Bab 12 PMM
"Hai, Ra!" sapa Lani ketika Rara sedang menyantap cilok di taman.
"Hai, Lan!" sapa Rara malas.
"Elu lagi nggak sama Raja?" tanya Lani.
"Kalau kamu mau cari Raja, dia nggak di sini." Rara mendadak nafsu makanny hilang dan ingin bangkit.
Tetapi, Lani mencegahnya.
"Elu marah sama Raja, ya? Gue liat elu waktu di kedai seafood sama temen elu pas gue sama Raja pergi," ungkap Lani.
Rara duduk kembali lalu menoleh pada Lani.
"Kamu jalan sama cowok orang, gitu?" tuduh Rara.
"Biasa aja dong, Ra! Gue ribut sama Dikta. Kebetulan ada Raja yang lewat. Gue minta anterin dia ke kuburan," sahut Lani.
"Kuburan? Ngapain? Mau nyekar?" tanya Rara tak percaya.
"Gue kalau galau cari tempat sepi, dan kuburan tempat yang bagus buat merenung. Tapi, nggak lama karena gue ngerasa digangguin," ucap Lani.
"Ya iyalah, Lan! Di kuburan kan banyak setannya! Jangankan kuburan, di sini juga banyak setannya!" Rara melirik ke arah hantu perempuan yang tergantung di pohon mangga seberangnya.
Hantu perempuan itu melambaikan tangan seraya membetulkan tali jeratan di lehernya lalu kembali menggantung dan memejamkan mata. Ia akan beraksi menggoda manusia yang lewat ketika malam tiba.
"Maksud elu banyak setannya, Ra? Elu ngatain gue?" tanya Lani mulai tersinggung.
"Nggak, Lan! Maksud aku setan beneran hehehe."
"Gue cuma mau bilang kalau elu beruntung dapat Raja. Elu mau denger cerita gue waktu masih ada Raisa dan Ajeng, dan gimana susahnya gue dapat cowok gara-gara Dikta?" tanya Lani.
Sebenarnya Rara malas mendengarnya. Akan tetapi, rasanya tak sopan meninggalkan Lani yang galau begitu saja. Malahan bisa juga Lani malah mengajak Raja pergi lagi ke tempat sepi. Maka dari itu, sebaiknya Rara tetap berada di samping Lani dan mulai mendengarkan kisah gadis itu.
...***...
Tiga bulan yang lalu…
Di saat hubungan Raisa dan Devan guncang dan akhirnya pernah hancur berantakan, hubungan Ajeng dan Iwan justru kembali ke kondisi awal. Setelah mengalami euforia kesedihan pafa akhirnya Ajeng menerima cinta Iwan.
Padahal Iwan telah berselingkuh dengan mahasiswi fakultas lain. Namun, Ajeng mengubah pola pikir di luar adat dan kebiasaan, sepertinya Ajeng kembali berpendapat bahwa kebersamaan cinta yang sedari kecil dia dapatkan dari nilai kasih sayang keluarga adalah yang paling benar.
Dengan mudah dilupakannya apa yang sudah terjadi. Termasuk pengkhianatan Iwan. Toh, pada akhirnya Ajeng membalas juga secara diam-diam dengan berkhianat. Dia kencan bersama Devan ke luar negeri, tepatnya Thailand.
Padahal Devan juga berselingkuh dengan Briana. Hanya Lani yang tak bisa ia dekat dan tak bisa ia dapatkan karena Lani merupakan milik Dikta. Pria yang dia segani sebagai sahabat.
"Jadi, elu balik sama Iwan gitu aja?" tanya Raisa.
"Iya, di juga udah minta maaf. Kayaknya kalau selingkuh udah biasa deh. Bukan hal yang luar biasa juga," sahut Ajeng.
"Tapi, Jeng… bokap gue aja tukang selingkuh. Makanya gue kesel banget pas Devan selingkuh. Eh, ditambah si Iwan juga tapi dengan mudahnya elu balik sama dia?!" tukas Raisa.
Kondisi Raisa yang kacau setelah perpisahannya dengan Devan, malah membuat Ajeng menghiburnya dengan khotbah yang sebenarnya sama sekali tidak membantu meringankan keadaan. Justru menjengkelkan untuk didengar. Briana dan Lani hanya bisa menggelengkan kepala tak mengerti.
Ajeng bak seorang ahli agama yang kerap tayang di tv saat subuh. Dia menjelaskan batas yang jelas antara pria dan wanita. Ajeng memaafkan pengkhianatan pacarnya. Alasannya, berselingkuh sudah menjadi kodrat seorang pria. Sesuatu yang alami.
Semua makhluk pria di muka bumi yang punya kekuasaan di tangan, baik di peradaban masa kini atau masa lalu, bisa mempunyai istri atau selir yang jumlahnya bahkan bisa melebihi para penonton konser K-pop.
Namun kali ini, Ajeng tidak memaksa para teman wanitanya untuk berpendapat sama. Ajeng mengatakan hanya pemikirannya saja. Setelah menyelesaikan wejangan panjang lebarnya, Ajeng menatap Raisa, Lani dan Briana dengan ekspresi sangat puas. Seolah-olah dia telah memberikan pencerahan batin sekelas ulama.
"Gue duluan, ya. Gue ada acara pengajian kampus sama Iwan. Bye semuanya!" Ajeng pergi meninggalkan para sahabatnya.
"Kampret! Udah hijrah pake hijau, ikut pengajian juga, tapi pacaran jalan terus," cibir Briana.
"Selingkuh dan zinnaa juga jalan," sahut Raisa seraya membetulkan kunciran kuda dan poninya.
"Maksud elu, Sa?" tanya Lani.
"Apa sih maksud elu itu, Sa?" Briana juga tampak kesal, begitu Ajeng sudah pergi dan Raisa mengatakan sesuatu tentang Ajeng seperti itu.
"Nggak ada maksud apa-apa. Oke, kalau gitu mendingan kita cari cowok," usul Raisa.
"Cari cowok?" Lani mengernyit.
"Elu nggak usah, Lan! Elu itu udah di tem sama Dikta," sahut Briana.
"Nggak setuju! Gue tetep mau ikut Raisa, cari cowok baru! Tapi jangan yang ngeselin kayak Dikta," sahut Lani.
"Iya. Bener. Bener." Raisa mengangguk-angguk.
Keesokan harinya, usulan dadakan Raisa itu langsung mereka lakukan begitu ternyata sang dosen tidak datang di pagi itu.
"Ummm...." Lani berpikir sejenak lalu mengejutkan Briana dan Raisa.
"Ahaaa! Di taman kampus aja. Gimana? Setuju?" tanya Lani.
"Oke!" Briana dan Raisamengangguk. Kemudian mereka memandang berkeliling.
"Mana si Ajeng?" tanya Raisa.
"Elo nggak liat kalau tadi dia dijemput sama Iwan? Ayo lah kita cabut aja ke taman!" seru Briana.
"Yuk, ah!" sahut Lani.
Ketiga perempuan muda itu berjalan menuju taman terluas di area kampus. Tempat para mahasiswa dari hampir semua fakultas bisa ditemukan. Saat sampai di sana, mereka mencari tempat strategis dan sejuk. Setelah itu, mereka memindai target mereka dengan saksama.
"Itu gimana?" tunjuk Lani langsung pada seorang pria yang bertampang pintar dengan jidat lebar.
"Masa depan elu kayaknya bakalan cerah," celetuk Raisa merangkul Briana.
"Elo aja gih sana. Gila apa? Jidat lebar banget! Gue yakin umurnya udah tua. Mahasiswa abadi kayaknya," sahut Briana.
Ketiganya lalu terkekeh sampai tertawa geli.
"Kalau yang kribo itu buat Raisa, gimana?" tunjuk Lani ke sasaran lain.
"Model rambutnya kayak vokalisnya Nidji," sahut Briana meledek.
"Males!" Raisa langsung geleng kepala lalu berkata, "cowok dengan model rambut putus asa gitu bukan tipe gue."
Kembali Lani dan Briana tertawa geli. Sengaja dia asal tunjuk, karena baginya yang terpenting saat ini adalah merasakan persahabatan yang hangat di antara ketiganya. Meskipun harusnya ada Ajeng juga di sana.
Sampai suatu ketika, seorang pemuda necis melintas di depan ketiganya. Pria dengan rambut yang disibak ke belakang itu menoleh dan tersenyum hangat. Gayanya seperti bintang idola K-pop masa kini. Lani sampai terpana, dan baru sadar kembali setelah pria itu benar-benar jauh.
"Siapa dia, Sa?" tanyanya dengan suara tercekat.
"Dia siapa?" tanya Raisa lagi.
"Cowok yang tadi. Yang barusan lewat tadi. Pakai baju kemeja di dalamnya kaus putih. Celana jeans biru. Cowok yang tersenyum tadi. Emangnya elu nggak kenal?" tanya Lani.
Raisa melihat ke arah Briana. Dia sama sekali tidak tahu siapa yang dimaksud Lani. Apalagi kalau sejak tadi banyak pria yang berseliweran di sekitar mereka. Briana juga mengangkat bahu karena tak tahu.
Lani jadi terdiam. Dia memikirkan pria tadi yang senyumnya terasa hangat. Sepasang mata itu pria tadi menatapnya dengan cara yang sangat manis. Apalagi kala pria itu tersenyum serta tatap mata itu ditujukan untuk dirinya. Kemudian Lani jadi kegirangan sendiri ketika dia menyadari apa yang sedang menimpa dirinya saat ini.
"Elu kenapa, Lan?" tanya Raisa.
"Kayaknya gue … fallin in love at first sight, deh!" akunya.
"Cinta pada pandangan pertama? Hari gini elu masih percaya hal kayak gitu?" Briana menatap sinis.
...******...
...To be continued, see you next chapter!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
siapa yg dimaksud sama Lani 🤔🤔
2024-01-01
0
Ayuk Vila Desi
si raja tuh pasti yang lewat
2023-06-26
0
Ayuk Vila Desi
cowok model rambut putus asa🤣🤭
2023-06-26
1