Setelah mandi dini bergegas menuju ke lantai bawah, di mana di sana terdapat meja makan yang begitu panjang dengan deretan kursi yang mungkin ada sekitar 10 lebih kursi yang saling berhadapan dan beberapa menu makan tersaji di sana.
Dini pun menghampiri Haidar. Ia tak ingin kembali melakukan kesalahan dengan duduk di kursi yang sama, membuat Dini memutuskan untuk berdiri di samping Haidar, di mana ada dua pembantu yang juga berdiri di sana.
Haidar mengurutkan kening saat melihat apa yang dilakukan oleh Dini, "Aku sejak tadi menunggumu, aku sudah terlambat cepat duduk dan kita makan!"
Mendengar itu, Dini pun langsung duduk di salah satu kursi yang ditarik oleh salah satu pembantu yang sejak tadi berdiri di samping mereka.
"Terima kasih," ucap Dini sopan pada pembantu tersebut.
"Makanlah, tadinya aku ingin membahas banyak hal denganmu, tapi sekarang aku sudah terlambat karena kamu terlalu lama. Kita bahas setelah aku pulang bekerja," ucap Haidar mulai menunjuk menu apa saja yang diinginkannya, membuat dua pembantu yang sejak tadi siap melayaninya memberikan apa yang diinginkan begitupun dengan Dini, ia mengikuti apa yang dilakukan oleh Haidar. Menunjuk beberapa makanan dan mereka pun langsung mendapatkan makanan itu di piringnya.
"Apa kita tidak menunggu yang lain?" tanya Dini saat melihat Haider sudah mulai memakan makanannya.
"Kamu ingin menunggu siapa? Di rumah ini hanya ada kita berdua. Yang lainnya? Maksudmu para pekerja di rumah ini? Mereka akan makan setelah kita makan tentunya," ucapan sambil mengunyah makanannya menatap aneh pada Dini.
Dini pun hanya mengangguk, ia bisa melihat tatapan Haidar yang sejak tadi tak bersahabat dengannya, membuat Dini pun memilih untuk diam. Ia pun makan tanpa menanyakan pertanyaan apapun lagi.
"Aku sudah kenyang," ucap Haidar berdiri membuat Dini yang baru saja akan memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya juga ikut berdiri.
Haidar berjalan keluar, membuat Dini juga sontak ikut berlari keluar. Ia mencoba untuk menjadi seorang istri dengan mengantar suaminya bekerja hingga ke teras rumah, tak lupa tas yang tadi ditinggalkan Haidar di kamar juga dibawa oleh Dini.
Haidar langsung masuk ke dalam mobil yang sudah dibukakan oleh sopir. Dini pun menghampiri sopir dan memberikan tas Haidar. Semua ia lakukan dengan sangat kaku.
Dini baru merasa legah saat melihat mobil suaminya itu keluar dari pintu gerbang, "Melelahkan dan menegangkan sekali sih, kenapa sarapan saja rasanya seperti akan melakukan interview kerja," gumam Dini kemudian Ia pun melangkah kembali masuk dan ingin menghabiskan makanannya.
Makanan yang mereka hidangakan sangat enak dan Ia baru memakan beberapa saja, ia masih sangat lapar.
Saat masuk, mereka sudah mulai membereskan makanan tersebut.
Begitu Dini kembali dulu di kursinya mereka kembali menghentikan aktivitas mereka dan kembali berdiri di tempat mereka semua, suasananya sangat canggung. Terlihat jelas jika mereka menjaga jarak.
"Tidak apa-apa, bereskan saja. Aku hanya ingin menghabiskan makanan yang ada di piringku." Dini meminta mereka melanjutkan membersikan meja makan.
"Nanti saja Nona. Silahkan makan dulu."
"Oh ya, apa kalian sudah makan?" tanya Dini pada dua pembantu tadi, mereka saling menatap dan menggeleng. Mereka heran mengapa menanyakan hal itu pada mereka.
"Ya sudah, ini makanannya sangat banyak. Ayo kita makan sama-sama," tawar Dini membuat keduanya pun kembali menggeleng.
"Nanti saja, Nona. Silahkan makan lebih dulu. Kami akan makan, setelah Anda," ucap salah satu dari pembantu, Ia pun mengangguk, Dini tak mau banyak mengatur di rumah itu jika memang ia harus makan lebih dulu Ia akan melakukannya.
Setelah Dini menghabiskan makanan di piringnya Ia pun mulai berjalan-jalan di sekitaran rumah itu, ingin mengenal apa saja ruangan-ruangan yang ada di sana.
Rumah suaminya itu sungguh besar, membuatnya sedikit kewalahan saat menyusuri tempat-tempat tersebut.
"Maaf, Nona, perkenalkan nama saya Lia. Apa ada yang bisa saya bantu, nona?" ucap Lia di mana dia adalah yang mengurus semua hal di rumah itu, termasuk masalah gaji pembantu, makanan dan urusan yang lainnya.
"Enggak, aku hanya ingin menyusuri rumah ini," jawab dini. " Bisakah kamu masuk keruangan ini.
"Tentu saja Nona mari saya antar," ucap Lia membuat Dini pun mengangguk, memang mungkin lebih baik jika ada yang mengajaknya berkeliling rumah itu, sambil menerangkan ruangan apa saja yang mereka datangi dan itulah yang dilakukan Lia saat ini. Layaknya seorang pemandu wisata yang menerangkan setiap sudut rumah itu. Ini merasa sangat kagum dengan rumah mewah itu
"Oh ya Lia, sudah sejak kapan kamu bekerja di sini dengan Tuan Haidar?" tanya Dini.
"Kami semua baru pindah di sini satu minggu yang lalu Nona, rumah ini baru ditempati satu minggu yang lalu. Memang khusus untuk pindahan kalian setelah tuan menikah," jawab Lia yang ia tahu memang rumah itu dipersiapkan Haidar istrinya, sebelumnya tak ada yang pernah melihat Joana, membuat mereka berpikir jika memang Dini lah yang ingin dibawa oleh Tuan mereka ke rumah itu, mereka menghormati Dini layaknya menghormati Haidar.
"Benarkah? Tadinya aku pikir kalian semua sudah lama bekerja di sini, oh ya satu lagi apa dah di rumah ini memang hanya ada Haidar maksudku Ayah Ibu dan yang lainnya ke mana?"
"Nyonya dan Tuan besar, punya rumah lain?" memang rumah khusus untuk Haidar dan juga istrinya, dulu kami bekerja di tempat-tempat yang berbeda dan disatukan di rumah ini," jawab Lia membuat Dini pun mengangguk. Sekarang ia mengerti sepertinya Haider menyiapkan rumah itu untuk calon istrinya.
Benar-benar suami idaman kan, tapi sayang sepertinya kebahagiaan sebuah pernikahan belum menyertai suaminya, Namun, ia akan berusaha untuk menjadi istri yang baik walau bagaimanapun Dini adalah istri resmi dari Haidar ia akan melakukan tugasnya sebagai seorang istri walau suatu saat nanti akan menceraikannya.
"Baik Lia, terima kasih untuk hari ini. Aku mau kembali ke kamar dulu," ucap Dini kemudian ia kembali ke kamar. Seharian berputar-putar di rumah itu membuatnya merasa lelah dan memilih untuk istirahat.
Semalam Dini tak bisa tidur nyenyak, Iya terus memikirkan kondisi ibunya ia belum mendapat kabar apapun dari ayah Haidar tentang bagaimana kondisi ibunya saat ini. Apakah ia sudah dioperasi atau belum? Jika memang sudah. Apa kah operasinya berhasil atau tidak? Jika memang berhasil bagaimana kondisinya di mana, ia dirawat dan siapa yang menjaganya.
Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja bermunculan di kepalanya, membuat ia benar-benar khawatir. Namun saat ini ia sama sekali tak tahu harus menghubungi siapa jangankan Ayah mertuanya nomor ponsel Haidar saja ia tak tahu.
Rekomendasi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Yani
Ternyata rumah Haidar sendiri
2024-06-30
1
Raufaya Raisa Putri
walah... iy y.
2024-06-14
0
Totoy Suhaya
mantap
2024-04-29
2