Bab 6 PMM
Anta dan Arya tengah berkunjung di rumah ibunya. Usia kandungannya baru beranjak dua bulan. Dita sudah memasaj banyak makanan untuk putri tercintanya.
"Duh, pengen rujak nih! Ja, beliin Ka Anta rujak di pertigaan deket sekolah, dong!" seru Anta.
"Kak Arya aja apa yang disuruh!" Raja balik berseru.
"Yanda udah ajak Arya mancing tau!" Anta sudah berkacak pinggang seraya menatap tajam seolah ada kobaran api di matanya.
"Oke, oke." Raja menyerah.
Baginya melihat Anta marah lebih menyeramkan ketimbang harus melawan sekte sesat Iblis Ro ataupun Ratu Masako.
"Bunda mau nitip, nggak?" tanya Raja.
"Ummm, asinan sayur yang deket pasar kayaknya enak, deh," sahut Dita.
"Itu kan lebih jauh! Ya Allah sampai nyesel aku nawarin," sungut Raja.
"Ja, ikhlas kan?" Dita mengerling.
"Ikhlas Bunda, ikhlas banget," sahut Raja lalu buru-buru meraih jaket dan meraih kunci motornya.
Destinasi pertama, Raja membelikan satu jenis makanan yang memang jadi favoritnya para wanita, apalagi jika sedang hamil dan ngidam. Raja paham betul rujak kesukaan Anta dengan catatan tambahan harus terdapat banyak mangga muda.
"Bu, banyakin mangga mudanya, ya," pinta Raja.
Permintaan itu sukses membuat Raja harus menahan diri saat ibu penjual rujak yang didatanginya tersebut menatapnya dengan sorot mata tajam dan penuh curiga.
"Mangga muda? Memangnya udah berapa bulan, Dek?" tanya si ibu sambil meracik sambal.
Sesaat Raja jadi bingung.
"Berapa bulan apanya, Bu? Perasaan saya baru sampai sini," sahutnya dengan tatapan balik penuh kebodohan.
"Istrinya udah hamil berapa bulan?" tanya si ibu penjual rujak.
Raja sempat tersentak, tetapi mulut usilnya malah menjawab pertanyaan itu dengan asal. Terlanjur basah dan kebablasan.
"Oh … udah tujuh bulan, Bu," sahut Raja iseng.
Ibu penjual rujak yang agak gemuk dengan rambut di kepang dua itu melirik Raja sekilas. Dengan sorot mata yang semakin mencela tetapi tetap membuat racikan bumbu dengan ulekan maha dahsyat.
"Sebentar lagi jadi bapak, dong?" cibirnya.
Raja hanya bisa tersenyum datar.
"Yaah, begitulah deh, Bu," sahutnya.
"Kamu pasti masih sekolah, ya?" tanya ibu itu lagi.
"Baru lulus, Bu. Terus kuliah," jawab Raja.
Mendadak ibu penjual rujak itu meradang. Tiba-tiba, ia acungkan ulekan sambal itu ke arah wajah Raja.
"Heh, orangtua udah susah-susah cari uang. Terus banting tulang siang dan malam, tapi sia-sia gara-gara untuk anak-anak yang nggak tau diri macam kamu. Dasar nggak tau diuntung nggak tau terima kasih. Dasar anak-anak sekarang. Banyak yang durhaka!" serunya mencibir Raja.
Kebetulan ada beberapa orang yang mengantri rujak tersebut. Mereka juga memperhatikan Raja yang diomeli dan dicibir habis-habisan oleh ibu penjual rujak tersebut. Raja merasa dirinya sebagai penjahat saja kala itu.
"Ta-tapi, Bu–"
"Nih, rujaknya! Sepuluh ribu!" serunya.
Raja lantas mengeluarkan uang kertas sepuluh ribuan. Pemuda itu lalu naik ke vespa-nya dan menuju penjual asinan di dekat pasar.
"Gara-gara Kak Anta, aku kena deh dimaki-maki tuh ibu," ucap Raja.
Motor yang dilajukan Raja hampir saja menabrak seseorang yang melintas tiba-tiba ketika Raja hendak melewati belokan ke kiri.
"Astagfirullah, Mbak! Kalau mau nyebrang tuh lihat-lihat dong!" seru Raja.
"Raja?" Rupanya Briana yang memakai jaket berhoodie, melintas dan hampir tertabrak Raja.
"Bri, kamu mau ke mana?" tanya Raja.
"Ummmm, gue mau… eh maaf ya gue buru-buru!" Briana tampak canggung dan bergegas menuju ke sebuah mobil yang sedang menunggunya.
Raja yakin mengenal laki-laki yang ada di kursi kemudi mobil Pajero tersebut.
"Itu kayaknya si Devan, deh? Apa sekarang mereka pacaran, ya? Ah, bukan urusan aku juga." Raja lantas melanjutkan perjalanannya menuju ke penjual asinan.
...***...
Saat Raja tengah membeli rujak dan asinan, Adam dan Fasya yang baru pulang dari kegiatan ekskul basket menerima kiriman paket atas nama Raja. Si kurir yang memakai topi dan masker itu tampak buru-buru saat meninggalkan paket tersebut.
"Kok, main pergi aja nggak ada tanda tangan terima apa foto-foto gitu?" gumam Fasya.
"Buru-buru kali. Eh, paket nya kok bau ya," ucap Adam.
"Masa, sih? Coba buka!" titah Fasya.
"Tapi ini buat si Raja, masa gue buka?" tanya Adam.
"Coba telpon Kak Raja dulu," sahut Fasya.
"Ya udah gue telpon Kak Raja dulu ya terus jelasin ke dia kalau paketnya bau ******," ucap Adam lalu menghubungi Raja dari ponselnya.
Raja ternyata tak lama kemudian sampai. Ia meminta Adam untuk mengambil cutter. Setelah mendapatkan sebuah cutter dari dalam rumah, Adam serahkan benda tajam tersebut pada Raja.
"Kalian semua mundur ya!" perintah Raja.
Namun, Fasya malah memajukan diri
"Woi, elu disuruh mundur malah maju," ucap Adam menahan tangan Fasya.
"Habisnya gue kepo hehehe," sahut Fasya yang kemudian melangkah mundur.
Raja berhasil membuka paket tersebut. Di dalamnya tergeletak seonggok bangkai tikus got dengan gorokan di lehernya.
"Astagfirullah!" pekik Raja.
Adam dan Fasya langsung mundur kala melihat Raja mengangkat buntut tikus tersebut.
"Waaaaaaaaaa!" Teriakan Adam membawa Dita dan Anta keluar dari rumah.
"Iyuuuuhh, Kak Anta suruh beli rujak bukan tikus got macam gitu, Ja!" pekik Anta.
"Tau ih si Raja jorok banget!" sahut Dita.
"Ini paket buat aku, Bunda. Gila ini serem banget!" sahut Raja.
"Kak, ada tulisannya!" tunjuk Fasya ke dalam kardus paket tersebut.
Anta lantas meraihnya.
"KAMU PANTAS MATI SEPERTI INI!"
Anta sampai mengernyit dahi ketika membaca pesan bertuliskan dengan darah itu.
"Kamu punya musuh, Ja?" tanya Anta.
"Perasaan aku anak baik-baik kok, nggak punya musuh. Coba Kak Anta terawang surat itu siapa yang nulis," pinta Raja.
Anta mencoba berkonsentrasi. Lalu, ia melepaskan secarik kertas itu tiba-tiba.
"Kak Anta cuma bisa lihat banyak bangkai tikus, darah, dan orang yang nulis kertas ini pakai dari tikus. Tapi, dia pakai jaket berhoodie gitu dan mukanya nggak keliatan," ucap Anta menjelaskan.
"Apa ini ada hubungannya sama kematiannya Raisa, ya? Tapi, aku nggak ngerti apa hubungannya sama aku," ucap Raja.
Ponsel Raja berdering. Rara menghubunginya dengan panik. Rupanya gadis itu juga mendapat paket misterius mengerikan yang sama dengan milik Raja. Rara terdengar menangis ketakutan. Raja berusaha menenangkannya.
"Aku ke rumah Rara dulu. Dia dapat paket kayak gini," ucap Raja yang buru-buru menaiki motornya.
"Eh, mana rujak Kak Anta?" seru Anta.
"Oh iya." Raja segera menyerahkan plastik berisi rujak dan asinan lalu pergi.
"Rajaaaaaa! Ini bangkai nya buang dulu! Beresin!" seru Dita.
"Ada Adam sama Fasya yang beresin! Kan, mereka yang terima paket nya!" Raja langsung meluncur pergi.
"Wooooiii! Kok jadi gue yang kena getah ya," sungut Adam.
"Bunda nggak mau tau, ya. Ayo, beresin ini semua!" Dita memberi titah penuh ancaman.
Adam dan Fasya akhirnya menyerah. Mereka terpaksa membersihkan paket untuk Raja tersebut.
...*****...
...To be continued, see you next chapter!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Diankeren
hrus doonk... kan buat KK n bunda tercinta
2024-06-27
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
bukannya yg pake Hoodie itu Briana ya 🤔 🤔🤔
2024-01-01
0
Ayuk Vila Desi
Hoodie...?
2023-06-26
0