Seperti janji Haidar semalam, hari ini Dini siap-siap akan ikut bersama dengan suaminya. Setelah mereka sarapan mereka langsung menuju ke apartemen di mana ibu Dini tinggal di sana.
Begitu mobil yang mereka tumpangi terparkir di depan gedung apartemen mewah, Dini menjadi bingung, ia melihat gedung itu yang begitu tinggi kemudian melihat ke arah Haidar.
"Kita ingin apa di sini?" tanyanya, karena ia tak yakin jika memang ibunya tinggal di apartemen mewah itu.
"Bukankah kamu ingin bertemu dengan ibumu? Ibumu tinggal di apartemen ini," ucap Haidar berjalan lebih dulu meninggalkan Dini yang masih tercengang, Dini yang ketinggalan berlari mengejar Haidar.
"Benarkah?" tanyanya membuat Haider hanya mengangguk, ia menekan tombol lift dan mengantar mereka ke lantai 8.
"Kamu pikir kita untuk apa di sini? Tentu saja sesuai dengan apa yang kita sepakati semalam, oh ya hari ini aku ada urusan penting, kamu di sinilah bersama ibumu. Aku akan menjemputmu sore nanti."
"Iya, baiklah," ucap Dini hanya menurut saja, kemudian mereka pun keluar dari lift berjalan ke salah satu pintu yang tak jauh dari lift tersebut. Haidar menekan bel dan tak lama kemudian pintu terbuka.
Dini melihat wanita paruh baya yang memang seusia dengan ibunya yang membuka pintu. Namun, itu bukan ibunya, Dini melihat ke arah Haidar dengan penuh tanya.
"Tuan, silahkan masuk," ucap wanita tersebut menyingkir dari jalan mereka, membuka pintu lebar-lebar membuat Haidar pun masuk disusul oleh Dini.
"Di mana ibu mertuaku?" tanya Haidar membuat Dini langsung melihat ke arah wanita yang membukakan pintu tadi untuk mereka.
"Ada di dalam, beliau baru saja sarapan," jawab wanita tersebut membuat mereka pun kembali berjalan masuk menuju ke ruang tengah dan di sana Dini bisa melihat ibunya sedang duduk sambil menonton televisi.
"Ibu!" ucap Dini yang langsung berlari memeluk ibunya yang juga berdiri menyambutnya, keduanya saling berpelukan, menatap dan meneteskan air mata, selama ini Dini sangat khawatir akan kondisi ibunya begitupun sebaliknya, ibunya sangat khawatir bagaimana kondisi Dini. Yang ia tahu jika sekarang Dinib sudah menikah dengan seorang pria kaya, siapa pria kaya itu, dia juga tak tahu apa dan mengapa ia bisa menikah.
Ibunya tak tahu, mereka hanya mengatakan jika saat ini Dini sedang berada di rumah suaminya dan yang membiayai semua pengobatan operasi dan pemulihannya serta memberikan apartemen ini adalah suami Dini.
"Apa dia suamimu?" tanyanya melihat ke arah Haidar, membuat Dini pun mengangguk.
"Silahkan duduk," ucap ibu menawarkan Haider untuk duduk bersama dengan mereka.
"Maaf, Bu. Aku udah rapat penting sebentar lagi, aku bisa terlambat jika tetap berada di sini," ucap Haidar melihat jamnya.
Ibu dan anak itu hanya mengangguk mendengar ucap Haidar.
"Aku pergi, dulu sore nanti aku datang lagi," tambah Haidar, membuat kedua wanita yang masih saling berpegangan itu pun kembali mengangguk. Haidar langsung berbalik dan meninggalkan mereka, keduanya saling memeluk kembali, melepaskan rasa kerinduan mereka.
Saat ini mereka ingin bersama, bercerita banyak membuat mereka tak menahan Haidar dan tak keberatan saat Haidar berpamitan untuk pergi, mereka juga mengerti jika Haidar pasti memiliki banyak pekerjaan.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Tolong ceritakan semua pada ibu."
Dini yang tak mau berbohong kepada ibunya pun menceritakan semuanya, bagaimana ia bertemu dengan keluarga Haidar dan menerima pernikahan itu dan seperti apa pernikahan sebenarnya yang mereka jalani. Dini sengaja menceritakan semuanya agar ibunya tak terlalu berharap pada pernikahan ini.
"Hanya setahun?" tanya ibu Dini membuat Dini pun mengangguk.
"Iya, Bu. Selama satu tahun, setelahnya kami akan bercerai. Ibu sabar ya mungkin selama 1 tahun ke depan aku akan jarang menemui Ibu, setelah aku berpisah dengan Haidar nanti, kita akan kembali hidup seperti dulu, Haidar sudah menjanjikan jika kami sudah bercerai nantinya, semua yang telah diberikan kepada kita tetap akan menjadi milik kita termasuk apartemen ini, Bu. Dan juga dia sudah menjanjikan sebuah pekerjaan untukku dan selama menikah sampau tahun depan, haidar akan menafkahiku secara materi, aku akan menabungnya untuk kita hidup setelah aku bercerai nanti."
"Ibu tak tahu ibu harus senang atau bersedih, tapi ibu yakin apapun keputusan yang kau ambil kamu sudah memikirkannya," ucap ibu membuat Dini pun mengangguk.
"Apapun akan Dini lakukan, Bu. Asal Ibu bisa sembuh dan bahagia."
"Tapi suami kamu tak melakukan hal-hal yang membuatmu...?"
"Ibu tenang saja, Haidar orangnya sangat baik, kami menikah hanya karena wanita yang seharusnya menikah dengannya mengalami kecelakaan dan meninggal, hari itu aku hanya menggantikannya Bu, agar martabat keluarga mereka terjaga. Haidar adalah orang yang sangat baik, walau kami bukan suami istri seperti pada umumnya, tapi dia menghormatiku."
"Baiklah, kita tunggu selama 1 tahun ini. Kita lihat pernikahanmu, apakah memang akan berakhir atau berlanjut. Doa ibu semoga pernikahan kalian ini untuk selamanya, semoga ada kebahagiaan dalam pernikahan ini, walaupun sedikit terlambat," ucap ibu yang hanya bisa mendoakan kebahagiaan putrinya.
Dini hanya tersenyum dan mengaminkannya, ia sendiri juga ingin menikah sekali seumur hidup. Namun, ia tak berani berharap banyak atas pernikahan pertamanya ini.
Rekomendasi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Yani
Aamiin...
2024-06-30
2
Raufaya Raisa Putri
smg aj bu
2024-06-14
0
Totoy Suhaya
amiiin
2024-04-29
2