Bab 5 PMM
Seminggu setelah kecelakaan yang menimpa Raisa, tubuh Ajeng jatuh tepat di hadapan para mahasiswa yang melintas. Sontak saja teriakan demi teriakan yang mencekam memenuhi halaman depan gedung.
Petugas medis langsung dihubungi oleh pihak keamanan kampus. Tak ada yang boleh menyentuh jasad Ajeng karena dikhawatirkan meninggalkan jejak sidik jari di sana.
"Ada apa, sih? Kok, rame banget?" Devan baru saja memarkirkan motor ninjanya lalu bertemu dengan Tyo yang melintas.
Dikta yang tengah menarik tangan Lani dengan paksa menghampiri Devan dan Tyo. Tampak dari kejauhan juga Briana berlari tergopoh-gopoh dengan raut wajah ketakutan.
"Ajeng, Ajeng mati, guys!" pekik Briana seraya menetralkan lagi napasnya yang tersengal-sengal.
"Hah? Ajeng mati?!" Devan tak kalah memekik dan langsung mengajak rekan-rekannya untuk bergegas melihat kondisi Ajeng.
Melewati kerumunan mahasiswa yang asik mengambil gambar demi viral di sosial media, Devan akhirnya sampai juga di baris depan bersama Tyo dan yang lainnya.
"Aaaarrrgghh!" pekik Lani yang langsung dipeluk oleh Dikta.
Gadis itu tak kuat rasanya melihat kondisi sahabatnya yang mengenaskan itu.
"Ajeng bunuh diri, Van," bisik Briana.
"Ah, gila elu! Masa iya dia gampang banget bunuh diri. Semalam itu dia masih sama–"
"Sama siapa? Sama elu?" tuding Tyo.
Devan lantas mengajak semua rekannya untuk berkumpul di ruang Mapala Merah. Sesampainya di sana, ada Raja yang sibuk menenangkan Rara. Gadis itu melihat Ajeng jatuh secara langsung dengan kepala menghantam tepi beton taman. Tempurung kepala Ajeng sebelah kiri pecah dan mengeluarkan lelehan isinya. Hal itu membuat Rara trauma dan gemetar lalu tak sadarkan diri.
"Rara kenapa?" tanya Devan yang langsung menggeser Raja lalu bersimpuh di hadapan gadis itu.
"Pingsan dia pas liat Ajeng jatuh," sahut Raja.
"Gue nggak nanya elu! Yang gue tanya Rara!" seru Devan.
"Tapi,gue pacarnya!" sahut Raja.
"Udah, udah, udah! Kalian apa-apaan, sih?!" sungut Briana.
"Van, tadi elu bilang kalau Ajeng semalam sama elu, ngapain?" telisik Tyo.
"Ya, ngapain lagi. Paling dugem terus ngamar. Iya kan?" tuduh Dikta.
Devan tak mengiyakan tetapi juga tak menyangkal.
"Yang gue tahu Ajeng nggak mungkin bunuh diri. Dia masih banyak hal yang mau dia capai, terutama buat nyembuhin bokapnya," sahut Devan.
"Tapi … apa kalian belum liat forum Kampus Merah yang baru?" Lani mulai buka suara meskipun suaranya masih terdengar pelan.
"Ada apa di forum itu?" tanya Dikta seraya mengusap kepala Lani. Namun, gadis itu langsung menepisnya.
Lani mengeluarkan ponselnya dan membuka forum mahasiswa Kampus Merah. Di layar tersebut ada video seorang wanita yang tengah berdansa secara liar di sebuah club malam. Di bagian akhirnya, selama kurang lebih dua belas detik, ada video mesum Ajeng bersama seorang pria hidung belang. Terpampang tubuh polos Ajeng bagian atas yang bergerak secara liar.
"Itu Ajeng?" tanya Raja.
Rara langsung menutup wajah Raja agar jangan melihat adegan tersebut.
"Iya ini Ajeng," sahut Tyo.
Pria itu langsung mengeluarkan ponselnya begitu juga dengan Dikta, Devan, dan Briana.
"Gila! Kok, gue nggak tau ini di upload jam empat pagi tadi. Mana udah dia ribu orang yang lihat!" pekik Briana.
"Elu adminnya, kan? Hapus video itu, Yo!" titah Devan pada Tyo.
Tyo langsung menghapuskan sembari berkata, "gue nggak jamin video ini udah disebarkan ke mana-mana apa nggak."
"Kalau gitu himbau anak-anak Kampus buat nggak nyebarin aib nya si Ajeng," sahut Dikta.
"Apa mungkin karena ini Ajeng bunuh diri? Dia takut ketauan sama padanya?" gumam Lani.
Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Tertera pesan dari ibunya yang memberitahukan sesuatu yang membuatnya tercengang.
"Guys, padanya Ajeng kena serangan jantung. Dia meninggal barusan," ucap Lani.
Kebetulan ibunya Lani bekerja sebagai perawat senior di rumah sakti tempat ayahnya Ajeng dirawat.
"Inalillahi waa innailahi rojiun," ucap Raja dan Rara bersamaan.
Seorang mahasiswa bernama Ricky mengetuk pintu ruang Mapala Merah.
"Van, elu sama semua temen-temennya Ajeng dipanggil ke ruang dekan. Kayaknya pihak polisi mau minta keterangan elu semua, deh," ucapnya.
Devan dan Dikta serta semuanya saling bertatapan.
"Oh iya Tyo, video viral Ajeng juga kayaknya mau ditanyain sama tim dekan," tukas Ricky menunjuk Tyo.
"Oke, oke." Tyo hanya bisa mengusap wajahnya.
Pasalnya Tyo pasti akan dikenai tindakan peringatan dari dewan kampus karena tidak bisa menyortir hal buruk yang di upload di forum mahasiswa Kampus Merah.
"Kok, bisa lolos sih, Yo? Admin yang bisa approve kan elu?" ucap Devan.
"Sumpaj, gue nggak tau, Van! Tapi, admin Kampus selain gue ya cuma Raisa. Masa hantunya Raisa yang buka aib nya Ajeng, hahaha. Kocak kalian semua hahahaha." Tyo tertawa sendiri tanpa ada satu pun temannya yang menimpali.
Mereka hanya memandang Tyo dengan tatapan aneh dan datar.
"Ya, pokoknya yang tau pasword akun forum mahasiswa selain gue ya si Raisa. Udah lah ayo kita semua ke ruang dekan!" ajak Tyo.
...***...
"Ja, maafin aku ya…." Rara terlihat cemas seraya menatap Raja saat melangkah menuju ruang dekan.
"Kenapa harus minta maaf?" Raja mengulas senyum termanisnya untuk Rara.
"Gara-gara aku kamu pindah ke sini. Tadinya aku mau ajak kamu buat sering-sering naik gunung, menjelajah alam nusantara, pokoknya happy bareng. Tapi, kita malah terjebak di misteri yang complicated ini," ucap Rara.
Raja menggenggam tangan Rara.
"Aku pernah kok mengalami ini waktu di STM dulu. Pas di sekolahnya Alisha ada pembunuhan berantai," sahut Raja.
Rara melepas genggaman tangan Raja.
"Ini kan bukan kasus pembunuhan, Ja. Raisa mati karena kecelakaan jatuh sendiri dari puncak, terus Ajeng juga diduga bunuh diri karena kasus video mesumnya itu. Lagi pula, apa kamu jangan-jangan lagi kangen sama Alisha?" Rara yang sedang mengalami fase datang bulan mendadak menjadi sensitif dalam berfikir.
"Lah, kok jadi gitu ngomongnya?" Raja menatap tak percaya, tetapi Rara langsung meninggalkannya begitu saja menuju ke kamar mandi.
Gadis itu mau menangis di sana.
"Rara kenapa, Ja?" tanya Briana.
"Kayaknya efek dapet bulan jadi sensi sama aku," sahut Raja.
"Datang bulan kali, ah!" sahut Briana.
"Guys! Buruan jalannya!" seru Dikta seraya mengenggam tangan Lani sedari tadi.
"Iya, bawel!" sahut Briana.
Terlihat Lani berusaha melepaskan diri dari genggaman tangan Dikta, tetapi tetap jua tak bisa lepas.
"Kasian si Lani sampai dapat cowok psyco kaya si Dikta," lirih Briana.
"Mungkin Dikta terlalu bucin," sahut Raja.
"Haha, elu belum tau aja gimana mantan-mantannya si Dikta. Mereka semua hancur gara-gara Dikta," jelas Briana.
"Hancur? Hancur gimana? Dihajar habis-habisan gitu?" Raja mengernyit.
"Hancur batin dan fisik. Dah lah kapan-kapan gue ceritain," ucap Briana.
...******...
...To be continued, see you next chapter!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
bukannya yg telpon Ajeng tuh Lani ya 🤔🤔🤔
2024-01-01
3
Rumini Parto Sentono
yang telpon Ajeng kan Lani....
2023-08-13
0
rodiah
curiga sama lani
2023-05-08
0