Bab 20 PMM
Lani yang tengah berlari sampai tak sengaja menabrak Boy.
"Eh, kamu Lani, kan? Anak fakultas ekonomi? Anak Mapala Merah temennya Raisa?" Boy menyapa.
Hati Lani sangatlah berbunga-bunga. Jika saat itu dia tak sedang jadi buruannya Dikta, mungkin Lani akan memberanikan diri mengajak Boy makan siang.
"Hai, Boy!" sapa Lani seraya celingak celinguk ke sekeliling arah.
"Lan, boleh minta nomor telepon kamu?" tanya Boy.
"Bo-boleh."
Kala Lani mengeluarkan ponselnya, ada nada pesan whatsapp dari Dikta. Lani melihatnya sekilas.
...SAYANG.... AKU MELIHATMU...
Sontak saja Lani ketakutan dan pamit pada Boy tanpa memberikan penjelasan.
Lani lergi begitu saja sampai tindakannya itu mulai membuat Boy dan para mahasiswa lain menatapnya heran. Bahkan Lani mengubah langkah cepatnya menjadi setengah berlari.
Lani tak pernah mengira kalau kampusnya akan menjadi sangat kecil ketika dalam pengejaran seperti ini. Rasanya tidak ada satu pun tempat yang akan bisa menyembunyikannya dari kejaran Dikta kala itu.
Ponselnya terus berdering, nyaris tak pernah berhenti. Awalnya Lani mengangkatnya karena Rara dan Briana begitu khawatir. Toh, bagaimana Lani bisa menyebutkan posisinya jika dia selalu berpindah.
Setiap Lani menyentuh ponselnya, selalu saja ada notifikasi whatsapp dari Dikta. Pria itu tidak menghubunginya tetapi malah mengirimkan pesan whatsapp secara berkala. Semua pesannya sama, "Aku lihat kamu!"
Hal itu sungguh membuat Lani semakin takut dan mental nya terjun bebas
secara bertahap setiap kali selesai membaca nya.
...AKU LIHAT KAMU, SAYANG!...
Pesan dari Dikta itulah yang membuat Lani terus berlari dan berlari. Ditambah rasa panik dan ketakutan yang semakin tinggi. Gadis itu bahkan tak sempat lagi memerhatikan gedung fakultas apa yang barusan dia masuki untuk bersembunyi atau gedung fakultas apa yang baru saja dia tinggalkan. Lani benar-benar kacau.
Tentu saja Briana dan Rara semakin lelah mencari karena posisi Lani yang terus berpindah. Lani juga menghubungi Raja agar menjemputnya lebih dulu sebelum Dikta menemukannya. Sampai akhirnya, Lani jadi sering kali tak bisa mengangkat panggilan ponselnya.
Kedua kaki jenjangnya sibuk berlari dan berlari. Gadis itu mulai merasa terpuruk dan kelelahan. Sampai akhirnya, Lani kehabisan napas di suatu tempat. Meskipun meyakinkan diri untuk bergegas, Lani sampai di batas akhir kuasanya. Lani tidak punya tenaga lagi untuk berlari.
Lani akhirnya terduduk lemas di anak tangga. Dia benar-benar masih tidak tahu sedang berada di gedung fakultas apa. Dia bingung di mana dia berada saat itu. Lani hanya berharap kalau anak tangga darurat di lantai dua itu merupakan tempat persembunyian yang aman karena sudah sangat tersembunyi.
"Gue di sini aja deh. Ya Tuhan… capek banget menghadapi cowok setan macam ini," keluh Lani.
Gadis itu menyandarkan tubuhnya yang letih ke besi-besi berbau karat pegangan tangga. Ponselnya terus bergetar setelah mode silent ia aktifkan. Namun, Lani tidak ingin mengangkatnya dulu. Napasnya masih tersengal-sengal dan dia butuh istirahat sebentar saja. Lani merasa sangat letih.
...***...
"Hai, Tan! Lihat Lani?" tanya Dikta.
Intan langsung menggeleng.
"Yakin?" selidik Dikta.
"Paling di perpus!" sahut Intan yang sahabatnya pernah menjadi mantan Dikta sampai berhenti dari kampus karena pria itu.
Intan muak jika berlama-lama menatap Dikta. Dia sangat membencinya. Intan bergegas pergi.
Dikta sama sekali tidak terlihat bingung meskipun Lani tak tampak di mana pun saat dia berkeliling. Sampai akhirnya, Dikta menghubungi seorang temannya yang bernama Yudi. Dikta meminta Yudi yang dikenal sebagai "social butterfly" kampus untuk meminta ke teman-temannya mencari Lani. Tentu saja dengan alasan kebohongan. Dikta mengatakan kalau Lani sedang merajuk manja dan tidak mau melihat wajah Dikta. Sehingga Dikta ingin meminta maaf dan memberi hadiah.
Jadi, tidak ada yang menyangka bahwa Lani, yang sedari tadi berjalan cepat sambil menyelinap siapa pun, berjalan ke sana kemari dan kadang setengah berlari, tetap bisa dilaporkan keberadaannya oleh Yudi ke Dikta.
Dikta masih melangkah tenang, kadang sambil menyapa para mahasiswa yang lain seraya menanyakan Lani. Sayangnya, gadis itu ama sekali tidak tahu bahwa walaupun dia merasa tidak melihat Dikta sama sekali, pemuda itu tetap bisa mengikuti jejak pelariannya dengan mudah.
Dikta akan menghubungi Yudi yang akan mengontak balik dan secara berkala mengirimkan pesan whatsapp ke ponsel Dikta. Dan dengan usianya, Dikta akan melakukan intimidasi ke ponsel Lani agar gadis itu panik. Lani pasti akan berlari keluar dari tempat persembunyiannya. Dengan demikian Yudi yang menjadi mata-mata Dikta bisa terus membuntuti Lani ke mana pun sang buruan itu berlari.
Dikta menatik kedua sudut bibirnya. Dia tersenyum puas ketika Yudi mengirimkan pesan kalau sang buruan cantik milik Dikta, sedang berada di gedung fakultas informatika. Yudi bahkan yakin kalau Lani belum keluar dari tempat itu.
Yudi menghubungi ponsel Dikta. Dia memberi kabar kalau Lani tengah keletihan dan bersembunyi di tangga darurat. Yudi yakin kalau Lani sudah tak sanggup berlari lagi. Dikta mengucapkan terima kasih lalu mengirimkan sejumlah uang ke nomor dompet online milik Yudi.
Dikta menutup pembicaraannya dengan Yudi. Bibirnya menyeringai lebar. Ditulisnya satu pesan whatsapp baru untuk Lani. Pemuda itu langsung mengirimkan pesan tersebut ke nomor tujuan.
..."AKU LIHAT KAMU, SAYANG…."...
Dikta merasa sudah menang dan puas. Pemuda itu lalu meneruskan langkah. Menuju satu tempat yang sudah bisa dipastikan akan ada sang buruan cantik yang sangat ingin dia temukan. Gadis yang sedang berusaha untuk dia pertahankan.
Sambil terus berjalan, Dikta menyeringai sendiri. Cinta sejati yang ingin dia kejar dan pertahankan secara paksa itu dengan cara apa pun itu, harus dia dapatkan. Perkara Lani yang dia cinta belum tentu mencintainya juga, itu masalah lain lagi.
Cinta akan datang seiring berjalannya waktu. Cinta itu akan dia tanam. Cinta yang nantinya bisa disemai, dipupuk, lalu dijaga agar bisa tumbuh mereka. Dikta mulai bersiul seraya melangkah.
Sementara itu, Lani masih ketakutan. Setelah menanggapi habis air mineral dalam kemasan 330 ml, Lani menerima sambungan ponsel dari Rara.
"Lan, kamu di mana? Aku udah nggak sanggup cari kamu. Briana juga udah balik ke aku. Kita udah capek, Lan," ucap Rara dari dalam ponsel Lani.
"Gue juga nggak tau ini ada di gedung fakultas apa, Ra. Gue lagi di tangga darurat pokoknya. Gue sembunyi di sini dulu, deh," jawab Lani.
"Raja sama Tyo juga nggak bisa nemuin Dikta, Lan," ucap Rara lagi.
"Ya udah biarin aja. Gue yakin tempat persembunyian gue aman."
Akhirnya, Lani memutus sambungan ponselnya dengan Rara kala itu. Lani menarik napas lega. Sesaat keheningan mungkin bisa membuatnya sedikit merasa tenang. Namun selang waktu beberapa detik kemudian, terdengar notifikasi pesan whatsapp masuk.
Detak jantung Lani mendadak berdetak lebih cepat lagi. Dia sangat waswas. Dan benar saja, pesan itu selalu datang dari Dikta. Lani menahan napas dalam sebelum memgembuskannya agarerasa lega, nyatanya tidak. Lani membaca pesan tersebut.
"Sayang, aku lihat kamu. Bentar lagi aku ke sana…."
Lani tersentak. Ditatapnya lagi layar ponselnya itu dengan mata terbelalak maksimal.
"Sial!" keluh Lani.
...******...
...To be continued, see you next chapter!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
serem kl di cintai kayak Dikta ya 😱😱
2024-01-01
1
Ayuk Vila Desi
cara Dikta mencintai menyeramkan...siapa yang gak takut
2023-06-26
0
AyuAmelia Mamahnya NayJun
selalu sero novenya kak Reny semangat kak
2023-06-18
0