Fakta Menyayat Hati

Pagi hari Dini baru bangun lebih dulu, ia menyiapkan semua keperluan suaminya dan tak lupa memesan sarapan untuk mereka semua.

Setelah menyajikan sarapan di meja makan, Dini kembali ke kamar dan melihat suaminya itu sudah berada di kamar mandi. Dini segera merapikan tempat tidur mereka, mengganti sprei dengan sprei yang baru, begitu semua selesai ia bersihkan Haidar keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya dan dengan handuk kecil lainnya yang dipakai untuk mengeringkan rambutnya.

"Duduklah di sini, biar aku bantu keringkan," ucap Dini menunju ke sofa kecil yang ada di depan tempat tidur. Haidar penduduk dan memberikan handuk yang tadi dipegangnya pada Dini.

Dini mengeringkan rambut Haidar, ia menggosok-gosok handuk itu di kepalanya sambil memberikan pijatan-pijatan kecil dan itu membuat Haidar merasa lebih tenang menikmati pijatan Dini.

"Kamu pasti sangat mencintai Joana kan?" ucap Dini tiba-tiba membuat Haidar yang tadi menutup mata menikmati pijatan Dini membuka mata dan menoleh ke arah Dini.

"Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba membahas Joana?" tanya Haidar dan mengkerutkan keningnya.

"Semalam kamu terus mengigau dan menyebut namanya."

Mendengar itu Haidar merasa tak enak hati, semalam ia menghabiskan malam dengan Dini. Namun, menyebut nama Joana dalam tidurnya.

"Maaf," ucap Haidar membuat Dini hanya tersenyum dan mengangguk.

"Tak usah meminta maaf, kamu nggak salah, tak ada salahnya menyebut nama orang yang kita cintai apalagi kamu melakukannya dalam keadaan tidak sadar 'kan, itu berarti kamu memang sangat mencintainya dan tak bermaksud menyakitiku. Aku juga baik-baik saja, kita kan hanya teman."

Mendenger itu Haidar menghela nafas, ia kembali memejamkan mata menikmati pijatan Dini.

"Beberapa hari yang lalu aku melihatnya," ucap Haidar membuat kini Dini yang tadinya memijat kepala suaminya itu menghentikan pijatannya.

'Mungkinkah orang yang sudah meninggal hidup kembali?' batin Dini.

"Maksudnya? Joana masih hidup?" tanya Dini yang masih menghentikan pijatannya.

"Aku juga tidak tahu, aku benar-benar melihat Joana atau hanya ilusiku. Namun, semua itu nyata di depanku, aku tak sengaja melihatnya saat pulang bekerja menuju hotel di tengah malam, apa menurutmu aku hanya berhalusinasi?"

Dini terdiam, apakah sebegitu cintanya suaminya itu sampai ia tak bisa membedakan mana nyata dan mana halusinasi.

"Apa menurutmu ada kemungkinan Joana masih hidup? Maksudku mungkin sajakah orang yang kamu kira meninggal itu bukan Joana, tapi orang lain."

"Tunggu!" Haidar kini membalikkan badannya menatap Dini, ia tak pernah berpikir akan hal itu, waktu itu ia melihat wajah Joana yang hangus terbakar, ia bahkan tak berusaha membuktikan apakah itu jasad Joana atau tidak dengan melakukan tes DNA, ia percaya pada apa yang dikatakan oleh keluarga Joana, jika mayat yang terbujur kaku dengan luka bakar itu adalah jasad Joana.

"Apa mungkin hal itu bisa terjadi?" tanya Dini lagi melihat ekspresi suaminya.

"Hari itu wajahnya tak bisa dikenali, mungkinkah dia orang lain dan masih ada kemungkinan Joana masih hidup?" tanya Haidar balik membuat Dini hanya mengangguk, walau ada rasa sakit di hatinya dan berharap Joana tak pernah hadir lagi di kehidupan mereka, agar ia bisa menjalani rumah tangga bersama dengan Haidar. Namun, fakta jika suaminya itu mencintai sosok wanita yang bernama Joana dan membuat suaminya itu merasa gelisah, ia hanya bisa mengangguk dan memberi harapan jika mungkin saja fakta itu bisa terjadi.

"Kamu benar, aku akan coba mencari tahu apakah yang aku lihat adalah Joana atau bukan," ucap Haidar, rasa semangat untuk mencari tahu tentang Joana kini timbul kembali, ia sangat yakin jika wanita yang dilihatnya beberapa waktu lalu adalah Joana. Haidar langsung mengambil ponselnya menghubungi orang kepercayaannya, meminta untuk memeriksa keberadaan wanita tersebut melalui kamera CCTV di daerah sekitaran tempat di mana waktu itu ia melihat Joana, sekecil apapun petunjuk ia menginginkannya.

"Semoga saja itu memang Joana," ucap Haidar dengan senyum yang terbit di bibirnya, wajahnya terlihat begitu gembira, ia tak menyadari wajah Dini yang berubah.

"Terima kasih ya, jika mungkin bukan karena kamu aku tak akan pernah mencari tahu akan hal itu dan semoga saja semua itu adalah benar," ucap Haidar membuat Dini kembali mengangguk dan memasang senyumnya walau matanya kini sudah terasa panas. Dini mengalihkan pandangannya menyembunyikan wajahnya saat setetes air mata jatuh membasahi pipinya.

"Rambutmu sudah kering, biar aku bantu memakai pakaianmu," ucap Dini berdiri sambil mengusap air matanya dengan cepat sambil mengambil pakaian suaminya dan membantunya untuk memakainya.

Ia menatap wajah suami yang terlihat begitu bahagia, sepanjang ia membantunya mengenakan pakaian hingga terakhir Dini merapikan dasi yang sudah terpasang sempurna dikerah baju suaminya.

"Sudah," ucap Dini melihat penampilan suami yang sudah rapi.

"Cup," satu kecupan mendarat di kening Dini.

"Terima kasih," ucap Haidar kemudian ia pun berlalu keluar dari kamar menuju ke ruang makan, di sana sudah ada ibu Dini menunggu mereka.

Dini memegang kening bekas kecupan Haidar dan satu tangan memegang dadanya yang terasa perih, ada sayatan kecil di sana. Dini memaki dirinya sendiri mengapa ia membuka hati untuk suaminya, mengapa ia menganggap kedekatan mereka adalah sebuah harapan untuk mereka membina rumah tangga.

Dini menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. "Dini, sadarlah! Kau tak boleh berharap dari pernikahan ini. Hanya tersisa beberapa bulan lagi kalian akan berpisah, kamu tak boleh lemah, anggap saja pernikahan ini adalah sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan, kamu nggak boleh seperti ini, Dini," ucap Dini menguatkan hatinya kemudian ia pun berjalan mengikuti Haidar menuju ke meja makan, memasang senyumnya saat ibu melihat ke arahnya, ia tak ingin memperlihatkan raut wajah sedih pada ibunya.

"Bu, aku sudah memikirkan sebaiknya Ibu tinggal bersama dengan Dini di rumah yang sudah aku siapkan untuk Dini, sepertinya tak baik dan tak aman jika Ibu tinggal sendiri di apartemen," ucap Haidar setelah selesai dengan sarapannya.

Mendengar itu Dini langsung melihat suaminya dan menatap ibunya dengan senyum di wajahnya, jika tadi ia berusaha tersenyum untuk menyembunyikan rasa perihnya. Kali ini senyuman Dini sungguh karena hatinya bahagia mendengar ucapan suaminya. Baru saja ia ingin mengutarakan hal tersebut, meminta izin kepada Haidar agar membawa ibunya itu untuk tinggal bersamanya.

"Terima kasih, aku rasa memang lebih baik Ibu tinggal di rumah bersamaku, selain Ibu akan aman aku juga akan ada teman dan tak bosan di rumah, sepertinya memang lebih baik aku tinggal di rumah dan keluar rumah seperlunya saja," ucap Dini membuat Haidar mengangguk.

Setelah sarapan mereka pun langsung menuju ke kediaman Dini, tak lupa Yana asisten pribadi Dini diminta untuk membereskan barang-barang ibu Dini yang masih ada di apartemen dan membawanya ke kediaman yang selama ini mereka tempati, setelah mengantar dan memastikan Dini dan ibunya sampai dengan selamat di kediamannya, Haidar berpamitan dan mengatakan kepada Dini jika mungkin ia akan pulang satu minggu kedepan.

Terpopuler

Comments

Mrs. Labil

Mrs. Labil

duhhh sesakk 😢😢😭

2024-04-16

0

Mrs. Labil

Mrs. Labil

kok aku syedih sihh baca ini ?😢

2024-04-16

0

Faurina Rina

Faurina Rina

berhayal dulu aaaahh siapa tau malaikat baikk menghampiri diijabah nasib nya nyata Aamiin🤲

2024-04-01

0

lihat semua
Episodes
1 Rumah Sakit
2 Menjadi Pengatin Pengganti
3 Malam Pertama
4 Terpisah Oleh Maut
5 Kehidupan Baru
6 Menyesuaikan Diri
7 Menjadi Nona Muda
8 Teman Baru
9 Kedatangan Haidar
10 Mari Berteman
11 Bertemu Ibu
12 Akan Menjadi Istri Sungguhan
13 Sambutan Dini
14 Malam Pertama
15 Istri Sesungguhnya
16 Siapa Mereka?
17 Kekhawatiran Dini
18 Kehadiran Yang Tak Terduga
19 Fakta Menyayat Hati
20 Keputusan Dini
21 Misteri Joana
22 Kembalinya Joana
23 Amnesia
24 Hanya Pelampiasanmu
25 Air Mata Dini
26 Ingin Cerai
27 Sebuah Tanda Tangan
28 Siasat Joana
29 Cerai
30 Status Janda
31 Menginginkan Cucu
32 Ada Apa Denganku?
33 Dokter Baru
34 Bertemu Orang Tua Joana
35 Garis Dua
36 Aktivitas Baru Dini
37 Kebusukan Joana mulai Terendus
38 Bunga Untuk Mu.
39 Perasaan Gelisah
40 Martabak Daging Spesial
41 Bertamu di tengah malam.
42 Kepanikan Dini
43 Kabar Bahagia
44 "Kamu Hamil?"
45 Perhatian Seorang Ayah
46 Tak Mau Mengalah
47 Pewaris Yang Dinantikan
48 Hempaskan Joana
49 Lamaran Haidar
50 Jawaban Dini
51 Kabar Buruk
52 Pembagian Harta.
53 Harta Kakek
54 Kepanikan Haidar
55 Proses Persalinan
56 Kenzo Sang Pewaris
57 Keinginan Dini
58 Kebaikan Hati Haidar
59 Kasih Sayang Seorang Kakak
60 Mendapatkan Kebahagian Lagi
61 Kabar Mengejutkan
62 Kejuta Berharga
63 Kebahagiaan Dini (Tamat)
64 Promo karya M Anha : Aku Juga Ingin Bahagia ( Pejuang Garis Dia)
65 Rekomendasi " Benih Yang Kau Tinggalkan" by M Anha
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Rumah Sakit
2
Menjadi Pengatin Pengganti
3
Malam Pertama
4
Terpisah Oleh Maut
5
Kehidupan Baru
6
Menyesuaikan Diri
7
Menjadi Nona Muda
8
Teman Baru
9
Kedatangan Haidar
10
Mari Berteman
11
Bertemu Ibu
12
Akan Menjadi Istri Sungguhan
13
Sambutan Dini
14
Malam Pertama
15
Istri Sesungguhnya
16
Siapa Mereka?
17
Kekhawatiran Dini
18
Kehadiran Yang Tak Terduga
19
Fakta Menyayat Hati
20
Keputusan Dini
21
Misteri Joana
22
Kembalinya Joana
23
Amnesia
24
Hanya Pelampiasanmu
25
Air Mata Dini
26
Ingin Cerai
27
Sebuah Tanda Tangan
28
Siasat Joana
29
Cerai
30
Status Janda
31
Menginginkan Cucu
32
Ada Apa Denganku?
33
Dokter Baru
34
Bertemu Orang Tua Joana
35
Garis Dua
36
Aktivitas Baru Dini
37
Kebusukan Joana mulai Terendus
38
Bunga Untuk Mu.
39
Perasaan Gelisah
40
Martabak Daging Spesial
41
Bertamu di tengah malam.
42
Kepanikan Dini
43
Kabar Bahagia
44
"Kamu Hamil?"
45
Perhatian Seorang Ayah
46
Tak Mau Mengalah
47
Pewaris Yang Dinantikan
48
Hempaskan Joana
49
Lamaran Haidar
50
Jawaban Dini
51
Kabar Buruk
52
Pembagian Harta.
53
Harta Kakek
54
Kepanikan Haidar
55
Proses Persalinan
56
Kenzo Sang Pewaris
57
Keinginan Dini
58
Kebaikan Hati Haidar
59
Kasih Sayang Seorang Kakak
60
Mendapatkan Kebahagian Lagi
61
Kabar Mengejutkan
62
Kejuta Berharga
63
Kebahagiaan Dini (Tamat)
64
Promo karya M Anha : Aku Juga Ingin Bahagia ( Pejuang Garis Dia)
65
Rekomendasi " Benih Yang Kau Tinggalkan" by M Anha

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!