Malam ini mereka kembali tidur di tempat mereka masing-masing, Haidar tidur di kasur empuknya dan juga Dini tidur di sofa.
Dini sudah tak sabar ingin menunggu pagi di mana Haidar sudah berjanji akan mengantarnya untuk menemui ibunya.
"Kenapa kamu tak tidur?" tanya Haidar yang melihat Dini masih belum juga tidur.
"Aku belum mengantuk," jawab Dini duduk dari tidurnya, melihat ke arah Haidar yang masih duduk sambil bekerja dengan laptopnya.
Suasana kamar kembali hening, tak ada lagi pembahasan di antara mereka, hanya suara dari laptop Haidar yang memenuhi ruangan. Dini yang sudah kembali berbaring dengan perlahan rasa kantuk pun mulai menyerangnya dan ia pun tertidur.
Haider melihat ke arah Dini, ia menggeleng, "Katanya tak mengantuk, tapi sudah mendengkur." Haidar mematikan laptopnya dan melihat ke arah Dini, semakin dilihat istrinya itu semakin cantik saja, ia pun turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Dini, duduk di meja dan menatap wajah Dini yang tertidur begitu pulas.
"Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu bisa ada di kehidupanku, mengapa kamu hadir untuk mengganti posisi Joana?"
Tanpa sadar tangan Haidar terulur ingin menyentuh wajah Dini. Namun, ia menghentikan apa yang akan dilakukannya, ia kembali berdiri memasukkan tangannya ke saku dan berjalan menuju ke arah balkon kamarnya.
Ia menatap rembulan yang sedang bersinar terang, melihat bintang-bintang yang terlihat sangat indah menghiasi langit. Ia sudah berusaha menenggelamkan dirinya dengan menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Namun, tetap saja bayang-bayang Joana masih terus terlintas di pikirannya, ada rasa bersalah, rasa kecewa pada dirinya sendiri karena tak bisa menjaga calon istrinya itu dengan baik sehingga membuat Joana berakhir pada kecelakaan. Ia bahkan tak bisa melihat wajah cantik yang selama ini dikaguminya karena tubuh Joana tak bisa dikenali lagi, karena luka bakar yang dialaminya.
"Kamu pasti sangat ketakutan hari itu kan? Pasti rasanya sangat sakit," lirih Haidar hanya bisa menutup mata dan menikmati udara malam yang menerpa wajahnya, hingga suara langkah membuatnya menoleh dan melihat jika Dini ada di sana.
"Ada apa? Kamu terlihat bersedih, jika ingin bercerita kamu boleh bercerita denganku. Percayalah jika menceritakan masalah dengan orang lain atau berbagi masalah, itu bisa membuatmu sedikit lebih tenang," ucap Dini pemberanikan diri dan ingin mengenal suaminya itu lebih dekat, waktu 1 tahun adalah waktu sangat lama baginya, sebelum mereka berpisah ia ingin mengenal suaminya itu walau hanya sekedar menjadi seorang teman.
Haidar tak menjawab, ia hanya kembali melihat ke arah bulan yang bersinar terang. Haidar pun menghela nafas, terdengar begitu berat membuat Dini pun mendekat dan ikut menoleh ke atas, melihat sinar bulan yang menyinari mereka.
"Cantik."
"Sangat cantik," ucap Haidar membenarkan apa yang diucapkan oleh Dini.
Mereka pun terdiam dan menikmati pemandangan yang ada di depan mereka, saat Haidar berbalik ia melihat Dini menutup mata dan terlihat tersenyum, membiarkan angin menerpa wajahnya dan menerbangkan rambutnya. Angin yang bertiup sedang membuat senyumnya terlihat begitu cantik, tanpa sadar Haidar terus menandakan wajah Dini yang tersenyum.
"Maaf," ucap Haidar tiba-tiba membuat Dini membuka mata dan melihat ke arahnya.
"Maaf?" tanya Dini heran.
"Hmmm maaf, karena membawa dalam situasi ini."
"Kamu tak usah minta maaf, karena memang aku yang memilih untuk berada di situasi ini, apapun akan aku lakukan agar ibuku bisa sembuh. Lagi pula kamu tak melakukan apa-apa, aku hidup nyaman di sini jadi tak perlu mengatakan kata maaf. Justru aku yang berterima kasih karena kalian telah membiayai pengobatan ibuku."
"Mari kita jalani kehidupan selama 1 tahun kedepan, tapi maaf aku tak bisa bersikap seperti seorang suami, aku akan menafkahimu secara materi, maaf aku tak bisa melakukan hal yang lebih. Aku sangat mencintai Joana, walau dia sudah tak ada bagiku dia akan tetap berada di hatiku," ucap Haidar membuat Dini pun mengangguk.
Dini mengerti apa yang dirasakan oleh pria yang ada di hadapannya itu. Ini baru sebulan semenjak orang yang dicintainya meninggalkannya. Namun, ia setuju dengan apa yang katakan oleh Haidar, lebih baik mereka tak berharap apapun dari pernikahan itu. Ia sendri tak boleh membuka hati ataupun melakukan hal yang memang seharusnya tak mereka lakukan, mengingat pernikahan itu hanya akan berlangsung selama 1 tahun.
Dini mengulurkan tangan ingin menjabat tangan Haidar, membuat Haidar mengurutkan kening melihat aluran tangan Dini.
"Mau berteman denganku selama setahun?" ucap Dini dengan senyum di wajahnya, membuat Haidar pun mengangguk pelan dan menjabat tangan wanita yang sudah menjadi muhrimnya itu.
"Kita berteman," jawab Haidar.
Rekomendasi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Ranie
haidar ga seperti tokoh pria lain di cerita2 novel, dia tetap menjadikan dini nona muda ga di bikin seperti pembantu ,,,, keren haidar
2024-07-12
3
Yani
Semoga awal yang baik
2024-06-30
1
Raufaya Raisa Putri
hmmm🙄
2024-06-14
0