Dini membuka mata dan melihat Haidar yang sedang memakai pakaiannya.
"Selamat pagi," ucap Haidar yang melihat Dini membuka mata dan menatap ke arahnya.
"Selamat pagi," jawab Dini dengan suara seraknya, badannya terasa remuk setelah apa yang mereka lakukan semalam, rasa puas karena telah membahagiakan suaminya, karena memang hal itu merupakan haknya. Haidar sudah memberikan hak sebagai seorang istri dengan menafkahinya, sudah seharusnya ia juga memberikan apa yang seharusnya menjadi hak dari suaminya.
Dini meringis kesakitan saat ia mencoba untuk turun dari tempat tidur, Haidar melihat itu mendekat.
"Kamu mau ke mana?" tanyanya.
"Aku mau ke kamar mandi," jawab Dini mencoba untuk berdiri.
"Biar aku bantu," ucap Haidar yang ingin menggendongnya. Namun, Dini menghentikannya, tak mungkin ia merusak penampilan suaminya yang telah rapi karena mengangkatnya ke kamar mandi.
"Tak usah, aku bisa sendiri. Lanjutkan saja memakai pakaianmu, nanti Anda terlambat," ucap Dini yang melihat jam yang ada di dinding sudah menunjukkan pukul 08.00, ia menuju ke kamar mandi dengan Haidar yang mengikutinya. Ada rasa bersalah di hatinya melihat Dini yang berjalan dan terlihat kesakitan.
Begitu Dini masuk ke kamar mandi, ia kembali melanjutkan merapi-rapikan pakaiannya dan saat melihat ke arah tempat tidur ia melihat bercak merah di sana, ada rasa senang di hatinya menjadi orang pertama yang menyentuh Dini.
Lama Dini di kamar mandi, ia tak hanya buang air kecil. Namun, ia langsung membersihkan dirinya. Rasa sakit yang dirasakan membuat ia sedikit berlama-lama di kamar mandi, begitu ia keluar ia terkejut saat melihat Haidar yang masih duduk di sisi tempat tidur, tadinya ia berpikir jika suaminya itu sudah berangkat bekerja.
"Tuan, Anda masih di sini?" tanya Dini menghampiri Haidar dengan handuk yang melilit di dadanya, ia lupa untuk membawa pakaian ganti masuk ke kamar mandi.
"Iya, apa kamu baik-baik saja?" tanya Haidar lagi memastikan kondisi istrinya, wanita yang sudah memberikan kepuasan pada dirinya malam tadi.
"Iya, aku baik-baik saja. Anda boleh berangkat ke kantor," ucap Dini merasa tak enak menahan suaminya itu untuk berangkat ke kantor, jika dia tahu Haidar menunggunya ia takkan selama itu di kamar mandi.
"Baiklah, aku ke kantor dulu jika kamu perlu sesuatu hubungi aku saja atau hubungi asisten pribadiku, kamu tahu nomornya 'kan?" ucap Haidar membuat Dini mengangguk dan Haidar pun mengambil tas kerjanya dan ingin berangkat.
"Tunggu Tuan!" panggil Dini membuat Haidar menghentikan langkahnya dan berbalik melihat ke arah Dini yang berjalan ke arahnya.
"Maaf, bolehkah aku berjalan-jalan keluar? Aku janji akan hati-hati, aku bosan di rumah terus, aku juga ingin menginap di rumah ibu."
Haidar terdiam sejenak, hari ini ia sangat sibuk, ia tak punya waktu untuk menemani Dini. Sudah 5 bulan ini ia melarang Dini untuk bepergian, selain menjenguk ibunya, itupun hanya sebulan sekali.
"Baiklah kamu boleh keluar, tapi harus bersama dengan asisten pribadimu dan juga aku akan mengirim beberapa pengawal pribadiku, kau harus hati-hati."
"Iya, tentu saja. Apakah malam ini aku boleh menginap bersama dengan ibu?" tanya Dini membuat Haidar pun mengangguk.
"Terima kasih, Tuan," ucap Dini berbinar senang dengan masih memegang lilitan handuk yang ada di dadanya.
"Iya, sama-sama. Maaf jika mengurungmu selama ini di sini, tapi percayalah itu demi kebaikanmu. Oh ya, mulai sekarang jangan panggil aku Tuan, panggil aku Haidar saja."
"Baik, aku akan memanggilmu Haidar saja, sepertinya memang itu terdengar lebih akrab," ucap Dini.
Haidar kembali melanjutkan langkahnya keluar dari kamar itu, ia harus bergegas menuju ke kantor walau ia bekerja di perusahaan keluarga. Namun, banyak yang mengincar posisinya yang didirikan oleh kakeknya itu.
Ayahnya memiliki dua saudara laki-laki lainnya dan mereka juga masing-masing memiliki putra yang berhak atas perusahaan itu, Haidar saat ini ditunjuk menjadi CEO perusahaan tersebut karena kemampuannya. Namun, anak pertama dari kakeknya merasa iri karena merasa jika dia lah yang lebih pantas mendapatkan posisi yang Haidar duduki saat ini. Karena dia lahir dari anak pertama di keluarga mereka dan usianya juga lebih tua dari Haidar, Syahril.
Begitupun dengan saudara yang lainnya, ia memiliki keinginan untuk mengambil posisi yang saat ini Haidar duduki. Namun, posisinya yamg merupakan anak dari anak bungsu kakek membuat ia tak terlalu mempersamalahkan masalah tersebut, berbeda dengan saudara sepupu Haidar dari anak pertama kakeknya.
Tak mempermasalahkan bukan berarti dia tak mengincarnya, bahkan Haidar lebih curiga jika selama ini yang mencoba untuk menjatuhkannya justru adalah Akas, putra anak bungsu dari kakeknya.
Rekomendasi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Yani
Semoga pwrnikahannya lebih baik lag
2024-06-30
1
Mrs. Labil
nah bgtu lbh baik 👍👍
2024-04-16
1
Mrs. Labil
kata anda sangat mengganggu thor 🙏
harusnya aku kamu sja 👍
2024-04-16
0