Bab 14 PMM
"Ra! Turun sekarang!" Raja menghadang mobil Dikta.
Pasalnya pemuda itu sangat geram mendapati gadisnya bersama Dikta. Banyak berita berseliweran sudah yang ia dengar perihal keburukan Dikta jika sudah bersama seorang gadis. Raja tak mau Rara menjadi korban selanjutnya.
"Elu kenapa sih, Ja?" tantang Dikta keluar dari mobil.
"Turunin Rara! Kalau kamu mau balas dendam gara-gara Lani pulang sama aku pas kemaren, nggak gini caranya!" bentak Raja.
"Oh, elu pulang sama Lani? Ngaku luh sekarang. Kenapa nggak dari tadi?" Dikta mendorong bahu Raja.
"Lah, tanya sama Lani juga lah. Dia nangis gara-gara berantem sama elu terus bawa aku ke kuburan. Coba tuh, ada cewek ngegalau di kuburan? Mau kesambet ama kuntilanak," sungut Raja.
Dikta mengernyit tak percaya. Hanya saja, Rara percaya karena telah mendengar dari Lani sebelumnya. Dia bahkan menahan tawa.
"Ra, aku serius nggak bohong! Aku cuma anter Lani ke kuburan terus pulang. Tanya aja sama Bang Zainal! Dia tahu kok apa yang terjadi pas aku anter Lani buat nge-galau ke sana!" Raja sampai menggebrak kap mobil milik Dikta.
Rara lantas turun dari mobil dan mendekat. "Aku percaya, kok. Tapi aku nggak suka kenapa kamu pake bohong ke aku."
"Sumpah beneran janji kalau aku nggak akan berani bohong lagi sama kamu, beneran deh!" Raja bahkan menggenggam kedua tangan Rara.
"Kok, diem Ra? Apa perlu aku berlutut buat minta maaf?" Raja hampir menekuk kedua kakinya tetapi Rara melarangnya.
"Nggak usah! Tapi, kalau kamu bohong lagi sama aku, aku bakalan gantung kamu kayak si Maryam yang di pohon mangga itu!" ancam Rara.
Raja sampai memegangi lehernya sendiri dengan meneguk cairan saliva-nya yang terasa berat.
"Drama macam apa sih ini? Bikin badmood gue aja! Sana sana minggir kalian!" titah Dikta mengusir Rara dan Raja. Pemuda itu lantas mengemudikan mobilnya dengan kencang.
...***...
Langkah Briana mengalun di atas lantai marmer. Dia menekan tombol lift, masuk, dan menuju ke lantai sepuluh. Malam itu pukul sepuluh, ia akan menginap dengan dalih "staycation" di Hotel Mawar. Namun, Briana terperanjat kala pintu kamar nomor 818 itu telah terbuka sebagian.
"Van, elu di mana?" tanya Briana.
Tak ada jawaban dari Devan. Briana mencoba memanggil lagi teman pria yang tengah menunggunya malam itu. Akan tetapi, sepasang mata lentik itu terbelalak ketika mendapati Devan terbaring telungkup dengan mata melotot mulut mengeluarkan busa.
Pemuda itu tak mengenakan sehelai benang pun. Dan yang membuat Briana semakin berteriak, adansecarik kertas bertuliskan :
"KALIAN HARUS MATI!"
Briana sekilas melihat tulisan dengan darah pada secarik kertas yang tergeletak di atas lantai kamar hotel tersebut. Perempuan itu dengan panik menuju ke luar kamar dan memanggil siapa pun yang bisa ia temukan.
Salah satu janitor yang Briana temui bergegas mengikuti perempuan panik itu menuju kamarnya. Kedua matanya terbelalak dan berteriak ketika melihat mayat Devan. Ia lantas menghubungi pihak hotel dan menceritakan kehebohan yang terjadi.
...***...
Pagi itu saat sarapan bersama, Dira menyalakan televisi layar datar miliknya untuk menyimak berita terkini. Tampak di layar kaca mengenai penemuan mayat seorang pria tanpa busana yang meninggal secara mengenaskan.
"Wuih, ada Om Rio!" seru Adam seraya meraih roti panggang buatan bundanya.
Kepolisian Sektor Kota Bunga, sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus penemuan mayat yang ditemukan di kamar Hotel Mawar Merah pada jumat malam, pukul sepuluh.
"Saat ini kami tengah menyelidiki penyebab kematian seorang pria bernama Devan Raharja, mahasiswa Kampus Merah, yang meninggal di kamar Hotel Mawar Merah nomor 818," kata Rio selalu Kepala Polisi Sektor Kota Bunga di layar televisi ke pada para awak media.
"Kak Raja! Coba lihat sini! Ada anak Kampus Merah yang masuk tv!" seru Adam.
Raja bergegas menuruni anak tangga menuju ke ruang makan.
"Siapa yang masuk tv? Emang ikut kontes ajang pencarian bakat apaan dia?" tanya Raja.
Menggeser kursi lalu duduk seraya meraih roti panggang dan menaruh meses cokelat di atasnya. Kemudian, ia mengunyahnya. Tak lupa jug seteguk demi teguk susu coklat membasahi kerongkongannya.
"Ajang pencarian bakat dari mana? Orang masuk tv gara-gara jadi mayat. Namanya Devan!" sahut Adam.
"Buuuuaaaaahhh!" Sontak saja Raja yang terkejut sampai menyemburkan semua isi dalam mulutnya ke wajah Adam.
"Bundaaaaaaa! Seragam aku kotor semua, nih!" keluh Adam.
"Lagian kamu ini, Ja, ada-ada aja! Masa pagi-pagi udah main sembur-semburan sama adik kamu," tukas Dita.
Namun, Raja bergegas mendekat ke layar TV.
"Aku takutnya kenal sama korban. Takutnya dia si Devan, ketua Mapala Merah," ucap Raja.
Dikemukakan di layar TV LCD itu, pihak kepolisian mendapat laporan dari pihak hotel tentang penemuan mayat, kemudian petugas polisi sektor langsung ke Tempat Kejadian Perkara untuk menindaklanjuti laporan terkait.
Tampak Rio yang masih menerangkan bahwa jasad bernama Devan Raharja tersebut berkuliah di Kampus Merah. Kampus yang cukup terkemuka dan dikenal di Kota Bunga.
Berdasarkan keterangan saksi, kedatangannya ke Hotel tersebut untuk mengevakuasi jenazah. Namun, hasil olah TKP masih dilangsungkan pagi itu.
Rio menyebutkan belum diketahui penyebab kematian pria yang beralamatkan di Jalan Kenangan nomor lima belas, Kota Bunga. Saat ditemukan oleh rekannya ia berada seorang diri di dalam kamar dan sudah tak bernyawa.
Secara kasat mata juga ditemukan luka bekas kekerasan yang menyebabkan kematian dan kehilangan banyak darah. Dan saat ditemukan jasadnya berada dalam kondisi membiru, dan ditemukan beberapa obat yang dikonsumsi tergeletak di sekitar lokasi.
"Belum diketahui itu obat apa," ungkap Rio, perwira menengah berpangkat satu melati di pundaknya itu.
Rio juga menjelaskan pasca kejadian, jasad tersebut langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Keluarga untuk dilakukan visum.
"Bagaimana hasil visumnya, Pak?" tanya salah satu awak media.
Sebagai Kapolsek, Rio mengaku hingga saat ini pihaknya sedang menunggu hasil visum tersebut untuk mengetahui penyebab kematian mahasiswa tersebut. Pihak keluarga korban pun sudah dihubungi terkait peristiwa itu.
"Lalu, apa rekan yang menemukan korban bisa dijadikan tersangka, Pak?" tanya salah satu wartawan lagi.
"Hingga saat ini, kami tim polisi masih menunggu laporan anggota di lapangan terkait perkembangan dari kasus tersebut. Jadi, belum ada laporan pasti apa korban tersebut over dosis, bunuh diri, atau malah pembunuhan. Kalau begitu terima kasih atas perhatiannya ya. Saya pamit undur diri dulu," ucap Rio.
Siaran langsung itu pun tertutup. Raja bergegas menyelesaikan sarapan lalu menghubungi Rara. Ia juga menghubungi Lani dan menanyakan keadaan Briana, Dikta, dan Tyo.
Sementara itu di kantor polisi sektor Kota Bunga tempat Rio mengadakan konferensi pers. Langkah Rio terhenti karena seorang pemuda yang duduk di antara awak media mengangkat tangan kanannya lalu buka suara.
"Pak, bagaimana jika ini tindakan pembunuhan karena arwah yang ingin balas dendam?"
Seorang pemuda yang memakai jaket hoodie dan menutupi kepalanya itu mengangkat tangan dan berseru. Semua mata menatap ke arahnya termasuk Rio yang menghentikan langkahnya seketika. Laki-laki itu membuka hoodie-nya. Sesekali ia membetulkan kacamata yang cukup tebal.
"Siapa kamu?" tanya Rio.
...******...
...Bersambung dulu, ya. See you at next chapter!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
apa Tyo 🤔🤔
2024-01-01
0
rodiah
tio...🤔
2023-05-10
1
mama jasmine
Raisa bukan
ajeng bukan
devan apalagi udah jadi korban juga
tinggal Tyo Briana Lani sama Dikta lagi nich
entah yg berempat itu bakal jadi korban juga atau justru salah satunya adl pelakunya
2023-05-10
0