang terasa perih di hatinya.
Malam hari Dini tak bisa tidur, ia pun menghampiri ibunya.
"Bu, malam ini apa aku boleh tidur bersama dengan Ibu?" tanya Dini membuat sang ibu pun mengangguk.
Ibu yang kondisinya masih kurang sehat memutuskan untuk tidur di lantai bawah.
"Ada apa?" tanya ibu Dini saat melihat putrinya itu masih belum memejamkan mata.
"Ibu, apa menurut Ibu tindakanku ini sudah benar?" tanya Dini tanpa melihat ke arah ibunya, ia masih melihat plafon dan memikirkan tentang apa yang selama beberapa hari ini mengganjal pikirannya.
"Apa yang kamu maksud? Jika memang kamu punya masalah ceritakan kepada ibu, siapa tahu saja ibu bisa membantu masalahmu."
Dini menatap mata ibunya dan menggenggam tangan wanita yang telah melahirkannya itu.
"Bu, apa Ibu masih ingat jika pernikahanku dengan Haidar hanya satu tahun?" tanya Dini membuat ibunya pun mengangguk.
"Mengapa kamu memikirkan hal itu? Ini masih ada beberapa bulan, Nak. Masih banyak yang bisa terjadi dalam beberapa bulan ke depan, setiap sujud ibu selalu mendoakan agar hubungan kalian langgeng hingga tua nanti. Ibu akan pergi dengan tenang menghadap sang pencipta jika melihatmu hidup bahagia dengan Haidar, ibu yakin dia adalah pendamping yang tepat untukmu."
"Ibu maafkan Dini, tapi sepertinya Haidar tetap pada keputusannya jika akan mengakhiri hubungan kami setelah satu tahun, apa Ibu tahu Haidar saat ini sedang mencari tahu apakah orang yang dicintainya itu masih hidup atau memang sudah meninggal."
Ibu terdiam dan masih menatap putrinya.
"Aku rasa jika memang wanita yang bernama Joana itu masih hidup, Haidar pasti akan menceraikanku walau bahkan belum satu tahun."
"Ibu percaya jodoh sudah ada yang atur, Nak. Jika memang Haidar adalah jodohmu walau seberat apapun rintangan pasti kalian akan bersama, percayakan semua pada takdir Allah," ucap ibu mengusap rambut putrinya.
Dini pun mengangguk, walau ia percaya dan yakin jika jodoh manusia sudah diatur bahkan sebelum mereka di lahirkan. Namun, tetap saja ia takut jika semua tak sesuai dengan harapannya, tampa ia sadari ada benih cinta yang kini tumbuh di hatinya untuk Haidar.
"Apakah aku harus menunda kehamilan, Bu? Maksudku apakah aku harus berhati-hati ke depannya agar aku tak hamil?"
"Kenapa kamu harus menundanya? Kamu itu sudah menikah, wajar jika kamu hamil, Nak. Anak adalah anugrah terindah dalam sebuah pernikahan, mengapa kamu harus menolaknya."
"Bagaimana jika Haidar tak menginginkan anakku? Bagaimana nasibnya kedepannya, bagaimana jika kami benar-benar bercerai setelah 1 tahun dan ada janin yang ada di dalam rahimku, Bu? Apa tidak sebaiknya aku mengkonsumsi obat untuk mencegah agar aku tak hamil?"
"Jangan lakukan itu, walaupun suatu saat nanti kamu hamil dan Haidar menceraikanmu, dia takkan menelantarkan anak itu. Ada mantan istri.l, tapi tak ada mantan anak. Jika ia tak mencintaimu, ibu yakin dia pasti akan mencintai anaknya, ibu bisa melihat jika dia adalah pria yang baik, Nak. Jadi tak mungkin ia menolak anak jika kamu hamil anaknya."
"Tapi, Bu!"
"Kamu tenang saja, jika memang anak itu lahir kita akan membesarkannya bersama-sama, ia Hadir bukan dari sebuah hubungan yang tidak sah. Dia hadir karena pernikahan kalian, nama ayahnya tetap akan menyertainya sampai kapanpun, ayahnya akan menjadi walinya, kalian menikah sah secara hukum dan agama. Dan semua itu juga diketahui banyak orang."
"Jadi aku tak usah meminum obat?" tanya Dini lagi membuat ibunya pun mengangguk.
"Setidaknya jika kamu punya anak, saat ibu tak bersamamu lagi, ada anakmu yang akan menjagamu, menemanimu. Ibu sudah tua, walaupun penyakit ibu sudah sembuh, tetap saja ibu sudah tua, ibu tak bisa menemanimu selamanya. Yakin lah Allah akan memberikan yang terbaik untuk hambanya, bukan yang hambanya butuhkan," ucap ibu lagi membuat Dini pun semakin tenang, malam itu ia pun bisa tidur dengan kebimbangannya selama ini, antara ia harus menunda kehamilan atau tidak, kini terjawab sudah. Ia akan membiarkan takdirnya mengalir bagaikan air, mengikuti kana air itu membawanya. Jika memang benar apa yang dikatakan ibunya, ia hamil dan Haidar menceraikannya, ia akan membesarkan anaknya, ia pasti mampu melakukannya.
***
Sementara itu Haidar merasa sangat senang saat mendengar kabar dari orang suruhannya, jika malam itu memang ada seorang wanita yang berjalan di trotoar memakai pakaian seperti yang dilihat oleh Haidar, membuat Haidar yakin jika dia tak berhalusinasi.
Dengan kemampuannya Haidar dengan cepat mendapatkan alamat wanita tersebut.
Haidar yang tak mau membuang waktu, begitu ia mendapatkan alamat wanita itu ia langsung menghampirinya dan alangkah terkejut ia, saat pintu terbuka menampakkan sosok Joana berdiri di depannya.
Ya itu adalah Joana, kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
dari bab awal samoe di bab sini hatiku ikutan nyeri ya thor...
sakit banget...
ikutan mewek....
sampe² ngatur nafas biar gak nyeri lagi...
2025-01-23
0
Ratih Purwatih
apakah mereka balikan lg dan menceraikan dini pusing deh.
2025-01-17
0
Yani
Apa rrncana Joana sebenarnya
2024-06-30
1