Freya terbangun saat merasakan sinar matahari yang begitu menyilaukan. Ia merasakan kepalanya berdenyut-denyut sangat pusing, membuat ia mengerang kesakitan.
"Arghhh, kepala gue sakit banget," ucap Freya menyeret tubuhnya agar terduduk, ia memegang kepalanya yang terasa ingin pecah. Sepertinya ia terlalu banyak minum semalam.
"Dimana ini gue," gumam Freya mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar yang menurutnya sangat asing itu.
Freya lalu mengingat-ingat apa yang terjadi semalam, tapi ia tidak ingat apapun. Jika sudah meminum alkohol dan pil ekstasi memang membuat Freya lupa segalanya.
"Bodo amatlah, yang penting gue masih hidup sekarang. Gue harus pergi kemana ini," ujar Freya enggan untuk memikirkan apa yang sudah terjadi, lagipula jika ia kenapa-kenapa Ayahnya juga tidak akan peduli. Bahkan kalau ia mati mungkin hanya akan dicari jasadnya lalu dikuburkan begitu saja.
Freya mencoba turun dari ranjang yang berukuran sangat besar itu. Namun, kepalanya terlalu sakit membuat ia sedikit terhuyung. Mungkin jika tidak ada tangan yang melingkar dipinggangnya, Freya akan jatuh menghantam lantai.
"Berhati-hatilah," tegur Sean menatap Freya sedikit tajam.
Freya mengerutkan dahinya saat melihat pria asing didepannya, ia sontak langsung menjauhkan tubuhnya dari pria itu.
"Siapa kau?" seru Freya menatap Sean lekat-lekat, merasa tidak pernah melihat pria itu dimanapun.
"Apa kau sudah sembuh? Dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang, orang tuanmu pasti sedang menunggumu." Sean tidak menjawab keingintahuan Freya, ia lebih memilih bertanya hal lain.
"Tidak perlu bertingkah sok baik, katakan apa maumu? Kenapa kau bisa ada disini?" Ujar Freya menatap Sean begitu curiga, ia juga sempat melihat penampilan Sean yang tampak santai namun entah kenapa justru terlihat begitu tampan.
"Kau ini lucu sekali, ini rumahku, jelas aku ada disini. Jika kau sudah baik-baik saja, segeralah pergi, aku juga ada urusan lain," ucap Sean menggelengkan kepalanya, baru pertama kali ini ia bertemu dengan seorang wanita yang mencurigainya seperti itu.
Padahal biasanya para wanita yang bertemu dengannya akan langsung memasang wajah genit dan sok cantik untuk menarik perhatiannya. Tapi wanita ini?
"Tanpa kau suruh pun aku juga akan pergi," sungut Freya mendengus sebal, ia lalu mengambil tas dan sepatunya untuk bersiap pergi.
Namun, sebelum ia pergi, ia mengehentikan langkahnya dan menatap Sean dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Tunggu dulu, semalam apa terjadi sesuatu diantara kita?" Tanya Freya begitu curiga, matanya menyipit seolah menatap Sean seolah penjahat ke la min.
Sean mengangkat alisnya, ia sempat gugup sesaat karena pertanyaan itu. Seketika saja ingatannya langsung melayang pada saat mereka berciuman semalam.
"Memangnya apa yang sudah kita lakukan? Apa kau tidak mengingat apapun?" Sean justru balik bertanya.
"Aku yang bertanya padamu brengsek! Jangan bilang semalam kau-"
"Hei Nona, sejak tadi sepertinya kau selalu berpikir aku ini seorang pria mesum yang suka mencari kesempatan dalam kesempitan. Jika aku memang pria seperti itu, saat ini kau pasti sudah tidur telanjang di ranjang ini," sergah Sean sebelum Freya menuduhnya yang tidak-tidak.
"Apa?" Freya melotot kesal, ia langsung menatap tubuhnya sendiri yang masih menggunakan pakaian lengkap. "Bisa saja kau memakaikan baju padaku lagi setelah kau melakukannya, iya 'kan? Dasar pria ca bul!" seru Freya.
Sean terkekeh-kekeh geli, merasa ucapan Freya itu sangat konyol sekali. "Sudah, jangan teruskan, lebih baik kau sekarang pulang saja. Orang tuamu pasti sudah menunggu anaknya pulang dirumah. Lain kali jangan mabuk lagi, kau sungguh pemabuk yang buruk," ujar Sean menggelengkan kepalanya, benar-benar geli karena Freya menuduhnya seperti itu.
Lagipula mana mungkin Sean memperkosa wanita itu, sedangkan setiap saat saja sudah banyak wanita yang mengantri untuk membuka selang kangannya untuk Sean.
"Hei, mau pergi kemana kau? Aku tidak terima ya, kalau kau terbukti macam-macam, aku akan melaporkanmu ke polisi," teriak Freya mengikuti Sean yang berjalan keluar terlebih dulu.
"Laporkan saja Nona, jika memang aku terbukti bersalah, maka aku akan tanggung jawab," sahut Sean begitu santai, ia mengabaikan Freya yang terus mengikutinya dan memilih meminum bir di salah bar pribadi miliknya.
"Jadi benar kau sudah melakukan hal itu padaku?" Freya semakin syok, ia mengikuti Sean mengambil bir yang ada disana lalu meneguknya tanpa canggung.
"Hal apa?" Sean mengangkat alisnya, tidak terlalu mengerti apa yang dikatakan Freya.
"Hal itu ...," Freya men de sah kesal, bagaimana ia bisa menjelaskan pada Sean tentang apa yang dimaksudnya.
"Kau dan aku ... ehm ..." Freya ragu-ragu mengatakannya, ia akhirnya membuat gerakan dengan kedua tangannya seperti sedang berciuman.
"Pffffttttttt ...," Sean langsung menyemburkan bir yang diminumnya karena tingkah Freya itu. Ia tertawa terbahak-bahak merasa hal itu lucu sekali.
"Kenapa kau malah tertawa? Katakanlah, apa kau sudah melakukan hal itu padaku?" Sergah Freya begitu geram, ia sedang sangat serius malah ditertawakan.
"Hahaha, kau ini memang aneh sekali. Seharusnya kau itu bisa merasakan apa yang sudah terjadi padamu. Apa kau pikir aku akan tertarik dengan wanita yang memiliki dada rata sepertimu?" ujar Sean masih tertawa saja, ia malah melirik dada Freya yang masih tertutup dengan baju ya yang seksi itu.
"Apa?" Freya semakin syok hingga mulutnya menganga, ia segera menutup dadanya dadanya dengan kedua tangan. "Dasar pria mesum, ca bul! Beraninya kau menghinaku!" Teriak Freya tanpa ragu langsung memukul Sean menggunakan tasnya.
"Aduh, aduh, kenapa kau malah marah? Aku berbicara kenyataan!" Sean pun berteriak kaget, ia mencoba menghindari pukulan yang dilesatkan oleh Freya.
"Bodo amat! Kau memang me sum!" Freya terus melanjutkan tingkahnya, memukuli Sean karena benar-benar tidak terima dadanya dibilang rata.
Sean sendiri mencoba menghalau pukulan itu, namun karena Freya cukup cepat memukulinya, Sean langsung saj meraih tangan wanita itu lalu menariknya dengan keras.
"Akhhhhhhhh!" Teriak Freya terkejut saat tubuhnya terjatuh kedalam pelukan Sean.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Keduanya saling pandang dengan tatapan yang sulit diartikan. Sean terus menatap Freya lekat-lekat, dari mata, hidung dan bibirnya yang sangat indah. Melihat bibir itu darah Sean tiba-tiba berdesir hebat, apalagi mengingat ciuman mereka semalam.
Freya sendiri langsung terperangkap dengan tatapan mata Sean yang menghanyutkan. Baru pertama kali ini ia bertemu pria yang menurutnya sangat tampan.
"Sean, daritadi gue hubungin lu, ternyata-"
Keduanya tersentak saat terdengar suara orang yang memasuki ruangan itu. Freya sendiri langsung melepaskan dirinya dari Sean dan sempat melirik pria itu dengan sangat kesal.
"Woho, ada tamu spesial, siapa Nona cantik ini?" celetuk Anton menatap Freya dengan tatapan penuh minat.
Freya tentu semakin kesal melihat tatapan Anton itu. Ia menggelengkan kepalanya seraya pergi dari tempat itu, tak lupa ia mengacungkan jari tengahnya untuk Sean.
"Oh, badass sekali wanita itu, siapa dia?" Tanya Anton merasa tertantang dengan sosok Freya yang menurutnya sangat berani itu.
"Bukan siapa-siapa, gue mau mandi dulu." Sean tidak menjawab rasa penasaran Anton, karena dia sendiri penasaran akan sosok Freya yang menurutnya sangat menarik itu. Benar-benar sangat berbeda dengan wanita yang selama ini pernah kenal.
Dia wanita yang sangat unik, aku harus menemukannya kembali suatu saat nanti.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Ita rahmawati
ngaca sean ngaca 😏😏
2023-06-04
1
Nona Muda❤️
bertengkar terus lama-lama cinta 🤭
2023-05-07
1
Bucinnya Rajendra 💞
lanjutannya mana Thor?
2023-05-04
1